Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11135 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. B yang telah diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, mengatur posisi tidur, memberikan oksigen, dan melakukan fisioterapi dada.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko perdarahan adalah keadaan rentan mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam jiwa.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien tidak mengalami perdarahan yang mengancam jiwa.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda perdarahan, melakukan kompresi pada luka, pemberian obat-obatan, dan kolaborasi dengan tim medis.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri, memberikan analgesik, manajemen lingkungan, dan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Gangguan integritas kulit adalah kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, luka pasien dapat sembuh tanpa komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka, pencegahan infeksi, pemberian obat-obatan topikal, dan edukasi perawatan luka.
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. B mengalami cedera pada beberapa bagian tubuh akibat kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini menyebabkan pola napas tidak efektif, risiko perdarahan, nyeri akut, dan gangguan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang tepat harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan membantu pemulihan pasien. -
Article No. 11136 | 18 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan lemas dan batuk (+) O: Kesadaran composmentis, hemodinamik TD: 131/66 mmHg, HR: 64 x/menit, RR: 14 x/menit, S: 36,0C, Spo2: 98% dengan menggunakan binasal 3 lpm, Terpasang IV line di Vena brachialis dextra no. 22 dengan cairan infuse Nacl 3% 500 cc/24 jam, Terpasang DC no. 16 produksi urine ada, KH/ hari, skala nyeri 0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
- Ditandai dengan: Pasien mengeluh lemas dan batuk (+), Frekuensi Napas 14x/menit (dalam batas normal), Saturasi Oksigen 98% dengan terapi oksigen 3 lpm.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi Napas dalam batas normal (12-20x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada ronki/wheezing
- Tidak ada batuk yang mengganggu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor karakteristik napas (frekuensi, irama, kedalaman)
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kondisi pasien
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam
2. Manajemen Sputum
- Evaluasi produksi sputum
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Manajemen Kelelahan
- Monitor tanda-tanda kelelahan (misalnya; lemas, fatigue)
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengeluh lemas dan batuk, yang merupakan tanda-tanda ketidakefektifan pola napas. Meskipun frekuensi napas pasien masih dalam batas normal dan saturasi oksigen cukup baik dengan terapi oksigen, perlu dilakukan intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, di mana pasien mampu bernapas dengan frekuensi, irama, dan kedalaman yang adekuat tanpa menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan berfungsi optimal, Manajemen Sputum untuk mengevaluasi dan membantu pasien mengeluarkan sputum, serta Manajemen Kelelahan untuk mengatasi gejala kelelahan yang dialami pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Pola Napas Efektif, sehingga kondisi pernapasannya dapat stabil dan membantu proses pemulihan. -
Article No. 11137 | 18 Jan 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan gatal di seluruh badan dan sesak nafas berkurang(+) O: Kesadaran composmentis, hemodinamik TD: 132/101mmHg, HR: 92 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36,50C, Spo2: 100% dengan menggunakan binasal 3 lpm, Terpasang IV line di Vena Radialis Dextra no 20 dengan cairan infuse Vemplon dan drip Furosemide 3 mg/jam, BAK dengan spontan (Urine minimal), KH/hari, DL/hari, ECHO EF 36%(13/04/2024), Skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi, sesak napas, dan oedem.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif, pasien mengeluhkan gatal di seluruh badan dan sesak napas berkurang. Dari data objektif, ditemukan tanda-tanda penurunan fungsi kardiovaskular, di mana pasien memiliki tekanan darah 132/101 mmHg, laju jantung 92 x/menit, laju napas 26 x/menit, dan saturasi oksigen 100% dengan bantuan oksigen nasal 3 lpm. Pasien juga terpasang infus dan mendapatkan terapi furosemide, yang menunjukkan adanya gangguan cairan dan elektrolit. Selain itu, hasil ECHO menunjukkan penurunan fraksi ejeksi (EF) menjadi 36%, yang mengindikasikan adanya penurunan fungsi jantung. Dengan demikian, diagnosa Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi, sesak napas, dan oedem sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Pasien menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
4. Pasien menunjukkan perbaikan status pernapasan.
5. Pasien menunjukkan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pantau status pernapasan dan berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
3. Pantau asupan dan pengeluaran cairan serta tanda-tanda oedem.
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang aktivitas yang dapat dilakukan.
5. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif.
7. Lakukan evaluasi dan penyesuaian intervensi sesuai dengan respons pasien.
Penjelasan rinci:
Setiap intervensi keperawatan yang diberikan memiliki tujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Pemantauan tanda-tanda vital, status pernapasan, dan cairan/elektrolit bertujuan untuk memantau kondisi pasien secara keseluruhan dan mengidentifikasi adanya perubahan yang perlu diatasi. Edukasi dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bertujuan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain bertujuan untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. Evaluasi dan penyesuaian intervensi diperlukan untuk memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan respons pasien dan dapat memenuhi luaran yang diharapkan. -
Article No. 11138 | 18 Jan 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bab 6 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Definisi SDKI:
Konstipasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat buang air besar.
Faktor Terkait SDKI:
- Perubahan pola eliminasi
- Aktivitas fisik yang kurang
- Intake cairan yang tidak adekuat
- Penggunaan obat-obatan
Gejala dan Tanda SDKI:
- Sulit dan tidak sering buang air besar
- Rasa tidak nyaman saat buang air besar
- Perut terasa penuh atau kembung
- Adanya perasaan tidak tuntas setelah buang air besar
Intervensi Keperawatan SLKI:
- Monitoring eliminasi
- Atur pola makan dan cairan
- Anjurkan aktivitas fisik yang sesuai
- Pertimbangkan pemberian laksatif jika perlu
- Edukasi tentang manajemen konstipasi
Luaran Keperawatan SIKI:
- Frekuensi buang air besar meningkat
- Konsistensi feses membaik
- Rasa tidak nyaman saat buang air besar berkurang
- Persepsi pasien tentang kemampuan buang air besar meningkat
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Konstipasi. Penjelasan singkat mengenai definisi, faktor terkait, gejala dan tanda, intervensi keperawatan, serta luaran keperawatan telah saya sampaikan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11139 | 18 Jan 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bab 6 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien belum buang air besar (BAB) selama 6 hari, maka dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah penurunan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk buang air besar yang menyebabkan ketidaknyamanan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengeluaran feses normal
- Kenyamanan gastrointestinal
- Tingkat kecemasan terkait fungsi usus menurun
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Konstipasi
- Edukasi Konstipasi
- Perawatan Rektal
Penjelasan:
Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang asupan cairan, diet rendah serat, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, atau masalah medis lainnya.
Penanganan konstipasi meliputi upaya-upaya untuk meningkatkan regulasi sistem pencernaan, seperti mengonsumsi makanan kaya serat, meningkatkan asupan cairan, melakukan latihan fisik, dan pemberian laksatif jika diperlukan. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk memahami cara mengatasi dan mencegah konstipasi.
Tujuan luaran yang diharapkan adalah pengeluaran feses yang normal, kenyamanan gastrointestinal, dan penurunan tingkat kecemasan terkait fungsi usus. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen konstipasi, edukasi konstipasi, dan perawatan rektal. -
Article No. 11140 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Sdra. Y) 24 tahun, dirawat di ruang ICU RS Bhamada Slawi dengan diagnosa medis Pneumonia Kondisi klien lemah, kesadaran menurun dengan GCS 4 (E1M2V1), terlihat sesak, terdapat dahak dimulut klien, terdengar suara ngorok. Hasil pemeriksaan fisik paru terdengar ronchi diparu kanan dan kif, napas cuping hidung. Pemeriksaan laboratorium Hb 10,6 gr%, Ht 34,7 %, leukosit 4.400/uL, trombosit 191.000/ul. Klien terpasang O2 nasal kanul 3 L/menit, dan terpasang NGT dengan dit cair 3 x 400 cc, TD: 110/80 mmHg, T: 38,3°C, HR: 90 x/menit, RR: 28 x/menit, SpO2 94%. Keluarga klien mengatakan khawatir dengan kondisi Sdr. Y, terlihat bingung dan gelisah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Sdr. Y yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Perfusi Jaringan Paru
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
4. Kecemasan
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Adanya sekresi/dahak berlebih, kelemahan otot pernapasan, dan gangguan neuromuskular.
