Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12915 | 26 Feb 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien anak perempuan, usia 5 tahun, yang mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penyakit Campak
- SDKI: Risiko Infeksi adalah status rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Tingkat Infeksi Menurun
- SIKI: Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Demam, Batuk, dan Ruam
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Demam, Ruam, dan Bintik Koplik
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Kontrol Nyeri Meningkat
- SIKI: Manajemen Nyeri, Penurunan Nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penyakit Campak:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis campak, seperti demam tinggi, ruam merah di kulit, dan bintik Koplik di mukosa mulut. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kesehatan pasien. Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan tingkat infeksi melalui manajemen infeksi dan pencegahan infeksi.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Demam, Batuk, dan Ruam:
Gejala-gejala yang dialami pasien, seperti demam, batuk, dan ruam di kulit, dapat menyebabkan ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktivitas rutin. Tujuan intervensi keperawatan adalah meningkatkan toleransi aktivitas melalui manajemen aktivitas dan peningkatan energi.
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Demam, Ruam, dan Bintik Koplik:
Pasien mengalami gejala-gejala yang dapat menyebabkan nyeri akut, seperti demam, ruam di kulit, dan bintik Koplik di mukosa mulut. Tujuan intervensi keperawatan adalah meningkatkan kontrol nyeri melalui manajemen nyeri dan penurunan nyeri. -
Article No. 12916 | 26 Feb 2025
Klinis : Perfusi jaringan serebral in efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Perfusi jaringan serebral in efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi:
Gangguan aliran darah ke dan di dalam otak yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Faktor Risiko:
1. Penyakit serebrovaskular (stroke, aneurisma, malformasi arteriovenosa)
2. Trauma kepala
3. Proses inflamasi (meningitis, ensefalitis)
4. Gangguan sirkulasi (hipotensi, hipertensi, hipoperfusi)
5. Penyakit jantung
Gejala dan Tanda:
1. Perubahan status mental (penurunan tingkat kesadaran, kebingungan, agitasi)
2. Defisit neurologis fokal (paralisis, penurunan sensasi, ataxia)
3. Perubahan tanda-tanda vital (peningkatan atau penurunan tekanan darah, nadi, suhu)
4. Perubahan perfusi kulit (penurunan, sianosis)
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien menunjukkan perfusi jaringan serebral yang adekuat
2. Pasien menunjukkan tidak ada gejala dan tanda perubahan perfusi serebral
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi dan monitor faktor risiko
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk intervensi medis
3. Monitoring tanda-tanda vital dan perfusi jaringan serebral
4. Manajemen oksigenasi
5. Manajemen cairan dan elektrolit
6. Manajemen nyeri dan kecemasan
7. Edukasi pasien dan keluarga
SDKI, SLKI, dan SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia. Standar-standar ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola masalah kesehatan pasien secara efektif. -
Article No. 12917 | 26 Feb 2025
Klinis : Perfusi jaringan serebral in efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi perfusi jaringan serebral tidak efektif, dengan tone akademis dan persona pakar nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi jaringan serebral tidak efektif adalah "Penurunan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan pada aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak menjadi tidak mencukupi. Hal ini dapat berdampak pada fungsi kognitif, motorik, dan sistem saraf pusat secara keseluruhan.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
a. Perfusi Jaringan Serebral: Menunjukkan aliran darah ke otak yang adekuat, ditandai dengan pemantauan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda hipotensi, serta tidak ada gejala defisit neurologis.
b. Fungsi Kognitif: Menunjukkan kemampuan berpikir, memahami, dan merespons stimulus secara optimal, sesuai dengan tingkat perkembangan klien.
c. Mobilitas: Menunjukkan kemampuan melakukan pergerakan yang terkoordinasi dan terarah, sesuai dengan tingkat perkembangan klien.
d. Integritas Saraf: Menunjukkan keutuhan dan fungsi sistem saraf pusat yang normal, bebas dari tanda-tanda defisit neurologis.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) secara berkala untuk mengidentifikasi perubahan yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan serebral.
b. Pengaturan Posisi: Mengatur posisi klien dengan head-of-bed (HOB) elevasi 30-45 derajat untuk memfasilitasi aliran darah ke otak.
c. Manajemen Oksigenasi: Memastikan oksigenasi adekuat dengan pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan otak.
