Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11162 | 19 Jan 2025
Klinis : seak nafas, T 60/40 mmHg
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu sesak napas dengan tekanan darah 60/40 mmHg, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Sesak napas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan kontinyu tekanan darah, tidak ditetapkan lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R06.0 (Sesak napas) digunakan untuk mendeskripsikan kondisi sesak napas yang dialami oleh pasien.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan kontinyu tekanan darah, tidak ditetapkan lain) dapat digunakan untuk mencatat tindakan pemantauan tekanan darah pasien yang dilakukan, mengingat tekanan darah pasien rendah (60/40 mmHg).
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan mengkaji lebih lanjut gejala dan kondisi pasien untuk menentukan diagnosis dan tindakan medis yang tepat. Kode-kode ini dapat digunakan sebagai referensi awal untuk mendokumentasikan informasi medis pasien. -
Article No. 11163 | 19 Jan 2025
Klinis : Pasien mual dan muntah serta nyeei ulu hati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan mual, muntah, dan nyeri ulu hati.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di daerah perut yang dapat menimbulkan rasa ingin muntah.
Penyebab: Faktor fisiologis (iritasi lambung, obat-obatan), psikologis (kecemasan, depresi), dan lingkungan (bau, penglihatan).
2. Nyeri (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Iritasi pada mukosa lambung/esofagus, peradangan, spasme otot.
Luaran/Output SLKI:
1. Manajemen Mual (1605)
- Tingkat Mual: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat mual selama perawatan.
- Kontrol Muntah: Pasien dapat mengendalikan keinginan untuk muntah.
- Toleransi terhadap Makanan/Cairan: Pasien dapat mengonsumsi makanan dan cairan tanpa timbulnya mual atau muntah.
2. Manajemen Nyeri (1605)
- Tingkat Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri selama perawatan.
- Kendali Nyeri: Pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan.
- Kenyamanan Fisik: Pasien dapat mencapai kenyamanan fisik yang optimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Mual (4270)
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi mual
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Anjurkan pasien mengonsumsi makanan/minuman yang dapat mengurangi mual
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual
- Lakukan intervensi lingkungan yang dapat mengurangi mual (ventilasi, pencahayaan)
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi)
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (kompres hangat/dingin, relaksasi)
- Monitor respons pasien terhadap intervensi yang diberikan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang efektif
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan SDKI terkait kondisi pasien dengan mual, muntah, dan nyeri ulu hati adalah Mual dan Nyeri. Diagnosis ini didasarkan pada definisi dan penyebab yang sesuai dengan kondisi pasien. Luaran/Output SLKI yang diharapkan adalah Manajemen Mual dan Manajemen Nyeri, dengan indikator capaian yang dapat diukur, seperti penurunan tingkat mual dan nyeri, serta peningkatan toleransi terhadap makanan/cairan dan kenyamanan fisik pasien. Intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan mencakup identifikasi penyebab, pemberian terapi farmakologis, edukasi, dan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual dan nyeri secara efektif. -
Article No. 11164 | 19 Jan 2025
Klinis : Pasien nyeri pada area terkena kanker kulit basal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang Anda jelaskan, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit kanker kulit basal.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Kronis: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien melaporkan pengurangan nyeri.
- Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, Edukasi Kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji nyeri, mengidentifikasi penyebab nyeri, mengajarkan teknik manajemen nyeri, memberikan terapi komplementer, memberikan edukasi terkait pengelolaan nyeri.
Dalam konteks akademis dan komunikasi dengan pakar keperawatan, diharapkan perawat dapat menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dengan tepat untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terfokus pada kebutuhan pasien. -
Article No. 11165 | 19 Jan 2025
Klinis : Pasien pada area terkena kanker kulit basal luka dan membengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan kanker kulit basal yang luka dan membengkak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
2. Nyeri Akut
3. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan singkat:
1. Integritas Kulit Terganggu
- SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan integritas kulit, seperti perawatan luka, penggunaan produk pelembab, dan pencegahan kerusakan kulit lebih lanjut.
- SIKI: Diagnosis Keperawatan yang berkaitan dengan kerusakan atau ketidakmampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri akut, seperti pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, dan pengalihan perhatian.
- SIKI: Diagnosis Keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer, seperti posisioning, kompres hangat/dingin, dan pemantauan tanda-tanda vital.
- SIKI: Diagnosis Keperawatan yang berkaitan dengan penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Dalam kasus ini, pasien dengan kanker kulit basal yang luka dan membengkak memerlukan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi gangguan integritas kulit, nyeri akut, dan perubahan perfusi jaringan perifer. Pendekatan keperawatan yang berpusat pada pasien, berbasis bukti, dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat diperlukan untuk memaksimalkan hasil perawatan. -
Article No. 11166 | 19 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Pola napas tidak efektif yang menyebabkan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi atau obstruksi jalan napas sehingga mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih jaringan tubuh.
SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Risiko Cedera
SDKI: Risiko terjadinya cedera fisik akibat interaksi individu dengan lingkungan atau alat-alat yang digunakan.
SLKI: Kemampuan untuk melindungi diri dari bahaya dan cedera.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau meminimalkan risiko cedera fisik.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tanda dan gejala yang muncul adalah suara snoring, pergerakan dada tidak simetris, SpO2 rendah, dan adanya deviasi trakea. Hal ini menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas yang dapat mengganggu pertukaran gas dan bersihan jalan napas.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Tanda dan gejala yang muncul adalah nadi cepat, akral dingin, CRT memanjang, dan adanya jejas pada dada yang dapat memengaruhi perfusi jaringan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan sirkulasi darah ke jaringan.
3. Risiko Cedera
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan cedera pada beberapa bagian tubuh, seperti tangan, kaki, dan dada. Hal ini menempatkan pasien dalam risiko tinggi untuk mengalami cedera lebih lanjut.