- Tanda dan Gejala: Terdengar suara napas tambahan (ronchi), sesak napas, adanya dahak di mulut, dan perubahan frekuensi napas.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Paru
- Definisi: Pengurangan aliran darah ke paru-paru, yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi.
- Penyebab: Adanya infeksi paru (pneumonia) yang mengganggu pertukaran gas.
- Tanda dan Gejala: Hipoksemia (SpO2 < 94%), perubahan frekuensi napas, dan adanya crackles/ronchi pada paru.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Pengurangan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi.
- Penyebab: Adanya infeksi dan demam yang dapat mempengaruhi sirkulasi perifer.
- Tanda dan Gejala: Ekstremitas terasa dingin, pucat, dan adanya perubahan tanda-tanda vital.
4. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
- Penyebab: Kondisi medis yang mengancam dan ketidakpastian tentang prognosis.
- Tanda dan Gejala: Gelisah, bingung, khawatir, dan adanya perubahan tanda-tanda vital.
Dengan adanya diagnosa keperawatan ini, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan Sdr. Y secara holistik. -
Article No. 11141 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi yang sesuai dengan Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Count), yang merupakan komplikasi berat dari preeklampsia. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi), denyut nadi cepat, dan gangguan hemodinamik yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami peningkatan frekuensi napas yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pernapasan akibat preeklampsia.
3. Gangguan Kenyamanan Nyeri (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan nyeri perut yang dapat mengganggu kenyamanan pasien.
4. Risiko Kekurangan Volume Cairan (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala mual, muntah, dan peningkatan frekuensi napas yang dapat menyebabkan kekurangan volume cairan.
5. Risiko Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami edema pada wajah, tangan, dan tungkai yang dapat menyebabkan gangguan integritas kulit.
6. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala HELLP Syndrome, seperti anemia, trombositopenia, dan gangguan fungsi hati dan ginjal, yang dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan.
7. Risiko Disregulasi Suhu Tubuh (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan gangguan disregulasi suhu tubuh.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 11142 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan gangguan fungsi ginjal.
3. Risiko Perfusi Jaringan Kardiovaskular Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan gangguan fungsi hati.
4. Risiko Perfusi Jaringan Hepatik Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan enzim hati (SGOT/SGPT).
5. Risiko Perfusi Jaringan Uteroplasenta Tidak Efektif berhubungan dengan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai usia kehamilan dan aktivitas janin yang berkurang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Efektif: Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, tidak ada gejala peningkatan tekanan intrakranial.
2. Perfusi Jaringan Ginjal Efektif: Mempertahankan fungsi ginjal dalam batas normal, output urin adekuat.
3. Perfusi Jaringan Kardiovaskular Efektif: Mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada gejala gagal jantung.
4. Perfusi Jaringan Hepatik Efektif: Enzim hati kembali dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda kerusakan hati yang progresif.
5. Perfusi Jaringan Uteroplasenta Efektif: Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan, gerakan janin adekuat, DJJ dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial secara berkala.
2. Berikan antikonvulsan (misalnya magnesium sulfat) sesuai indikasi untuk mencegah kejang.
3. Pantau fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium (kreatinin, ureum) dan output urin.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi diuretik dan antihipertensi.
5. Pantau tanda-tanda vital, segera laporkan bila terjadi perubahan yang signifikan.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi suportif seperti transfusi darah, trombosit, dan produk plasma.
7. Pantau fungsi hati melalui pemeriksaan laboratorium (SGOT/SGPT, bilirubin).
8. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi suportif seperti pemberian kortikosteroid.
9. Pantau gerakan janin dan DJJ secara berkala.
10. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi kondisi janin dan rencana tindakan selanjutnya.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang saya berikan didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami preeklampsia dengan gejala klinis yang jelas, seperti peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria, gangguan pada fungsi organ vital (ginjal, hati, dan uteroplasenta). Pemeriksaan laboratorium juga mendukung adanya sindrom HELLP, yang merupakan komplikasi berat dari preeklampsia.