d. Manajemen Cairan: Memantau dan mempertahankan status cairan dalam rentang normal untuk menjaga tekanan darah dan perfusi jaringan serebral.
e. Stimulasi Kognitif: Memberikan stimulasi kognitif melalui aktivitas, permainan, atau interaksi yang sesuai dengan kemampuan klien untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif.
f. Fisioterapi: Melakukan fisioterapi sesuai kebutuhan untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas klien.
g. Edukasi: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya mempertahankan perfusi jaringan serebral, serta tindakan yang dapat dilakukan untuk mendukung pemulihan.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan serebral, fungsi kognitif, mobilitas, serta integritas sistem saraf pusat pada klien. -
Article No. 12918 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/- , ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan mengenai kondisi Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, diare kronis, dan malabsorpsi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun (HIV positif).
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penolakan terhadap penyakit.
4. Risiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan stigma HIV/AIDS.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Penurunan asupan nutrisi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
- SIKI: Pemberian nutrisi enteral/parenteral, konseling gizi, dan pemantauan status nutrisi.
2. Risiko infeksi:
- SDKI: Peningkatan kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, dan edukasi pencegahan infeksi.
3. Koping individu tidak efektif:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi mental, emosional, dan perilaku yang efektif dalam menghadapi masalah atau stressor.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengembangkan koping yang efektif.
- SIKI: Terapi konseling, dukungan emosional, dan edukasi manajemen stres.
4. Risiko gangguan citra tubuh:
- SDKI: Persepsi negatif terhadap penampilan dan fungsi tubuh yang dapat mempengaruhi harga diri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien menerima dan beradaptasi dengan perubahan citra tubuh.
- SIKI: Terapi konseling, terapi kelompok, dan edukasi penerimaan diri.
Dalam kasus Tn. A, perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nutrisi, infeksi, koping yang tidak efektif, dan risiko gangguan citra tubuh, serta memberikan dukungan emosional dan edukasi yang sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 12919 | 26 Feb 2025
Klinis : Pasien dengan retardasi mental, gangguan perilaku
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis bagi pasien dengan retardasi mental dan gangguan perilaku:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F70
- Deskripsi: Retardasi mental ringan
2. Kode ICD-10:
- Kode: F91
- Deskripsi: Gangguan perilaku
Dalam kasus ini, tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis spesifik yang terkait dengan kondisi ini. Penatalaksanaan umum untuk pasien dengan retardasi mental dan gangguan perilaku mencakup terapi perilaku, psikoterapi, dan penggunaan obat-obatan psikotropika bila diperlukan. Namun, kode prosedur yang mungkin dapat digunakan adalah:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi perilaku
Catatan: Kode ICD-10 F70 untuk retardasi mental ringan dan F91 untuk gangguan perilaku merupakan diagnosa utama yang dapat digunakan untuk pasien dengan kondisi ini. Penatalaksanaan yang sesuai akan bergantung pada penilaian klinis dan kebutuhan individual pasien. -
Article No. 12920 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Tn. A berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan diare kronis.
2. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan asupan nutrisi tidak adekuat.
3. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan penolakan untuk berkomunikasi dan menghindari pertanyaan.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan status imun yang terganggu akibat HIV positif.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Status Nutrisi Membaik
- Berat badan meningkat
- Intake nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
3. Koping Efektif
- Klien mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya
- Klien terlibat aktif dalam perawatan
- Klien menunjukkan perilaku positif
4. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan perbaikan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Pertahankan akses intravena adekuat
- Pantau tanda-tanda vital dan parameter keseimbangan cairan
- Berikan penggantian cairan sesuai kebutuhan
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi
- Monitor asupan nutrisi dan berat badan
3. Terapi Perilaku
- Ciptakan lingkungan yang terapeutik dan suportif
- Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan
- Berikan dukungan psikologis dan konseling
4. Manajemen Infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Pantau respons terhadap terapi antibiotik
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dirumuskan berdasarkan kondisi klien Tn. A yang mengalami diare kronis, penurunan berat badan, anoreksia, perubahan perilaku, dan HIV positif. Tujuan utama adalah mempertahankan keseimbangan cairan, memperbaiki status nutrisi, meningkatkan koping, serta mencegah dan mengendalikan infeksi. Intervensi keperawatan meliputi manajemen cairan, nutrisi, terapi perilaku, dan manajemen infeksi dengan melibatkan klien, keluarga, dan tim kesehatan lain secara kolaboratif. -
Article No. 12921 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/- , ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Tn.A berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Oportunistik berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat infeksi HIV.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat akibat anoreksia dan diare kronis.
