Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11296 | 21 Jan 2025
Klinis : managemen demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang diminta dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Manajemen Demam:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen demam adalah "Hipertermia" (Hyperthermia). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas ambang batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, gangguan termoregulasi, atau paparan berlebih terhadap panas lingkungan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh: Klien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) atau penurunan suhu tubuh sesuai dengan target yang ditetapkan.
2. Kenyamanan: Klien akan melaporkan rasa nyaman dan tidak mengalami gejala-gejala yang mengganggu akibat demam.
3. Pengetahuan Manajemen Demam: Klien dan/atau keluarga akan menunjukkan pengetahuan yang baik tentang manajemen demam, termasuk tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Suhu Tubuh
- Pantau suhu tubur klien secara berkala (minimum 4 kali sehari) untuk mengetahui perkembangan kondisi.
- Catat dan dokumentasikan suhu tubur klien serta tren perubahannya.
2. Manajemen Suhu Tubuh
- Berikan intervensi penurunan suhu tubuh, seperti kompres dingin, mandi air hangat, atau pemberian obat antipiretik sesuai indikasi.
- Atur lingkungan yang nyaman dan sejuk untuk menurunkan suhu tubuh klien.
- Anjurkan klien untuk minum cairan hangat atau dingin sesuai preferensi.
3. Edukasi Manajemen Demam
- Berikan edukasi kepada klien dan/atau keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen demam.
- Jelaskan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan di rumah untuk mengatasi demam.
- Ajarkan teknik pemantauan suhu tubuh yang benar.
- Informasikan kapan harus segera mencari bantuan tenaga kesehatan.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan klien akan mencapai luaran yang diinginkan, yaitu suhu tubuh normal, kenyamanan, dan peningkatan pengetahuan dalam manajemen demam. -
Article No. 11297 | 21 Jan 2025
Klinis : pasien anak pneumonia dengan fatigue
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Fatigue (NANDA-I)
Definisi: Sensasi subjektif yang berkelanjutan dan subjektif dari kelelahan fisik, emosional, dan/atau kognitif yang tidak sebanding dengan aktivitas sebelumnya, dan mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi secara normal.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Fatigue
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Energi
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Energi
2. Pola Napas Tidak Efektif (NANDA-I)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pola Napas Efektif
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
Pasien anak dengan pneumonia mengalami fatigue (kelelahan) sebagai salah satu gejala klinisnya. Diagnosis keperawatan yang ditetapkan adalah Fatigue dan Pola Napas Tidak Efektif. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang digunakan adalah berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, penjelasan ini memberikan informasi yang terstruktur dan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan yang sesuai untuk mengelola kondisi pasien anak dengan pneumonia yang mengalami fatigue. -
Article No. 11298 | 21 Jan 2025
Klinis : Tn.s dengan diagnosa medis unstable angina (uap) mengatakan nyeri dada dan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tn. S dengan diagnosa medis unstable angina (UAP).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Dada Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Aliran Darah ke Jantung
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Dada Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri yang dirasakan pada dada, biasanya di tengah dada atau bisa menyebar ke lengan, leher, rahang, atau punggung, yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mengenali dan mengungkapkan karakteristik nyeri, dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian nyeri, manajemen nyeri, dan edukasi tentang penyakit jantung koroner dan manajemen nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Aliran Darah ke Jantung
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jantung akibat penyakit jantung koroner.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih, dapat memahami penyebab intoleransi aktivitas, dan dapat beradaptasi dengan aktivitas yang sesuai.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian aktivitas, manajemen aktivitas, dan edukasi tentang penyakit jantung koroner dan manajemen aktivitas.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse -
Article No. 11299 | 21 Jan 2025
Klinis : Tn.s dengan diagnosa medis unstable angina (uap) mengatakan nyeri dada dan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. S dengan diagnosa medis unstable angina (UAP).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut
SDKI: Respon sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
SLKI: Pasien melaporkan pengurangan rasa nyeri, menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk mengelola nyeri akut, seperti pemberian analgesik, terapi non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas pengelolaan nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, dibutuhkan, atau dimandatkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, melaporkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, latihan fisik, dan edukasi tentang manajemen energi.
