Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11125 | 18 Jan 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.3
- Deskripsi: Inkontinensia urin tipe stres
Inkontinensia urin tipe stres merupakan gangguan dalam menahan kemih yang terjadi akibat melemahnya otot dasar panggul sehingga tidak dapat menahan tekanan yang tiba-tiba seperti batuk, bersin, atau aktivitas fisik. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor usia, kehamilan, atau prosedur operasi panggul.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.71
- Deskripsi: Operasi bladder neck suspension, teknik suprapubik
- Kode: 59.72
- Deskripsi: Operasi bladder neck suspension, teknik retropubik
Prosedur operasi bladder neck suspension dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urin tipe stres dengan meningkatkan tekanan pada leher kandung kemih, baik melalui pendekatan suprapubik (59.71) maupun retropubik (59.72). Tujuannya adalah untuk mengembalikan posisi normal leher kandung kemih dan memperkuat fungsi menahan urin. -
Article No. 11126 | 18 Jan 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi inkontinensia urin.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin.
Batasan Karakteristik (SDKI):
- Ketidakmampuan untuk menahan urin
- Keluarnya urin secara tidak disengaja
- Kebocoran urin
Faktor Berhubungan (SDKI):
- Disfungsi saraf
- Kelemahan otot dasar panggul
- Perubahan fisiologis
- Gangguan fungsi kognitif
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
- Identifikasi pola dan frekuensi inkontinensia
- Anjurkan latihan otot dasar panggul
- Ajarkan teknik berkemih teratur
- Terapkan alat bantu inkontinensia jika perlu
2. Terapi Latihan
- Latihan otot dasar panggul
- Latihan bladder training
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko inkontinensia urin
- Edukasi tentang manajemen inkontinensia urin
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin
2. Pasien tidak mengalami keluarnya urin secara tidak disengaja
3. Pasien dapat melakukan latihan otot dasar panggul secara mandiri
Dalam memberikan intervensi keperawatan, perawat dapat menggunakan standar praktik keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 11127 | 18 Jan 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi inkontinensia urin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi inkontinensia urin berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah:
a. Inkontinensia Urin
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengendalikan pengeluaran urin.
Karakteristik Definisi:
- Pengeluaran urin yang tidak terkendali atau tidak disengaja
- Rasa tidak nyaman karena pengeluaran urin yang tidak terkendali
- Perubahan pola berkemih
- Meningkatnya frekuensi berkemih
- Masalah kebersihan dan higienis
2. Luaran/Output SLKI
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan untuk kondisi inkontinensia urin adalah:
a. Kontrol Berkemih
Definisi: Kemampuan untuk mengatur pengeluaran urin secara teratur dan terkendali.
Indikator:
- Frekuensi berkemih sesuai kebutuhan
- Tidak ada keluhan inkontinensia urin
- Tidak ada keluhan nyeri saat berkemih
- Pola berkemih teratur
- Tidak ada masalah kebersihan dan higienis terkait inkontinensia
3. Intervensi Keperawatan SIKI
Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran kontrol berkemih pada kondisi inkontinensia urin adalah:
a. Manajemen Inkontinensia
Definisi: Serangkaian tindakan untuk membantu klien mengatasi masalah inkontinensia urin.