3. Resiko Dehidrasi berhubungan dengan diare kronis dan asupan cairan tidak adekuat.
4. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan depresi, cemas, dan penolakan terhadap penyakit.
5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekret berlebih dan infeksi oportunistik paru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi infeksi oportunistik selama perawatan.
2. Berat badan klien meningkat sesuai target dan IMT dalam batas normal.
3. Cairan tubuh klien dalam keseimbangan.
4. Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan terbuka terhadap petugas kesehatan.
5. Jalan napas klien efektif, tidak ada tanda-tanda infeksi saluran napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi Oportunistik:
- Pantau tanda-tanda infeksi oportunistik.
- Kolaborasi pemberian terapi antiretroviral dan profilaksis infeksi oportunistik.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi oportunistik.
2. Manajemen Nutrisi:
- Kaji asupan nutrisi klien dan identifikasi faktor yang memengaruhi.
- Kolaborasi pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Cairan:
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan keseimbangan cairan.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
4. Manajemen Komunikasi:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk komunikasi.
- Dorong klien untuk berbagi perasaan dan pengalamannya.
- Beri dukungan psikologis dan emosional secara empati.
5. Manajemen Jalan Napas:
- Pantau status respirasi dan identifikasi masalah jalan napas.
- Berikan terapi oksigen atau alat bantu pernapasan jika diperlukan.
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dan bronkodilator sesuai indikasi.
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Tn.A secara holistik. Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi klien. -
Article No. 12922 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/- , ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat yang ditandai dengan penurunan berat badan drastis, IMT 17, tidak nafsu makan, dan sering menolak untuk makan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan adanya kandidiasis oral, hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, leukosit, Ht), serta hasil tes HIV positif.
4. Perubahan persepsi sensori: gangguan komunikasi berhubungan dengan depresi yang ditandai dengan klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi, dan menghindari pertanyaan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan nutrisi: status gizi membaik, yang ditandai dengan peningkatan berat badan, IMT, dan nafsu makan.
2. Toleransi aktivitas meningkat, yang ditandai dengan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Tidak terjadi infeksi, yang ditandai dengan tanda-tanda vital normal, hasil laboratorium dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Komunikasi efektif, yang ditandai dengan klien mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan perawat dan keluarga.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Keseimbangan nutrisi: Kaji status nutrisi, Monitor asupan dan output nutrisi, Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
2. Intervensi untuk Toleransi aktivitas: Kaji tingkat aktivitas klien, Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan klien, Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Intervensi untuk Risiko tinggi infeksi: Kaji tanda-tanda infeksi, Monitor hasil laboratorium, Berikan perawatan luka yang tepat, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik dan antiviral.
4. Intervensi untuk Gangguan komunikasi: Kaji kemampuan komunikasi klien, Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi, Gunakan komunikasi terapeutik, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan jiwa untuk intervensi lebih lanjut.
Penjelasan di atas disampaikan dengan nada akademis dan persona pakar, serta fokus pada peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi Tn. A. -
Article No. 12923 | 26 Feb 2025
Klinis : Ny. Siti, 45 tahun, datang ke ruang rawat inap dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Klien mengeluh tubuhnya terasa panas, lelah, dan pusing. Klien tampak lemas, pucat, dan lesu. Klien mengatakan sebelum demam ia sempat membantu kakaknya yang sedang menyelenggarakan pernikahan anaknya, klien sibuk membantu sejak pagi hingga malam selama 2 hari sehingga ia kelelahan. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), suhu tubuh klien mencapai 38,7°C, RR: 20x/menit, N: 98x/menit, TD: 115/70 mmHg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Kelelahan (Fatigue)
Definisi: Sensasi subjektif akan kurangnya energi fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala yang muncul pada kasus ini adalah klien mengeluh tubuhnya terasa panas, lelah, dan pusing, serta tampak lemas, pucat, dan lesu. Klien juga mengatakan sebelum demam, ia telah membantu kakaknya yang sedang menyelenggarakan pernikahan anaknya selama 2 hari secara terus-menerus, sehingga menyebabkan kelelahan.
