Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11145 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang anda deskripsikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi berat: Peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 180 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik melebihi 110 mmHg.
2. Edema (Anasarka): Pembengkakan umum yang terjadi di seluruh tubuh, terutama pada wajah, tangan, dan tungkai.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral: Penurunan aliran darah ke otak, yang ditandai dengan sakit kepala berat dan penglihatan kabur.
4. Mual dan Muntah: Sensasi tidak nyaman di perut yang menyebabkan pengeluaran isi perut melalui mulut.
5. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, seperti nyeri ulu hati dan nyeri tumpul di perut kanan atas.
6. Gangguan perfusi jaringan uterus: Penurunan aliran darah ke uterus, yang ditandai dengan penurunan gerakan janin.
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi berat: Kondisi tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan organ-organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, dan mata. Perlu dilakukan pemantauan ketat dan pemberian terapi antihipertensi.
2. Edema (Anasarka): Penumpukan cairan di jaringan tubuh dapat menyebabkan pembengkakan dan peningkatan berat badan. Diperlukan pemantauan cairan tubuh, pembatasan asupan cairan, dan pemberian diuretik jika perlu.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral: Penurunan aliran darah ke otak dapat menyebabkan gejala sakit kepala, penglihatan kabur, dan bahkan kerusakan otak. Penanganan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
4. Mual dan Muntah: Gejala ini dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan penurunan asupan nutrisi. Intervensi keperawatan meliputi pemberian antiemetik, dukungan nutrisi, dan manajemen cairan.
5. Nyeri akut: Nyeri dapat menyebabkan distress, gangguan tidur, dan penurunan aktivitas. Penanganan nyeri dengan analgetik, kompres hangat, dan teknik nonfarmakologis diperlukan.
6. Gangguan perfusi jaringan uterus: Penurunan aliran darah ke uterus dapat berdampak pada pertumbuhan dan kesejahteraan janin. Pemantauan janin secara ketat dan tindakan obstetri jika perlu diperlukan untuk menjaga keselamatan ibu dan janin.
Secara keseluruhan, kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda preeklampsia berat dengan komplikasi HELLP Syndrome, yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Penanganan segera di rumah sakit dengan kolaborasi tim kesehatan sangat diperlukan untuk menyelamatkan ibu dan janin. -
Article No. 11146 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi keperawatan untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler akibat HELLP Syndrome.
2. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan afterload akibat hipertensi.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebri.
4. Risiko Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan akibat HELLP Syndrome.
5. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
6. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, perfusi perifer baik.
2. Stabilitas Hemodinamik: Tekanan darah terkontrol, nadi regular, curah jantung adekuat.
3. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah relaks.
4. Pertukaran Gas: Saturasi oksigen dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
5. Perfusi Jaringan Serebral: Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, kesadaran membaik.
6. Status Nutrisi: Tidak ada mual/muntah, asupan nutrisi adekuat, berat badan stabil.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Cairan
- Ukur dan catat intake dan output cairan
- Monitor tanda-tanda edema, hipovolemia, atau kelebihan cairan
- Berikan terapi cairan sesuai indikasi
2. Manajemen Kardiovaskular
- Monitor tanda-tanda vital secara ketat
- Berikan terapi antihipertensi sesuai indikasi
- Pantau curah jantung dan tanda-tanda gagal jantung
3. Manajemen Nyeri
- Nilai karakteristik nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
4. Manajemen Oksigenasi
- Monitor status respirasi dan oksigenasi
- Berikan oksigen suplemental sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intubasi jika diperlukan
5. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Posisikan kepala pasien dengan elevasi 30-45 derajat
- Berikan terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan intrakranial
6. Manajemen Nutrisi
- Monitor asupan dan output nutrisi
- Berikan antiemetik untuk mengurangi mual/muntah
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi enteral/parenteral
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler akibat HELLP Syndrome.
- HELLP Syndrome menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang interstisial, mengakibatkan edema.
- Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti hiponatremia, hiperkalemia, atau asidosis metabolik.
2. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan afterload akibat hipertensi.
- Hipertensi pada preeklampsia/eklampsia menyebabkan peningkatan afterload, sehingga dapat menurunkan curah jantung.