Aktivitas:
- Kaji penyebab, jenis, dan tingkat keparahan inkontinensia urin
- Ajarkan latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk memperkuat otot sfingter
- Latihan berkemih teratur sesuai pola
- Gunakan alat bantu inkontinensia (popok, pembalut, kateter) jika perlu
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, etc.) untuk penanganan lebih lanjut
- Berikan edukasi dan dukungan psikologis terkait inkontinensia urin
Melalui intervensi manajemen inkontinensia ini, diharapkan klien dapat mencapai luaran kontrol berkemih yang ditandai dengan frekuensi berkemih sesuai kebutuhan, tidak ada keluhan inkontinensia, tidak ada masalah kebersihan dan higienis terkait inkontinensia. Seluruh proses asuhan keperawatan ini dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk membantu klien mengatasi masalah inkontinensia urin. -
Article No. 11128 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Perdarahan Pasca Melahirkan:
Diagnosa Keperawatan: Perdarahan Pasca Persalinan
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), perdarahan pasca persalinan merupakan kondisi dimana terjadi perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir, yang dapat mengancam nyawa ibu. Hal ini dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan serviks, vagina, atau perineum, serta kelainan pembekuan darah.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan perdarahan pasca persalinan meliputi:
1. Perdarahan terkendali
2. Tanda-tanda vital stabil
3. Tidak terjadi komplikasi (syok, infeksi)
4. Ibu dan keluarga kooperatif dalam perawatan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perdarahan
2. Berikan oksigen, cairan intravena, dan uterotonika jika diperlukan
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut
4. Berikan edukasi dan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga
Sebagai perawat profesional, tujuan utama dalam penanganan perdarahan pasca persalinan adalah mencegah komplikasi yang mengancam nyawa ibu dan memulihkan kondisi ibu secara optimal. -
Article No. 11129 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perdarahan Pascasalin
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perdarahan Pascasalin adalah keluarnya darah dari jalan lahir ibu dalam jumlah berlebih setelah proses kelahiran, baik segera setelah persalinan maupun dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan perdarahan pascasalin adalah:
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Kontraksi uterus baik
3. Jumlah perdarahan terkontrol
4. Ibu merasa nyaman
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Memastikan kontraksi uterus baik
3. Memberikan oksitosin atau prostaglandin jika diperlukan
4. Melakukan kompresi uterus
5. Memantau jumlah dan karakteristik perdarahan
6. Memberikan dukungan emosional dan informasi kepada ibu
Sebagai perawat, saya akan memastikan kondisi ibu yang mengalami perdarahan pascasalin stabil dan terkendali, serta memberikan perawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 11130 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perdarahan pasca melahirkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan
Penjelasan:
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan adalah kondisi di mana wanita memiliki kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang berlebihan setelah melahirkan, yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Kondisi ini dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, atau kelainan pembekuan darah.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan setelah melahirkan.
- Faktor Risiko: Riwayat perdarahan pasca melahirkan, persalinan dengan induksi/augmentasi, persalinan dengan bantuan alat, placenta previa, solusio plasenta, uterus overdistensi, infeksi, koagulopati.
- Gejala dan Tanda: Perdarahan vagina, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, pucat, kelelahan, gelisah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari komplikasi perdarahan pasca melahirkan.
- Kriteria Hasil: Perdarahan terkendali, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda syok.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian oksitosin, kompresi uterus, penjahitan laserasi, transfusi darah jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan memastikan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengatasi risiko perdarahan pasca melahirkan, serta memantau kondisi pasien secara ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. -
Article No. 11131 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah berlebihan setelah proses kelahiran, yang dapat mengancam keselamatan jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko perdarahan pasca melahirkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital stabil.
2. Pasien tidak mengalami perdarahan aktif.
3. Pasien dan keluarga menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang pencegahan dan penanganan perdarahan pasca melahirkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko perdarahan pasca melahirkan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemantauan perdarahan dan pengendalian perdarahan aktif.
3. Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan perdarahan pasca melahirkan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan medis yang sesuai.
Sebagai seorang pakar dan perawat, saya memberikan penjelasan ini dengan harapan dapat membantu Anda memahami standar asuhan keperawatan yang berlaku di Indonesia dalam penanganan risiko perdarahan pasca melahirkan. -
Article No. 11132 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.RS) 69 tahun, dirawat di ruang ICU RS Bhamada dengan diagnosa medis CA Paru.Mengeluh sesak nafas, nyeri dada kanan, nyeri dirasakan ketika menarik nafas. Hasil pemeriksaan: kondisi pasien lemah, konjungtiva anemis, vocal fremitus kiri lebih teraba daripada kanan, bunyi perkusi sonor pada dada kiri dan redup pada dada kanan, terdengar ronchi di paru kanan dan kiri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (CA Paru)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Penyebab: Proses penyakit pernapasan, fibrosis paru, kelelahan otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas, penggunaan otot aksesori pernapasan, irama napas tidak teratur, bunyi napas abnormal (ronchi, wheezing).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda kerja napas yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan napas dalam, kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis.
