Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11021 | 16 Jan 2025
Klinis : Ny. I berusia 59 tahun mengalami stroke tapi fungsi sensorik nya sudah mulai membaik, klien mengatakan sush menelan makanan, pusing dan mual pada saat dikaji, implementasi nya apa?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Ny. I.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Ny. I adalah:
1. Gangguan menelan (disfagia) berhubungan dengan kelemahan otot-otot menelan akibat stroke.
Ny. I mengalami kesulitan menelan makanan, yang merupakan salah satu gejala dari disfagia atau gangguan menelan. Hal ini disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan, sebagai akibat dari stroke yang dialaminya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa aspirasi.
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan Ny. I dapat menelan makanan dan cairan dengan aman, tanpa terjadi aspirasi (masuknya makanan atau cairan ke dalam saluran pernapasan).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen disfagia
a. Kaji kemampuan menelan pasien, termasuk jenis dan konsistensi makanan yang dapat ditelan dengan aman.
b. Atur posisi pasien saat makan, seperti kepala sedikit terangkat dan leher fleksi.
c. Berikan makanan dan cairan sesuai dengan kemampuan menelan pasien, misalnya dengan konsistensi puree atau cairan kental.
d. Ajarkan pasien dan keluarga teknik menelan yang aman, seperti menelan dengan perlahan dan dalam jumlah sedikit.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Manajemen mual dan muntah
a. Kaji penyebab mual dan muntah, seperti perubahan pada sistem gastrointestinal akibat stroke.
b. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai indikasi untuk mengurangi mual dan muntah.
c. Anjurkan pasien untuk makan dalam jumlah sedikit tapi sering.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatasi mual dan muntah.
3. Manajemen pusing
a. Kaji penyebab pusing, seperti hipotensi ortostatik atau perubahan fungsi vestibular akibat stroke.
b. Berikan obat-obatan yang dapat mengurangi pusing sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi pusing, seperti perubahan posisi secara perlahan.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk mengatasi pusing.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan Ny. I dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa aspirasi, serta mengatasi keluhan mual, muntah, dan pusing yang dialaminya. -
Article No. 11022 | 16 Jan 2025
Klinis : pasien sdh tidak bekerja,tidak punya penghasilan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI).
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI).
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakberdayaan" (Powerlessness) dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Ketidakberdayaan adalah "Perasaan kehilangan kontrol atas situasi atau peristiwa penting dalam kehidupan dan tidak mampu bertindak untuk mengubah hasil yang tidak diinginkan." Kondisi pasien yang tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan menunjukkan adanya perasaan kehilangan kontrol atas situasi kehidupan mereka dan ketidakmampuan untuk mengubah hasil yang tidak diinginkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Ketidakberdayaan", luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
a. Kontrol Diri: Pasien mampu menunjukkan perasaan dan perilaku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi.
b. Harga Diri: Pasien mampu menunjukkan penerimaan diri dan menghargai kemampuan yang dimiliki.
c. Koping: Pasien mampu menunjukkan upaya untuk mengatasi situasi sulit yang dihadapi.
Luaran ini menunjukkan bahwa pasien dapat memiliki kontrol diri, harga diri, dan kemampuan koping yang baik dalam menghadapi situasi kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
a. Fasilitasi Pengambilan Keputusan
- Mengidentifikasi masalah yang dihadapi pasien terkait kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
- Membantu pasien mengeksplorasi opsi-opsi yang tersedia untuk mengatasi masalah.
- Memfasilitasi pasien dalam mengambil keputusan terkait langkah-langkah yang akan diambil.
b. Dukungan Emosional
- Memberikan empati dan validasi terhadap perasaan-perasaan yang dialami pasien.
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran yang dirasakan.
- Memberikan dukungan dan semangat kepada pasien dalam menghadapi situasi sulit.
c. Peningkatan Harga Diri
- Membantu pasien mengidentifikasi kelebihan dan kekuatan yang dimiliki.
- Mendorong pasien untuk menghargai dirinya dan kemampuan yang ada.
