Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11041 | 16 Jan 2025
Klinis : Pak Rahmat, usia 70 tahun, datang ke instalasi rawat jalan rumah sakit dengan keluhan utama kesulitan berkemih yang semakin memburuk selama 3 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil (nocturia) hingga 5-6 kali, perasaan tidak lampias setelah berkemih, dan aliran urin yang sangat lemah. Dalam 2 minggu terakhir, pasien merasa nyeri di daerah perineum dan punggung bagian bawah. Pasien juga melaporkan berat badan menurun hingga 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan: Pemeriksaan rektal: prostat teraba keras, tidak simetris, dan ada nodul. PSA: 18 ng/mL (normal < 4 ng/mL). Hasil USG menunjukkan pembesaran prostat dengan sisa urin pasca berkemih sebanyak 100 ml. Pemeriksaan biopsi menunjukkan adenokarsinoma prostat (Ca Prostat stadium IIIB, dengan invasi lokal).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Pak Rahmat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Disfungsi eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran prostat dan invasi tumor prostat, ditandai dengan kesulitan berkemih, nocturia, perasaan tidak lega setelah berkemih, dan aliran urin yang lemah.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan prostat dan invasinya, ditandai dengan nyeri di daerah perineum dan punggung bawah.
3. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan yang signifikan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Disfungsi eliminasi urin teratasi:
a. Frekuensi berkemih di malam hari menurun menjadi 1-2 kali.
b. Pasien melaporkan rasa lega setelah berkemih.
c. Aliran urin meningkat.
2. Nyeri terkontrol:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3 (dari awal skala 6-7).
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
3. Status nutrisi membaik:
a. Pasien dapat mempertahankan berat badan atau mengalami peningkatan berat badan.
b. Asupan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Disfungsi eliminasi urin:
a. Lakukan pengkajian rinci terkait pola berkemih, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan farmakologis, seperti pemberian alpha-blocker atau inhibitor 5-alpha reduktase.
c. Ajarkan teknik bladder training untuk meningkatkan kontrol berkemih.
d. Pantau dan catat intake dan output cairan harian.
e. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan otot dasar panggul.
2. Nyeri kronis:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pemicu nyeri.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan farmakologis, seperti pemberian analgesik atau obat adjuvant.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan perawatan.
3. Risiko malnutrisi:
a. Lakukan pengkajian status nutrisi secara menyeluruh, termasuk pengukuran antropometri, riwayat makan, dan asupan nutrisi.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan perencanaan dan intervensi gizi yang sesuai.
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi dan cara meningkatkan asupan makanan yang bergizi.
d. Pantau berat badan, intake nutrisi, dan tanda-tanda malnutrisi secara berkala.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk melakukan kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk memastikan penatalaksanaan yang komprehensif dan optimal bagi pasien. -
Article No. 11042 | 16 Jan 2025
Klinis : anak terpasang HFNC FiO2 40%, flow 18 lpm, RR 42 x/mnt perut membesar, keadaan umum lemah, lingkar perut 54 cm anak terpasang iv line di jugularis kanan, DC dan NGT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai kondisi anak yang Anda deskripsikan. Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami kondisi yang serius dan membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Ditandai dengan: Frekuensi napas di luar rentang normal (42 x/menit), penggunaan otot tambahan dalam bernapas, dan peningkatan kerja napas.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan akumulasi cairan di dalam ruang interstisial dan/atau kavum serosa.
Ditandai dengan: Perut membesar, edema, dan berat badan meningkat.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
Ditandai dengan: Kelemahan umum dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam batas normal (20-30 x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak terlihat penggunaan otot tambahan dalam bernapas
- Oksigenasi adekuat (SpO2 ≥ 95%)
2. Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan keseimbangan antara intake dan output cairan.
Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema
- Turgor kulit baik
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Kriteria Hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Tidak ada tanda-tanda stres fisik saat melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, dan kedalaman napas)
- Pantau saturasi oksigen dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Beri terapi oksigen dengan HFNC sesuai dengan kondisi pasien
- Lakukan suction jalan napas jika diperlukan
2. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Kaji tanda-tanda kelebihan cairan (edema, perut membesar)
- Lakukan pengukuran lingkar perut secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik atau pembatasan cairan jika diperlukan
3. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas
- Kolaborasi dengan terapis fisik jika diperlukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diperlukan pemantauan yang ketat, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, dan evaluasi yang berkelanjutan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan perawatan yang optimal bagi anak tersebut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 11043 | 16 Jan 2025
Klinis : anak terpasang HFNC FiO2 40%, flow 18 lpm, RR 42 x/mnt, retraksi perut membesar, keadaan umum lemah, lingkar perut 54 cm, BB turun dari 11,5 menjadi 9,4 kg, albumin 2,69, Hb : 8,8 anak terpasang iv line di jugularis kanan, DC dan NGT anak juga ada efusi pleura kiri, sudah dilakukan tapping cairan pleura
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya sebagai perawat dapat memberikan analisis dan rencana asuhan keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penyakit pulmonal, ditandai dengan retraksi perut, RR 42 x/mnt, dan pemasangan HFNC FiO2 40%, flow 18 lpm.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, ditandai dengan BB turun dari 11,5 menjadi 9,4 kg, albumin 2,69, dan Hb 8,8.
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan efusi pleura kiri, ditandai dengan adanya efusi pleura yang telah dilakukan tapping cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20x/menit)
b. Tidak ada retraksi otot bantu napas
c. Saturasi oksigen dalam batas normal (>95%)
2. Status Nutrisi Membaik, yang ditandai dengan:
a. Berat badan membaik sesuai usia
b. Kadar albumin dalam batas normal (3,5-5,0 g/dL)
c. Kadar Hb dalam batas normal (11,0-14,0 g/dL)
3. Perfusi Jaringan Adekuat, yang ditandai dengan:
a. Tidak ada efusi pleura
b. Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
a. Pantau parameter vital, khususnya frekuensi napas dan saturasi oksigen
b. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan melalui HFNC
c. Latih teknik pernapasan diafragmatik
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi terapi oksigen
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh:
a. Kaji asupan nutrisi pasien melalui catatan intake dan output
b. Berikan nutrisi enteral melalui NGT sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
d. Monitor parameter laboratorium terkait status nutrisi (albumin, Hb)
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
a. Pantau tanda-tanda vital, khususnya nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen
b. Observasi adanya efusi pleura dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
c. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan efusi pleura
d. Berikan posisi yang nyaman untuk meningkatkan perfusi jaringan
Penjelasan rinci:
Perencanaan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh anak, yaitu pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, dan risiko perfusi jaringan tidak efektif. Melalui intervensi yang tepat, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, seperti pola napas efektif, status nutrisi yang membaik, dan perfusi jaringan yang adekuat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, juga diperlukan untuk mendapatkan penanganan yang optimal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 10967 | 16 Jan 2025
Klinis : Lambung,nafas sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya sampaikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi lambung dan napas sesak dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
- Definisi: Ketidakmampuan sistem gastrointestinal untuk memenuhi fungsi fisiologis normal.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, obstruksi, dan penyakit kronis.
- Gejala: Seperti nyeri abdomen, mual, muntah, perubahan pola defekasi, dan gangguan absorpsi nutrisi.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan oksigenasi adekuat.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit paru, kelelahan otot pernapasan, dan gangguan sistem saraf.
- Gejala: Seperti napas cepat, napas dangkal, dan peningkatan usaha napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI menyediakan deskripsi diagnosis keperawatan yang terstandar dan terkait bukti.
- Diagnosis keperawatan di atas telah sesuai dengan SDKI dan dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI menyediakan luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai melalui intervensi keperawatan.
- Luaran yang terkait dengan diagnosa di atas dapat meliputi perbaikan fungsi gastrointestinal, perbaikan pola napas, dan peningkatan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang terstandar dan terkait bukti.
- Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi di atas dapat meliputi manajemen nutrisi, manajemen jalan napas, dan terapi oksigen.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan penilaian menyeluruh, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, dan melakukan evaluasi untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 10968 | 16 Jan 2025
Klinis : intervensi rpk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "intervensi rpk":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R93.9
- Deskripsi: Penemuan abnormal pada pencitraan, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 00.66
- Deskripsi: Intervensi radikular perkutaneus (RPK), tidak termasuk manipulasi tulang belakang.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R93.9 digunakan untuk menggambarkan adanya temuan abnormal pada pencitraan medis, namun tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, "intervensi rpk" mengindikasikan adanya tindakan intervensi medis yang dilakukan pada tulang belakang, yang dapat termasuk dalam kategori ini.
2. Kode ICD-9-CM 00.66 merujuk pada prosedur intervensi radikular perkutaneus (RPK), yang merupakan tindakan medis untuk mengatasi masalah pada saraf tulang belakang. Tindakan ini tidak termasuk manipulasi tulang belakang, yang mungkin dilakukan dalam kasus tertentu.
Sebagai dokter atau perekam medis, kode-kode ini dapat digunakan untuk mencatat dan mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi "intervensi rpk" secara akurat dan terstruktur. -
Article No. 10969 | 16 Jan 2025
Klinis : intervensi risiko perilaku kekerasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intervensi risiko perilaku kekerasan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melakukan tindakan agresif atau berbahaya terhadap orang lain, properti, atau diri sendiri".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi risiko perilaku kekerasan adalah:
1. Klien dapat mengendalikan dorongan agresi.
2. Klien dapat menunjukkan perilaku yang tepat.
3. Klien dapat mengungkapkan perasaan secara verbal.
4. Lingkungan yang aman tercipta.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan meliputi:
1. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif.
2. Terapi Perilaku: Mengajarkan teknik-teknik manajemen diri dan pengendalian agresi.
3. Terapi Kognitif: Membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang maladaptif.
4. Terapi Kelompok: Memberikan dukungan dan pembelajaran dari sesama.
5. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi terkait perilaku kekerasan dan strategi penanganannya.
Sebagai seorang perawat, saya berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan. Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, saya akan bekerja sama dengan klien dan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memastikan keselamatan serta kesejahteraan klien. -
Article No. 10970 | 16 Jan 2025
Klinis : kecing tidak lancar
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "kecing tidak lancar" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R39.14
- Deskripsi: Inkontinensia urin, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.92
- Deskripsi: Kateterisasi kandung kemih, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R39.14 (Inkontinensia urin, tidak terspesifikasi) digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami kesulitan untuk menahan kemihnya secara normal. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot kandung kemih, gangguan saraf, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 57.92 (Kateterisasi kandung kemih, tidak terspesifikasi) dapat digunakan untuk prosedur pemasangan kateter ke dalam kandung kemih pasien. Ini mungkin diperlukan untuk membantu mengatasi kendala dalam pengosongan kandung kemih, seperti pada kasus inkontinensia urin.
Dengan menggunakan kode-kode ini, tenaga medis dapat dengan jelas mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien serta intervensi yang diperlukan, yang akan membantu dalam proses perawatan, pengkodean, dan penagihan yang akurat. -
Article No. 10971 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan penurunan kesadaran, tidak bisa bicara dan muntah profus, sebelumya mengeluh kepala pusing,awalnya pasien lemas dan terjatuh darai kursi lalu tidak sadar di bawa ke rs dan muntah berkali2 di perjalanan, riw hipertensi tidak terkontrol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis dan penjelasan mengenai kondisi pasien yang Anda gambarkan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan gangguan suplai darah ke otak, ditandai dengan pasien tidak dapat merespon dengan baik dan tidak dapat berbicara.
2. Mual dan Muntah berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan pasien mengalami muntah profus.
3. Resiko Cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan pasien terjatuh dari kursi.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kesadaran: Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran yang optimal.
2. Kontrol Mual dan Muntah: Pasien dapat mengendalikan mual dan muntah.
3. Integritas Kulit: Pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit akibat jatuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital dan Neurologis: Memantau tekanan darah, nadi, respirasi, suhu, serta respon neurologis pasien secara berkala.