Dalam kondisi Tn. S dengan diagnosa medis unstable angina (UAP) yang mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pengelolaan nyeri, terapi non-farmakologis, pengaturan aktivitas, dan edukasi terkait manajemen energi. -
Article No. 11300 | 21 Jan 2025
Klinis : Tn.s dengan diagnosa medis unstable angina (uap) mengatakan nyeri dada dan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien mengalami penurunan nyeri, menunjukkan pengetahuan yang memadai tentang manajemen nyeri, dan dapat menggunakan strategi koping yang efektif dalam mengatasi nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgetik, terapi komplementer, edukasi manajemen nyeri, dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Gangguan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan normal.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Gangguan pola napas adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan normal.
- SLKI: Pasien menunjukkan pola napas normal, dapat bernapas dengan mudah, dan tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernapasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola napas meliputi pengkajian fungsi pernapasan, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan edukasi pasien.
Dalam kasus Tn. S dengan diagnosa medis unstable angina (UAP), diagnosis keperawatan yang muncul adalah Nyeri Akut dan Gangguan Pola Napas. Pasien mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas, yang merupakan gejala utama dari unstable angina. Perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, memberikan pengobatan analgetik, terapi komplementer, edukasi manajemen nyeri, serta intervensi untuk membantu pasien bernapas dengan normal. -
Article No. 11301 | 21 Jan 2025
Klinis : DIARE CAIR 8X, PERUT MULES
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diare cair 8x, perut mules.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi.
Penjelasan:
Diare akut adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang air besar (≥3 kali/hari) dengan konsistensi cair, yang berlangsung kurang dari 14 hari. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Gejala lain yang menyertai adalah perut mules.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian diare.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Manajemen nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen diare.
2. Terapi rehidrasi.
3. Manajemen nyeri.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Memantau frekuensi dan karakteristik diare.
2. Memberikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi.
3. Mengelola nyeri perut dengan pemberian analgesik dan kompres hangat.
4. Memantau intake dan output cairan.
5. Memberikan edukasi tentang pencegahan dan penatalaksanaan diare.
Dengan penanganan yang tepat, pasien diharapkan dapat mengendalikan diare, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengelola nyeri yang dirasakan. -
Article No. 11302 | 21 Jan 2025
Klinis : gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi gangguan ventilasi spontan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan ventilasi spontan adalah "Ketidakefektifan Pola Napas". Definisi dari diagnosa ini adalah "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi". Ciri-ciri utamanya meliputi perubahan frekuensi, irama, kedalaman, atau usaha napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. Status Respirasi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
3. Pertukaran Gas: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi dan atasi penyebab potensial gangguan jalan napas
- Pertahankan jalan napas terbuka
- Lakukan tindakan untuk membantu mempertahankan ventilasi spontan
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, usaha napas)
- Lakukan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Pertimbangkan penggunaan ventilasi mekanis jika diperlukan
3. Manajemen Oksigenasi
- Pantau status oksigenasi (saturasi oksigen, gas darah arterial)
- Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan oksigenasi
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab dan dampak dari gangguan ventilasi spontan
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan ventilasi yang efektif
- Libatkan keluarga dalam perawatan dan dukungan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, status respirasi yang optimal, dan pertukaran gas yang adekuat pada pasien dengan gangguan ventilasi spontan. -
Article No. 11303 | 21 Jan 2025
Klinis : Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi adalah "Risiko Infeksi". Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2017). Diagnosis ini menggambarkan bahwa pasien memiliki potensi untuk mengalami infeksi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti prosedur medis, kondisi imunitas yang lemah, atau kondisi lingkungan yang tidak higienis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan untuk mengatasi risiko infeksi adalah:
1. Pasien tidak mengalami infeksi selama masa perawatan.
2. Pasien mampu mengidentifikasi faktor risiko infeksi dan tindakan pencegahannya.
3. Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman dan perilaku higienis dalam perawatan diri.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menjaga integritas kulit dan mukosa.
5. Tanda-tanda infeksi (seperti demam, nyeri, erythema, dll.) tidak ditemukan pada pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien, seperti prosedur invasif, kondisi imunitas, kebersihan diri, dll.
2. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai standar, seperti cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), aseptik, dll.
3. Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala dan lakukan intervensi segera jika ditemukan.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang faktor risiko infeksi, cara pencegahan, dan perawatan diri yang higienis.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll.) untuk mengatasi faktor risiko infeksi secara komprehensif.
6. Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan dan evaluasi efektivitasnya secara berkala.