- Penurunan curah jantung dapat menyebabkan gangguan perfusi ke vital organ, termasuk otak, ginjal, dan jantung itu sendiri.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebri.
- Edema serebri yang terjadi pada HELLP Syndrome dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menimbulkan nyeri kepala yang berat.
- Nyeri kepala ini dapat disertai dengan gejala lain seperti penglihatan kabur, mual, muntah, dan gangguan kesadaran.
4. Risiko Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan akibat HELLP Syndrome.
- HELLP Syndrome menyebabkan gangguan perfusi jaringan, termasuk ke paru-paru, sehingga dapat mengganggu pertukaran gas.
- Hal ini dapat menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, dan distres pernapasan.
5. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
- Peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebri pada HELLP Syndrome dapat menyebabkan penurunan perfusi ke jaringan otak.
- Hal ini dapat menimbulkan gejala gangguan saraf pusat, penurunan kesadaran, dan kerusakan otak.
6. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
- Mual, muntah, dan anoreksia yang terjadi pada HELLP Syndrome dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
- Hal ini dapat berdampak pada kondisi ibu dan janin, serta memperburuk komplikasi HELLP Syndrome.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, perfusi perifer baik.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mencegah komplikasi akibat gangguan keseimbangan cairan.
2. Stabilitas Hemodinamik: Tekanan darah terkontrol, nadi regular, curah jantung adekuat.
- Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas hemodinamik, mencegah komplikasi akibat hipertensi, dan mempertahankan perfusi ke organ vital.
3. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah relaks.
- Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri kepala yang berat, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan status fungsional pasien.
4. Pertukaran Gas: Saturasi oksigen dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. -
Article No. 11147 | 18 Jan 2025
Klinis : demam tinggi 40celcius sampai dengan 4 hari kompres, minum obat paracetamol, merasakan mual dan muntah serta nyeri pada perut dan hari kamis tidak enak badan algi, senin balik ke IGD dengan kondisi lemas, malamnya naik demam, dirumah banyak genangan air, tetangga juga mengalami sakit DHF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu demam tinggi, mual, muntah, nyeri perut, dan lemah, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Hipertermia (SDKI: 00007)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
- Gejala yang muncul: Demam tinggi 40°C, mual, muntah.
2. Nyeri Akut (SDKI: 00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Gejala yang muncul: Nyeri pada perut.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Gejala yang muncul: Lemah, tidak enak badan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipertermia
- Tanda Vital: Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal (SLKI: 00007)
- Tidak ada Tanda-Tanda Infeksi (SLKI: 00007)
2. Nyeri Akut
- Nyeri Terkontrol (SLKI: 00002)
- Melaporkan Rasa Nyaman (SLKI: 00014)
3. Intoleransi Aktivitas
- Tingkat Aktivitas Meningkat (SLKI: 00012)
- Tingkat Energi Meningkat (SLKI: 00003)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipertermia
- Manajemen Demam (SIKI: 3240)
- Identifikasi penyebab demam
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan kompres dingin
- Fasilitasi asupan cairan yang cukup
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
- Manajemen Cairan (SIKI: 4120)
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena jika asupan oral tidak adekuat
2. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri (SIKI: 1400)
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis mengatasi nyeri
- Manajemen Obat (SIKI: 2380)
- Kaji efek obat dan efek samping
3. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi (SIKI: 0180)
- Identifikasi faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas
- Bantu aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Ajarkan teknik mengkonservasi energi
- Peningkatan Latihan: Mobilisasi (SIKI: 0200)
- Tingkatkan aktivitas secara bertahap
- Ajarkan latihan mobilisasi yang aman
Penjelasan:
Penatalaksanaan keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen demam, cairan, nyeri, dan aktivitas untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami pasien. Intervensi ini bertujuan untuk menstabilkan kondisi pasien, mengurangi gejala, dan meningkatkan toleransi aktivitas sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 11044 | 17 Jan 2025
Klinis : risiko jatuh anak berhubungan dnegan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani risiko jatuh pada anak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Jatuh (anak) berhubungan dengan perkembangan motorik dan koordinasi yang belum matang, keterbatasan sensori, lingkungan yang tidak aman, serta usia anak. Risiko jatuh pada anak dapat menyebabkan cedera fisik, psikologis, dan sosial yang signifikan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Jatuh (anak).