Secara umum, penanganan yang dapat diberikan adalah menjaga dan mempertahankan jalan napas, oksigenasi, perfusi jaringan, serta melakukan tindakan untuk mencegah komplikasi dan cedera lebih lanjut. -
Article No. 11167 | 19 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Tn B yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
3. Risiko Perdarahan
4. Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI: Mempertahankan jalan napas bebas dari obstruksi.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan aliran darah ke jantung yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Mempertahankan perfusi jaringan kardiak yang adekuat.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan perfusi jaringan kardiak yang adekuat.
3. Risiko Perdarahan
SDKI: Rentan terhadap pengurangan volume darah yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Mempertahankan volume darah dalam batas normal.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan.
4. Nyeri Akut
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Mengendalikan nyeri.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang muncul pada kondisi Tn B adalah terkait dengan masalah pernapasan, perfusi jaringan kardiak, risiko perdarahan, dan nyeri akut. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan jalan napas, mempertahankan perfusi jaringan kardiak, mencegah dan mengendalikan perdarahan, serta mengurangi atau menghilangkan nyeri. -
Article No. 11168 | 19 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien Tn. B adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat.
Penyebab:
- Cedera traumatik pada dada
- Penurunan mekanika napas
- Penurunan perfusi jaringan
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
Penyebab:
- Immobilitas fisik
- Trauma fisik
- Penurunan perfusi jaringan
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penyebab:
- Cedera traumatik
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Pertukaran gas yang adekuat
- Ventilasi yang adekuat
- Oksigenasi jaringan yang adekuat
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- Integritas kulit tetap utuh
- Tidak terjadi kerusakan kulit lebih lanjut
3. Nyeri Akut
- Nyeri terkontrol
- Dapat beraktivitas sesuai kemampuan
- Ekspresi wajah menunjukkan kenyamanan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Monitor tanda-tanda vital (RR, SpO2, TD)
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kaji dan lakukan tindakan untuk mengatasi penyebab gangguan ventilasi (posisi semi fowler, perkusi dada, fisioterapi dada)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen trauma dada
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- Lakukan perawatan luka secara adekuat
- Ubah posisi pasien secara teratur
- Berikan alas/matras anti dekubitus
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan kerusakan kulit
3. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pasien Tn. B mengalami cedera traumatik pada dada akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini menyebabkan gangguan pertukaran gas dengan tanda-tanda penurunan saturasi oksigen, pergerakan dada tidak simetris, dan suara pernapasan yang abnormal. Intervensi keperawatan diarahkan untuk mempertahankan pertukaran gas dan ventilasi yang adekuat, misalnya melalui pemberian oksigen, posisi semi-fowler, fisioterapi dada, dan kolaborasi dengan tim medis.
Pasien juga berisiko mengalami kerusakan integritas kulit akibat trauma fisik, immobilitas, dan penurunan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah perawatan luka, perubahan posisi, penggunaan alas anti dekubitus, serta edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan kerusakan kulit.
Selain itu, pasien mengalami nyeri akut sebagai dampak dari cedera traumatik. Intervensi keperawatan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgetik, teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, serta kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen nyeri yang komprehensif.
Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat dicapai luaran yang diinginkan, seperti pertukaran gas dan oksigenasi yang adekuat, integritas kulit yang tetap utuh, serta nyeri yang terkontrol sehingga pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan. -
Article No. 11169 | 19 Jan 2025
Klinis : Maajemen aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen aktivitas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Aktivitas
Definisi:
Kesulitan dalam mengatur dan melakukan aktivitas fisik, mental, dan sosial secara mandiri.
Penyebab:
1. Keterbatasan fisik
2. Keterbatasan kognitif
3. Keterbatasan psikologis
4. Keterbatasan lingkungan
Tanda dan Gejala:
1. Melaporkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas
2. Membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas
3. Menunjukkan perubahan pola aktivitas
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan "Manajemen Aktivitas" merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang terstandar dalam SDKI. Diagnosa ini mencakup definisi, penyebab, dan tanda gejala yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam SLKI, terdapat beberapa luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa "Manajemen Aktivitas", seperti peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, peningkatan kemandirian dalam aktivitas, dan perbaikan pola aktivitas. Perawat dapat menggunakan SLKI sebagai acuan dalam menetapkan tujuan dan evaluasi outcome keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa "Manajemen Aktivitas", seperti asuhan aktivitas, manajemen energi, terapi aktivitas, dan edukasi. Perawat dapat memilih intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien dan mengimplementasikannya dalam praktik keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan pada pasien. -
Article No. 11170 | 19 Jan 2025
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan ritme dan frekuensi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Gejala: Sesak napas, perubahan irama napas, penggunaan otot tambahan untuk bernapas, dan perubahan kedalaman napas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI menyediakan definisi, karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dengan risiko untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SLKI menyediakan definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk setiap luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosis keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI menyediakan definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Dalam kasus sesak napas, perawat dapat mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 11171 | 19 Jan 2025
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis sesak napas, beserta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen, terapi oksigen
Penjelasan:
Kode ICD-10 J06.9 (Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik) dapat digunakan untuk mendiagnosis sesak napas yang disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pernapasan atas, seperti rinofaringitis atau nasofaringitis. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan gejala sesak napas.
Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian oksigen, terapi oksigen) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi sesak napas, yaitu pemberian oksigen. Terapi oksigen dapat membantu meningkatkan suplai oksigen ke jaringan tubuh dan mengurangi sesak napas yang dialami oleh pasien.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, penting untuk menggunakan kode ICD yang sesuai untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan memfasilitasi proses perawatan, penagihan, dan analisis data kesehatan secara efektif.