- Memberikan umpan balik positif untuk meningkatkan penerimaan diri pasien.
d. Pengembangan Koping
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber daya dan dukungan yang tersedia.
- Mengajarkan teknik-teknik koping yang sesuai untuk mengatasi masalah.
- Memfasilitasi pasien dalam menyusun rencana tindakan konkret untuk mengatasi situasi.
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan kontrol diri, harga diri, dan kemampuan koping dalam menghadapi kondisi kehilangan pekerjaan dan penghasilan, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11023 | 16 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G57.0
- Deskripsi: Sindrom terowongan karpal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 04.43
- Deskripsi: Dekompresi saraf karpal
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing, diagnosis yang paling sesuai adalah sindrom terowongan karpal (G57.0). Sindrom terowongan karpal adalah kondisi di mana saraf median mengalami penekanan atau tekanan di dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, yang dapat menyebabkan gejala seperti kesemutan, rasa kesemutan, dan kelemahan di tangan.
Jika diperlukan intervensi medis, tindakan yang dapat dilakukan adalah dekompresi saraf karpal (kode ICD-9-CM 04.43). Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada saraf median dengan melakukan pembedahan untuk memperlebar terowongan karpal dan membebaskan saraf.
Catatan: Diagnosis dan tindakan medis harus ditentukan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh terhadap pasien. -
Article No. 11024 | 16 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan persona sebagai pakar dan nurse, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Sensasi Perifer
Definisi: Gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, biasanya disertai dengan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00072
- Definisi: Gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, biasanya disertai dengan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
- Karakteristik Utama: Kesemutan, mati rasa, nyeri pada ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 01901
- Judul Luaran: Sensasi Perifer
- Definisi: Kemampuan individu untuk merasakan sensasi normal pada ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 6870
- Judul Intervensi: Manajemen Sensasi Perifer
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
Berdasarkan standar PPNI, diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan di atas, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah gangguan sensasi perifer yang dialami oleh pasien. -
Article No. 11025 | 16 Jan 2025
Klinis : Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan untuk kondisi Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan individu atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar secara adekuat.
Karakteristik Definisi: Keterbatasan sumber daya, kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, dan ketergantungan pada sumber daya lain.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Individu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar secara adekuat.
Kriteria Hasil: Individu atau keluarga mampu mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan mampu memenuhi kebutuhan dasar.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Asesment Sumber Daya Ekonomi
2. Manajemen Keuangan
3. Dukungan Ekonomi
4. Edukasi Pemanfaatan Sumber Daya
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi menggambarkan kondisi di mana individu atau keluarga mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka secara memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan finansial, kurangnya akses terhadap sumber daya, atau ketidakmampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi asesmen sumber daya ekonomi, manajemen keuangan, dukungan ekonomi, dan edukasi pemanfaatan sumber daya. Tujuan akhirnya adalah agar individu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka secara adekuat. -
Article No. 11026 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri karena nyeri dismenore
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri karena dismenore.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan dismenore
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut berhubungan dengan dismenore adalah keadaan yang ditandai dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat potensi atau aktual kerusakan jaringan yang dirasakan di daerah panggul atau perut bawah, yang muncul secara tiba-tiba dan dapat diprediksi waktunya, terkait dengan siklus menstruasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan sensasi nyeri yang dialami.
2. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan keadaan yang menyenangkan dan bebas dari distres fisik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor penyebab, memfasilitasi strategi koping, dan memantau efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri yang dialami pasien.