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan anak menunjukkan:
1. Perilaku pencegahan jatuh yang adekuat, seperti menggunakan alat bantu mobilisasi dengan benar, menghindari permukaan yang licin, dan meminta bantuan saat berpindah.
2. Tidak terjadi insiden jatuh selama perawatan.
3. Tidak terjadi cedera akibat jatuh.
4. Kemampuan anak dan keluarga dalam mengenali faktor risiko jatuh dan melakukan tindakan pencegahan.
5. Kepuasan anak dan keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Identifikasi Risiko Jatuh
- Lakukan asesmen komprehensif terhadap risiko jatuh anak, termasuk riwayat jatuh, perkembangan motorik, dan kondisi lingkungan.
- Tentukan tingkat risiko jatuh anak menggunakan alat ukur yang valid dan reliabel, seperti Humpty Dumpty Fall Risk Scale.
2. Edukasi Pencegahan Jatuh
- Berikan edukasi kepada anak dan keluarga mengenai faktor risiko jatuh dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
- Ajarkan anak dan keluarga cara menggunakan alat bantu mobilisasi dengan benar.
- Instruksikan anak dan keluarga untuk melaporkan segera jika terdapat kondisi yang meningkatkan risiko jatuh.
3. Modifikasi Lingkungan
- Lakukan modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, seperti menghilangkan permukaan yang licin, menyediakan penerangan yang memadai, dan memasang pagar pengaman di tempat yang diperlukan.
- Pastikan anak menggunakan sepatu atau sandal yang sesuai untuk mencegah tergelincir.
4. Pengawasan dan Intervensi
- Lakukan pengawasan ketat terhadap anak, terutama saat aktivitas mobilisasi dan berpindah.
- Berikan bantuan saat anak melakukan aktivitas yang berisiko, seperti saat berpindah dari tempat tidur.
- Segera tangani cedera yang terjadi akibat jatuh dan berikan perawatan yang komprehensif.
5. Dokumentasi dan Evaluasi
- Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan, termasuk respons anak dan keluarga, serta perkembangan kondisi anak.
- Lakukan evaluasi berkala untuk menilai efektivitas intervensi dan mengidentifikasi area perbaikan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya jatuh pada anak dan meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan. -
Article No. 11045 | 17 Jan 2025
Klinis : risiko jatuh anak berhubungan dnegan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi risiko jatuh pada anak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh anak adalah "Risiko Jatuh". Diagnosa ini mengacu pada potensi peningkatan kerentanan individu untuk jatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik. Pada anak, risiko jatuh dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, perkembangan, maupun kondisi kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Anak menunjukkan tidak ada cedera akibat jatuh.
2. Anak menunjukkan perilaku mencegah jatuh.
3. Anak menunjukkan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari tanpa risiko jatuh.
4. Keluarga menunjukkan kemampuan dalam mencegah jatuh pada anak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Identifikasi Risiko Jatuh
- Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor risiko jatuh pada anak, seperti usia, perkembangan, riwayat jatuh, kondisi medis, dan lingkungan.
- Gunakan alat ukur risiko jatuh yang sesuai untuk anak, seperti Humpty Dumpty Fall Risk Assessment Scale.
2. Pencegahan Jatuh
- Edukasi keluarga mengenai risiko jatuh dan strategi pencegahan.
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, seperti menyingkirkan benda yang dapat menyandung, memasang pegangan di kamar mandi, dan memberikan penerangan yang cukup.
- Latih anak dalam aktivitas sehari-hari dengan memperhatikan kemampuan dan risiko jatuh.
- Pantau dan evaluasi efektivitas intervensi pencegahan jatuh.
3. Manajemen Cedera Akibat Jatuh
- Berikan pertolongan pertama jika anak mengalami jatuh dan cedera.
- Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani cedera yang terjadi.