Dengan pemantauan ketat, pemberian oksigen, latihan pernapasan yang tepat, serta kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dan mengatasi sesak napas yang dialami. -
Article No. 11133 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.RS) 69 tahun, dirawat di ruang ICU RS Bhamada dengan diagnosa medis CA Paru.Mengeluh sesak nafas, nyeri dada kanan, nyeri dirasakan ketika menarik nafas. Hasil pemeriksaan: kondisi pasien lemah, konjungtiva anemis, vocal fremitus kiri lebih teraba daripada kanan, bunyi perkusi sonor pada dada kiri dan redup pada dada kanan, terdengar ronchi di paru kanan dan kiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan untuk kasus Tn. RS, seorang pasien laki-laki berusia 69 tahun yang dirawat di ruang ICU dengan diagnosa medis CA Paru.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Efek Penyakit Paru Berdasarkan Gejala yang Dilaporkan
- Pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada kanan, dan nyeri saat menarik napas. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ronchi di kedua paru, serta perbedaan vocal fremitus dan bunyi perkusi antara kiri dan kanan.
- Diagnosa ini tepat karena menggambarkan masalah pernapasan yang dialami pasien akibat penyakit paru-paru (CA Paru).
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Pasien mengeluh nyeri dada kanan dan nyeri saat menarik napas. Hal ini menunjukkan adanya nyeri yang berkaitan dengan proses penyakit.
- Diagnosa ini sesuai untuk menggambarkan masalah nyeri yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal, tidak ada tanda-tanda sesak napas, dan dapat melakukan aktivitas tanpa rasa nyeri.
- Indikator: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas, SaO2 dalam batas normal.
2. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri dan dapat melakukan aktivitas tanpa rasa nyeri.
- Indikator: Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, tidak ada ekspresi nyeri saat beraktivitas, dan dapat beraktivitas tanpa terhambat nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pemantauan status pernapasan pasien secara berkala.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
- Latih teknik pernapasan diafragmatik dan napas dalam untuk membantu mobilisasi sekret.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
2. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan skala nyeri).
- Berikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah pernapasan dan nyeri yang dialami oleh Tn. RS sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 11134 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien Tn. B, seorang laki-laki usia 47 tahun yang mengalami kecelakaan lalu lintas dengan kondisi saat ini, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara snoring, frekuensi napas 34x/menit, SpO2 85%, dan pergerakan dada tidak simetris menjauh ke kanan serta adanya deviasi trakea ke arah kanan.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan nadi 103x/menit, akral teraba dingin, CRT 2 detik, dan adanya luka terbuka pada tangan dan kaki kiri pasien.
3. Nyeri Akut
Nyeri akut ditandai dengan pasien yang tampak kesakitan dan memegangi dada sebelah kanan, serta adanya luka pada clavicula kanan dan costa 3-4.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan pola napas yang normal
- Sputum dapat dikeluarkan dengan efektif
- Tidak ada suara napas tambahan (misalnya wheezing, stridor)
- Oksigenasi jaringan adekuat (SpO2 ≥ 94%)
2. Perfusi Jaringan Adekuat
- Pasien menunjukkan sirkulasi perifer yang baik (akral hangat, CRT < 2 detik)
- Tidak ada tanda-tanda syok (nadi teraba kuat dan reguler, TD dalam batas normal)
- Tidak ada perdarahan yang tidak terkontrol
3. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri < 4)
- Pasien tampak lebih relaks dan tidak menunjukkan tanda-tanda distres
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan status oksigenasi
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- Lakukan perawatan luka pada tangan dan kaki kiri
- Pantau tanda-tanda vital, CRT, dan sirkulasi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis yang sesuai
3. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai instruksi dokter
- Gunakan teknik non-farmakologis (misalnya distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Pantau respons pasien terhadap intervensi dan efektivitas pengobatan
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik sesuai dengan luaran yang diharapkan.