2. Terapi Komplementer: Pemberian terapi tambahan selain pengobatan medis untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik, seperti terapi relaksasi, akupresur, atau terapi herbal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut berhubungan dengan dismenore, perawat perlu mengidentifikasi penyebab nyeri, memfasilitasi strategi koping pasien, dan memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengurangi nyeri, serta memantau efektivitas intervensi yang diberikan. -
Article No. 11027 | 16 Jan 2025
Klinis : Data subjektif : 1. Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah 2. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul 3. Pasien mengatakan sering makan-makanan cepat saji 4. Pasien mengatakan jarang olahraga 5. Pasien mengatakan belum memahami konsep dismenore 6. Pasien mengatakan nyeri ini mengganggu aktivitas Data objektif 1. Skala nyeri 4 2. Pasien tampak cemas 3. Pasien tidak beraktivitas seperti biasa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan objektif yang diberikan, saya sebagai perawat profesional menyimpulkan bahwa pasien kemungkinan mengalami diagnosa keperawatan "Nyeri akut" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah kumpulan diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia. Diagnosa "Nyeri akut" dalam SDKI didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah kumpulan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk diagnosa "Nyeri akut", beberapa luaran yang diharapkan antara lain penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan mengatasi nyeri, dan peningkatan kenyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah kumpulan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk diagnosa "Nyeri akut", intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan edukasi tentang nyeri.
Dengan demikian, sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian lebih lanjut, menetapkan diagnosa "Nyeri akut", serta merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu pasien mengatasi nyeri yang dialaminya. -
Article No. 11028 | 16 Jan 2025
Klinis : tidak bisa berkemih, distensi kandung kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap, yang dapat disebabkan oleh obstruksi atau disfungsi kandung kemih.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dengan retensi urin dapat mencapai status eliminasi urin yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status eliminasi urin, pemantauan input-output cairan, pemasangan kateter, dan edukasi tentang manajemen retensi urin.
2. Distensio Vesicae
Definisi: Pembesaran abnormal dari kandung kemih.
Penjelasan:
- SDKI: Distensio vesicae adalah pembesaran abnormal dari kandung kemih yang dapat disebabkan oleh obstruksi pada saluran kemih atau penurunan kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi.
- SLKI: Pasien dengan distensio vesicae dapat mencapai kandung kemih yang tidak terdistansi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status eliminasi urin, pemantauan input-output cairan, pemasangan kateter, dan edukasi tentang manajemen distensio vesicae.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami tidak dapat berkemih (retensi urin) yang menyebabkan distensio vesicae (pembesaran kandung kemih). Penatalaksanaan keperawatan yang perlu dilakukan meliputi pengkajian status eliminasi urin, pemantauan input-output cairan, pemasangan kateter, dan edukasi pasien serta keluarga tentang manajemen retensi urin dan distensio vesicae. -
Article No. 11029 | 16 Jan 2025
Klinis : kelemahan eksiremitas kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kelemahan ekstremitas kiri.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang independen dan terkoordinasi dari satu tempat ke tempat lain.
Faktor Terkait:
- Kelemahan otot ekstremitas kiri
Karakteristik Mayor:
- Kesulitan dalam bergerak
- Penurunan kekuatan otot ekstremitas kiri
- Penurunan rentang gerak ekstremitas kiri
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Mobilitas Fisik
- Kekuatan Otot
- Rentang Gerak Sendi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Latihan Mobilitas
- Latihan Kekuatan Otot
- Terapi Latihan
Penjelasan:
Kelemahan ekstremitas kiri dapat menyebabkan gangguan mobilitas fisik pada pasien. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik" dengan faktor terkait berupa kelemahan otot ekstremitas kiri. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan mobilitas fisik, kekuatan otot, dan rentang gerak sendi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah latihan mobilitas, latihan kekuatan otot, dan terapi latihan untuk membantu memulihkan fungsi ekstremitas kiri pasien. -
Article No. 11030 | 16 Jan 2025
Klinis : kadar hemoglobin 7 mg/dL, mudah lelah, pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Karakteristik Utama: Kadar hemoglobin rendah, mudah lelah, pucat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, kapillary refill time normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama:
- Pemantauan Cairan: Memantau intake dan output cairan, tanda-tanda vital, dan tanda-tanda dehidrasi.
- Terapi Cairan: Memberikan cairan intravena atau oral sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami kekurangan volume cairan ditandai dengan kadar hemoglobin rendah, mudah lelah, dan tampak pucat. Perawat perlu melakukan pemantauan cairan, memberikan terapi cairan sesuai kebutuhan, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.