- Edukasi keluarga mengenai perawatan lanjutan dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi jatuh.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya jatuh pada anak dan meminimalkan dampak yang dapat ditimbulkan. -
Article No. 11046 | 17 Jan 2025
Klinis : risiko jatuh anak berhubungan dnegan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh anak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh anak adalah "Risiko Jatuh". Risiko Jatuh didefinisikan sebagai "Rentan mengalami penurunan kemampuan fisik yang dapat menyebabkan terjatuh dan mengakibatkan cedera fisik" (SDKI, 2017). Kondisi ini dikategorikan sebagai diagnosa keperawatan dengan fokus pada risiko karena anak rentan mengalami penurunan kemampuan fisik yang dapat menyebabkan terjatuh dan mengakibatkan cedera.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk kondisi risiko jatuh anak adalah:
1. Tingkat Risiko Jatuh: Anak menunjukkan risiko jatuh yang menurun.
2. Perilaku Pencegahan Jatuh: Anak dan keluarga menunjukkan perilaku yang mendukung pencegahan jatuh.
3. Stabilitas Fisik: Anak menunjukkan stabilitas fisik yang memadai untuk mencegah jatuh.
4. Cedera Fisik: Anak tidak mengalami cedera fisik akibat jatuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pengkajian Risiko Jatuh
- Mengkaji faktor-faktor risiko jatuh pada anak, seperti gangguan keseimbangan, riwayat jatuh, lingkungan yang tidak aman, dan lain-lain.
- Menggunakan alat ukur risiko jatuh yang sesuai untuk anak, seperti Humpty Dumpty Fall Risk Assessment Scale.
2. Pencegahan Jatuh
- Mengatur lingkungan yang aman, seperti menyingkirkan benda-benda yang dapat menyebabkan tersandung, memasang pagar pengaman, dan menjaga lantai agar tidak licin.
- Melatih anak dalam melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.
- Memberikan alat bantu jalan/mobilisasi jika diperlukan.
- Mengajarkan anak dan keluarga tentang strategi pencegahan jatuh.
3. Manajemen Pasca Jatuh
- Memberikan pertolongan pertama jika anak jatuh dan mengalami cedera.
- Melakukan evaluasi penyebab jatuh dan mengidentifikasi tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah kejadian serupa.
- Memonitor kondisi anak secara berkala untuk memastikan tidak ada komplikasi akibat jatuh.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat menurunkan risiko jatuh pada anak, mencegah terjadinya cedera, dan meningkatkan stabilitas fisik serta perilaku pencegahan jatuh pada anak dan keluarga. -
Article No. 11047 | 17 Jan 2025
Klinis : risiko jatuh anak berhubungan dnegan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang dibutuhkan dengan pendekatan akademis dan persona pakar, perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh pada anak adalah "Risiko Jatuh" (00155). Diagnosa ini menggambarkan peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keamanan: Tidak terjadi jatuh (0411)
- Kriteria Hasil:
a. Anak tidak mengalami jatuh selama masa perawatan
b. Anak mampu menjaga keseimbangan tubuh secara mandiri
c. Anak menunjukkan perilaku yang aman saat beraktivitas
2. Fungsi Mobilitas: Pergerakan Tubuh (0208)
- Kriteria Hasil:
a. Anak menunjukkan pergerakan tubuh yang baik sesuai usia
b. Anak mampu bergerak secara mandiri dengan aman
c. Anak tidak mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Jatuh (6490)
- Definisi: Identifikasi, minimalisasi, dan pemantauan risiko jatuh pada anak.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Mengkaji riwayat jatuh dan faktor risiko jatuh pada anak
b. Menyediakan lingkungan yang aman dan menghindari bahaya
c. Menggunakan alat bantu mobilitas yang sesuai untuk anak
d. Mengajarkan anak dan keluarga tentang strategi pencegahan jatuh
e. Memantau pergerakan dan keseimbangan anak secara berkala
2. Peningkatan Mobilitas (0208)
- Definisi: Memfasilitasi pergerakan tubuh anak yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Membantu anak melakukan latihan pergerakan dan peningkatan keseimbangan
b. Menyediakan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kondisi anak
c. Memberikan motivasi dan dukungan pada anak untuk bergerak secara mandiri
d. Mengajarkan anak dan keluarga teknik-teknik aman saat beraktivitas
e. Memantau dan mendokumentasikan kemajuan pergerakan anak
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencegah terjadinya jatuh pada anak dan memfasilitasi peningkatan mobilitas anak secara aman dan optimal. -
Article No. 11048 | 17 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluh nyeri pinggang dan mual , nafsu makan menurun , nyeri pada perut bagian bawah, warna kulit pucat,pasien merasa sulit bak, warna urin coklat, pancaran urin lemah, nokturia, hematuria, nyeri tak terkontrol, terjadinya perubahan eliminasi urin, pasien mengeluh sulit tidur akibat nyeri, faktor penyebab terjadinya keracunan jengkol
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Keracunan jengkol yang menyebabkan nyeri pinggang, perut bagian bawah, dan nyeri tak terkontrol.