Luaran/output yang diharapkan mencakup stabilisasi kondisi pasien, baik dari segi hemodinamik, fungsi organ, maupun kondisi janin. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memantau dan mengelola kondisi pasien secara komprehensif, serta berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami permasalahan keperawatan dan rencana asuhan yang diperlukan untuk kondisi pasien ini. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas. -
Article No. 11143 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dijabarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Sindrom Gangguan Hipertensi pada Kehamilan (SGTH) berhubungan dengan tanda dan gejala preeklampsia berat, ditandai dengan hipertensi, edema, proteinuria, dan gangguan fungsi organ.
2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kritis kehamilan yang dialami.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
4. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
5. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi daftar diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan NANDA-I.
- Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan pola-pola fungsi kesehatan individu.
- SDKI digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan intervensi keperawatan yang diperlukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi daftar luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan tercapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
- Luaran keperawatan disusun berdasarkan kriteria hasil yang terukur, dapat diamati, dan dapat dicapai dalam waktu tertentu.
- SLKI digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dalam mencapai hasil yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi daftar intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan aktivitas-aktivitas keperawatan yang berpedoman pada evidence-based practice.
- SIKI digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana asuhan keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat. -
Article No. 11144 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 38 tahun, hamil G2P1A0, 34 minggu, datang ke IGD dengan keluhan utama sakit kepala berat yang tidak membaik dengan istirahat, disertai penglihatan kabur dan nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki yang makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, serta nyeri tumpul di perut bagian kanan atas. Ia mengatakan bayi di kandungannya "tidak terlalu aktif" sejak kemarin.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 180/110 mmHg Nadi: 100 kali/menit RR: 28 kali/menit Suhu: 37,3°C Edema: Wajah, tangan, dan tungkai (+3). Refleks patela: Hiperrefleks (+3). Proteinuria: (+++). Tinggi Fundus Uteri (TFU): 32 cm (tidak sesuai usia kehamilan). Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Menunjukkan HELLP Syndrome): Hemoglobin: 8,5 g/dL (anemia). Trombosit: 70.000/mm³ (trombositopenia berat). LDH (Laktat Dehidrogenase): 600 IU/L (meningkat, indikasi hemolisis). Bilirubin total: 2 mg/dL (peningkatan hemolisis). SGOT/SGPT: SGOT 150 IU/L, SGPT 120 IU/L (peningkatan signifikan, indikasi kerusakan hati). Kreatinin: 1,6 mg/dL (gangguan fungsi ginjal). Penilaian Janin (USG) • Denyut Jantung Janin (DJJ): 144x/mnt • Ketuban normal • Berat janin normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi yang sesuai dengan sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Count), yang merupakan komplikasi berat dari preeklampsia. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipertensi, edema, dan gangguan fungsi ginjal.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa.
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipertensi, edema, dan gangguan fungsi ginjal:
- Pasien mengalami hipertensi berat (180/110 mmHg), edema (+3), dan gangguan fungsi ginjal (kreatinin 1,6 mg/dL), yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung.
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pembatasan cairan, pemberian obat antihipertensi, dan pemberian diuretik.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri:
- Pasien mengalami gejala-gejala yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas, seperti kelemahan, kelelahan, dan nyeri.
- Intervensi keperawatan: Pengaturan aktivitas, pemberian analgesik, dan manajemen nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa:
- Pasien menghadapi komplikasi kehamilan yang dapat mengancam jiwa, sehingga dapat menimbulkan ansietas.
- Intervensi keperawatan: Pemberian dukungan emosional, edukasi tentang kondisi, dan manajemen stres.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penurunan Curah Jantung, Intoleransi Aktivitas, Ansietas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tanda-tanda vital dalam batas normal, Kemampuan melakukan aktivitas, Tingkat kecemasan menurun.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen aktivitas, Manajemen ansietas.