2. Hipertermia (Hyperthermia)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat gangguan regulasi suhu.
Pada kasus ini, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan suhu tubuh klien mencapai 38,7°C, yang merupakan indikasi adanya hipertermia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelelahan (Fatigue)
- Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Klien dapat melakukan manajemen energi yang efektif.
- Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan.
2. Hipertermia (Hyperthermia)
- Suhu tubuh klien kembali normal.
- Klien dapat mengontrol peningkatan suhu tubuh.
- Klien tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelelahan (Fatigue)
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada klien.
- Bantu klien mengidentifikasi dan mengatasi penyebab kelelahan.
- Ajarkan klien teknik manajemen energi, seperti pengaturan jam tidur, istirahat yang cukup, dan pemenuhan nutrisi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai, seperti obat-obatan atau fisioterapi.
2. Hipertermia (Hyperthermia)
- Pantau tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh, secara rutin.
- Berikan intervensi penurun demam, seperti kompres hangat, pemberian antipiretik, dan/atau tindakan pendinginan.
- Ajarkan klien tentang upaya-upaya mandiri untuk mengatasi hipertermia, seperti minum banyak cairan, menggunakan pakaian yang menyerap keringat, dan menghindari aktivitas berlebih.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan penyebab hipertermia dan pengobatan yang sesuai.
Pada kasus ini, pendekatan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kelelahan dan hipertermia yang dialami oleh Ny. Siti. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus berfokus pada peningkatan kesejahteraan klien dan pencapaian luaran yang diharapkan. -
Article No. 12924 | 26 Feb 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 26 tahun dibawa ke IGD Psikiatric dengan keluhan utama marah marah, emosi susah dikontrol. Keluarga mengungkapkan bahwa sejak 6 bulan ini mood-nya cepat berubah, kadang kelihatan sedih, tidak bersemangat, lesu dan putus asa dan kadang terlihat sangat bersemangat seperti kelebihan tenaga hingga tidak tidur selama beberapa hari. Klien pernah ikut komunitas filsafat dan sering membicarakan tentang makna hidup dan pernah berganti jurusan kuliah yang awalnya teknik ke filsafat karena merasa lebih cocok dengan dirinya, namun tidak kunjung lulus. Klien idealis, mudah tersinggung dan mudah marah jika orang lain tidak sependapat atau menentang idenya. Hasil pengkajian diperoleh klien mengalami manik depresif. klien mempunyai riwayat memakai obat-obatan diawal tahun perkuliahan dan belum lama ditinggal pacarnya menikah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Gangguan Proses Pikir: Mania
Pasien menunjukkan gejala mania seperti mood yang cepat berubah, peningkatan energi dan aktivitas, serta ide-ide yang tidak realistis terkait makna hidup. Hal ini menunjukkan adanya gangguan proses pikir dalam bentuk mania.
2. Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien menunjukkan gejala marah-marah dan emosi yang sulit dikontrol, yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Oleh karena itu, diagnosa ini perlu dipertimbangkan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal marah dan menggunakan strategi untuk mengendalikan perilakunya.
- Pasien dapat mengatasi kemarahan dan menunjukkan respons yang sesuai dalam situasi yang memicu kemarahan.
2. Stabilitas Mood
- Pasien dapat menunjukkan mood yang stabil dan konsisten.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mood.
3. Proses Pikir Adaptif
- Pasien dapat berpikir secara realistis dan rasional.
- Pasien dapat membuat keputusan yang sesuai dengan realitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kaji tanda-tanda awal perilaku kekerasan
- Kembangkan strategi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
- Latih pasien dalam menggunakan strategi pengendalian perilaku kekerasan
- Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien
2. Stabilisasi Mood
- Kaji pola dan faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mood
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi mood
- Berikan psikoedukasi terkait manajemen mood
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan farmakologis jika diperlukan
3. Terapi Realitas
- Kaji kemampuan pasien dalam berpikir realistis dan membuat keputusan
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengoreksi pemikiran yang tidak realistis
- Latih pasien dalam berpikir kritis dan membuat keputusan yang sesuai dengan realitas
- Berikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu pasien berpikir secara adaptif
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien laki-laki, 26 tahun, dengan keluhan marah-marah dan emosi yang sulit dikontrol, serta riwayat gangguan mood dan penyalahgunaan obat-obatan.