2. Gangguan Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kualitas, kuantitas, dan pola tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau disfungsi pada individu.
- Penyebab: Nyeri yang dialami pasien menyebabkan kesulitan tidur.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Penyebab: Kondisi pasien yang lemah, mual, dan penurunan nafsu makan akibat keracunan jengkol.
4. Gangguan Eliminasi Urin
- Definisi: Gangguan dalam pengeluaran urin yang mengganggu fungsi tubuh.
- Penyebab: Keracunan jengkol yang menyebabkan perubahan eliminasi urin, seperti hematuria, nokturia, dan pancaran urin yang lemah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Definisi: Pasien dapat melaporkan bahwa nyeri telah terkontrol pada tingkat yang dapat ditoleransi.
- Indikator:
- Pasien melaporkan bahwa nyeri telah berkurang.
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
2. Pola Tidur Membaik
- Definisi: Pasien dapat melaporkan bahwa kualitas, kuantitas, dan pola tidurnya membaik.
- Indikator:
- Pasien melaporkan bahwa waktu tidur lebih lama.
- Pasien merasa lebih segar setelah bangun tidur.
- Pasien tidak lagi mengeluh kesulitan tidur.
3. Toleransi Aktivitas Membaik
- Definisi: Pasien dapat melakukan aktivitas rutin dengan lebih baik.
- Indikator:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan kekuatan.
- Pasien menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam melakukan aktivitas.
4. Eliminasi Urin Membaik
- Definisi: Pasien dapat melaporkan peningkatan dalam kualitas dan kuantitas eliminasi urin.
- Indikator:
- Pasien melaporkan perbaikan dalam frekuensi, volume, dan warna urin.
- Pasien melaporkan perbaikan dalam pancaran urin.
- Pasien tidak lagi mengeluh hematuria.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Monitor efektivitas intervensi nyeri
2. Manajemen Tidur
- Identifikasi pola tidur pasien
- Buat lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur
- Monitor pola tidur pasien
3. Peningkatan Aktivitas
- Evaluasi kemampuan aktivitas pasien
- Kolaborasi dalam pemulihan aktivitas secara bertahap
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Monitor toleransi aktivitas pasien
4. Manajemen Eliminasi Urin
- Identifikasi pola eliminasi urin pasien
- Kolaborasi dalam pemberian terapi untuk memperbaiki eliminasi urin
- Ajarkan pasien teknik untuk meningkatkan kualitas eliminasi urin
- Monitor eliminasi urin pasien
Setiap intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif, mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perawatan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 11049 | 17 Jan 2025
Klinis : S : Pasien mengatakan nyeri berkruang post tindakan Riwayat Penyakit : HT, Ginjal (HD rutin sudah 2 bulan di RS Bhakti Asih, Rabu dan Sabtu) Riwayat transfusi 2 bag januari 2025 di RS Bakti Asih Riwayat operasi CDL Jugular Kanan 2 bulan yang lalu di RS Bakti Asih Obat : - Amlodipin 1 x 10 mg - Folic Acid 3 x 1 - Candesartan 1 x 8 mg - Allupurinol 1 x 100 mg - Calcium Carbonat 3 x 1 - Tambah darah 1 x 1 O : - Keadaan umum sakit sedang - Kesadaran composmentis, GCS 15 - Terpasang CDL di Jugularis Dextra - thril teraba
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan CDL Jugularis Dextra)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah demikian (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada komplikasi akibat nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: identifikasi karakteristik nyeri, monitoring nyeri, intervensi farmakologis, dan non-farmakologis.