2. Manajemen Mual dan Muntah: Memberikan antiemetik, mengatur lingkungan yang tenang, dan memantau intake/output cairan.
3. Pencegahan Jatuh: Menjaga lingkungan yang aman, menggunakan pagar pengaman, dan membantu pasien untuk berpindah.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawatan yang perlu diberikan pada pasien ini adalah menstabilkan kondisi kesadaran, mengatasi mual dan muntah, serta mencegah terjadinya cedera akibat jatuh. Selain itu, pengendalian hipertensi yang tidak terkontrol juga harus menjadi perhatian utama untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 10972 | 16 Jan 2025
Klinis : ibu pasien mengatakan anaknya berusia 7 tahun sulit tidur, demam sejak 4 hari, naik turun, mual+muntah, belum bab dan bak, nafsu makan turun, nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan pola tidur (00198)
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Karakteristik Definisi: Sulit memulai tidur, sering terbangun di malam hari, tidak dapat tidur kembali, tidak merasa segar saat bangun, mengantuk di siang hari.
2. Hipertermia (00007)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- Karakteristik Definisi: Suhu tubuh di atas 37,8°C, kulit hangat, wajah kemerahan, nadi cepat.
3. Mual (00134)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk muntah.
- Karakteristik Definisi: Mual, rasa tidak nyaman di perut, air liur berlebih.
4. Konstipasi (00011)
- Definisi: Penurunan frekuensi, pengeluaran, dan/atau kesulitan dalam defekasi.
- Karakteristik Definisi: Frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali per minggu, defekasi sulit, merasa tidak tuntas.
5. Nyeri akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik Definisi: Mengeluh nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perubahan tanda-tanda vital.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Tidur Efektif (0004)
- Definisi: Mampu tidur dengan kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan individu.
- Indikator: Lama waktu tertidur meningkat, kualitas tidur membaik, merasa segar saat bangun.
2. Suhu Tubuh Normal (0800)
- Definisi: Suhu tubuh dalam batas normal.
- Indikator: Suhu tubuh dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia.
3. Kontrol Mual (1618)
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengurangi rasa mual.
- Indikator: Frekuensi mual menurun, intensitas mual menurun, tidak ada episode muntah.
4. Eliminasi Usus Lancar (0501)
- Definisi: Pengeluaran feses secara teratur.
- Indikator: Frekuensi buang air besar normal, konsistensi feses normal, tidak ada rasa tidak nyaman saat defekasi.
5. Kontrol Nyeri (1605)
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Indikator: Intensitas nyeri menurun, Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri meningkat, Kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri meningkat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Pola Tidur:
- Atur lingkungan yang kondusif untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Berikan terapi sugestif untuk memfasilitasi tidur
- Monitor pola dan durasi tidur
2. Intervensi untuk Hipertermia:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam sesuai resep
- Tingkatkan asupan cairan
3. Intervensi untuk Mual:
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Berikan antiemetik sesuai resep
- Anjurkan posisi duduk atau berbaring dengan kepala lebih tinggi
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna
4. Intervensi untuk Konstipasi:
- Identifikasi faktor penyebab konstipasi
- Berikan laksatif sesuai resep
- Anjurkan peningkatan asupan cairan dan serat
- Ajarkan teknik defekasi yang benar
5. Intervensi untuk Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Monitor respon pasien terhadap penanganan nyeri
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 10973 | 16 Jan 2025
Klinis : ibu pasien mengatakan anaknya berusia 7 tahun sulit tidur, demam sejak 4 hari, naik turun, mual+muntah, belum bab dan bak, nafsu makan turun, nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
2. Hipertermia
3. Risiko Dehidrasi
4. Penurunan Intake Nutrisi
5. Nyeri Akut
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur
- SIKI: Manajemen Pola Tidur
2. Hipertermia
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Suhu Tubuh
- SIKI: Manajemen Hipertermia
3. Risiko Dehidrasi
- SDKI: Risiko Dehidrasi
- SLKI: Cairan dan Elektrolit
- SIKI: Manajemen Cairan
4. Penurunan Intake Nutrisi
- SDKI: Penurunan Intake Nutrisi
- SLKI: Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
5. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk menstandarkan praktik keperawatan di Indonesia. Diagnosa keperawatan, hasil, dan intervensi keperawatan distandarkan untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.