2. Pemantauan tanda-tanda vital
3. Perawatan akses vaskuler (CDL Jugularis Dextra)
Jadi, fokus utama intervensi keperawatan adalah mengelola nyeri pasien, memantau tanda-tanda vital, dan merawat akses vaskuler pasien yang terpasang CDL Jugularis Dextra. Diharapkan dengan intervensi yang tepat, tingkat nyeri pasien dapat berkurang, tanda-tanda vital tetap stabil, dan tidak terjadi komplikasi terkait akses vaskular. -
Article No. 11050 | 17 Jan 2025
Klinis : Bapak Beta dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya setelah mengalami kelemahan tiba-tiba di sisi kanan tubuhnya selama 8 jam terakhir. Pasien mengeluh kesulitan berbicara (cadel) dan mati rasa di tangan dan kaki kanan. Pasien mengklaim tidak ada riwayat trauma kepala. Selain itu, pasien sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan telah kehilangan 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol selama 10 tahun terakhir, dengan tekanan darah terakhir yang tercatat di rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Pasien juga memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 7 tahun tetapi tidak secara teratur memantau kadar gula darahnya. Pasien mengakui sering tidak minum obat yang diresepkan karena merasa lebih baik tanpa obat tersebut. Tanda vital: Tekanan darah: 180/100 mmHg, Denyut nadi: 92 denyut/menit, teratur, Suhu: 36,7 °C, Pernafasan: 20 kali/menit. Pemeriksaan neurologis: Kekuatan otot ekstremitas kanan: 2/5 (hemiparesis) dan ekstremitas kiri: 5/5 (normal). Refleks fisiologis: Normal di sisi kiri, hiperaktif di sisi kanan. Refleks patologis: Babinski (+) di sisi kanan. Gangguan bicara: Afasia motorik ringan. Sensorik: Penurunan sensasi di sisi kanan tubuh. Pemeriksaan penunjang: CT Scan Kepala: Tidak ada perdarahan, area hipodens terlihat di lobus parietal kiri (infark iskemik). Kadar Gula Darah Acak: 278 mg/dL, HbA1c: 9,2% (tidak terkontrol). Profil Lipid: LDL: 150 mg/dL (tinggi), HDL: 35 mg/dL (rendah), Trigliserida: 200 mg/dL (tinggi).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Bapak Beta sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Hemiparesis Kanan
2. Gangguan Persepsi Sensori Berhubungan dengan Penurunan Sensasi Sisi Kanan
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Infark Iskemik Lobus Parietal Kiri
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
5. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Minum Obat
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Hemiparesis Kanan:
SDKI: Kemampuan terbatas untuk melakukan gerakan yang disengaja dan terkontrol pada tubuh atau sebagian tubuh.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan mobilitas fisik.
SIKI: Latihan Pergerakan, Terapi Aktivitas, Mobilisasi.
2. Gangguan Persepsi Sensori Berhubungan dengan Penurunan Sensasi Sisi Kanan:
SDKI: Gangguan dalam persepsi atau interpretasi stimulus sensorik.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan persepsi sensori.
SIKI: Stimulasi Sensorik, Manajemen Nyeri, Perbaikan Persepsi Inderawi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Infark Iskemik Lobus Parietal Kiri:
SDKI: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak yang mengakibatkan disfungsi serebral.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan perfusi jaringan serebral.
SIKI: Pemantauan Neurologi, Manajemen Stroke, Manajemen Hipertensi.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Berat Badan:
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.
SIKI: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Asupan Nutrisi, Terapi Nutrisi.
5. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Minum Obat:
SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melakukan pengobatan yang diresepkan secara efektif.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kepatuhan pengobatan.
SIKI: Edukasi Manajemen Regimen Terapeutik, Monitoring Obat, Peningkatan Kesadaran Diri.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan di atas mencerminkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh Bapak Beta, dan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.