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Risiko Infeksi" menggambarkan kondisi pasien yang rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan. Diagnosis ini penting untuk mengidentifikasi potensi masalah dan memfokuskan intervensi keperawatan yang tepat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup berbagai aspek, seperti pencegahan infeksi, peningkatan pemahaman dan perilaku higienis, serta pemantauan tanda-tanda infeksi. Luaran ini menggambarkan kondisi pasien yang diharapkan setelah menerima asuhan keperawatan yang komprehensif.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi identifikasi faktor risiko, tindakan pencegahan infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Intervensi ini dirancang untuk mengatasi risiko infeksi secara holistik dan mencapai luaran yang diharapkan.
Secara keseluruhan, penanganan risiko infeksi membutuhkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan diagnosa keperawatan yang tepat, luaran yang jelas, serta intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Peran perawat sangat penting dalam memastikan pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif selama proses perawatan. -
Article No. 11304 | 21 Jan 2025
Klinis : resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi "risiko jatuh".
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Risiko Jatuh (00155) adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini. Diagnosis ini didefinisikan sebagai "rentan mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh atau perpindahan tempat yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain yang aman, yang dapat menyebabkan kontak dengan permukaan tubuh atau objek lain".
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko jatuh meliputi usia lanjut, gangguan keseimbangan, kelemahan otot, penggunaan alat bantu jalan, riwayat jatuh, penggunaan obat-obatan, dan lingkungan yang tidak aman.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Keseimbangan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan tubuh yang optimal selama mobilisasi dan aktivitas sehari-hari.
2. Tingkat Risiko Jatuh Menurun: Pasien menunjukkan penurunan risiko jatuh selama masa perawatan.
3. Keamanan Lingkungan: Pasien berada di lingkungan yang aman dan mendukung untuk mencegah terjadinya jatuh.
4. Pengetahuan Pencegahan Jatuh: Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang strategi pencegahan jatuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Risiko Jatuh:
a. Melakukan skrining dan penilaian risiko jatuh secara berkala.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko jatuh pada pasien.
c. Menyusun rencana intervensi untuk mengurangi risiko jatuh.
2. Peningkatan Keseimbangan:
a. Melakukan latihan keseimbangan dan koordinasi tubuh.
b. Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman.
c. Memfasilitasi penggunaan alat bantu jalan yang sesuai.
3. Modifikasi Lingkungan:
a. Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi lingkungan untuk mencegah jatuh.
b. Memastikan pencahayaan yang memadai, permukaan lantai yang tidak licin, dan bebas hambatan.
c. Memberikan panduan dan rekomendasi untuk lingkungan yang aman.
4. Edukasi Pencegahan Jatuh:
a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan strategi pencegahan.
b. Mengajarkan teknik untuk mencegah jatuh, seperti berpegangan saat berjalan, penggunaan alat bantu yang tepat, dan menjaga kebugaran.
c. Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat menurunkan risiko jatuh pada pasien, meningkatkan keseimbangan dan keamanan lingkungan, serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dalam pencegahan jatuh. -
Article No. 11305 | 21 Jan 2025
Klinis : resiko dekubitus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan risiko dekubitus.
Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko dekubitus adalah "Risiko Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosis ini mengacu pada potensi terjadinya kerusakan pada lapisan kulit yang dapat menyebabkan luka tekan atau dekubitus. Pasien dengan risiko dekubitus memiliki faktor risiko seperti imobilitas, inkontinensia, malnutrisi, dan gangguan sensasi.
Luaran/Output SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Integritas Kulit: Tidak ada Kerusakan
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Terkendali
3. Mobilitas Fisik: Meningkat
4. Nutrisi: Status Gizi Membaik
5. Sensasi Persepsi: Sensasi Membaik
Penjelasan:
Luaran ini menggambarkan bahwa setelah mendapatkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang baik, risiko dekubitus dapat terkendali, mobilitas fisik meningkat, status gizi membaik, dan sensasi persepsi juga membaik. Hal ini akan mencegah terjadinya luka tekan atau dekubitus.
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan:
1. Perawatan Kulit
- Identifikasi faktor risiko kerusakan kulit
- Lakukan perawatan kulit sesuai kebutuhan
- Tingkatkan kelembaban kulit
- Lindungi kulit dari tekanan, gesekan, dan kelembaban
2. Manajemen Risiko
- Lakukan asesmen risiko dekubitus secara berkala
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko dekubitus
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk intervensi pencegahan
3. Peningkatan Mobilitas
- Dorong dan bantu pasien untuk bergerak/mobilisasi
- Atur posisi dan ganti posisi secara teratur
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan
4. Manajemen Nutrisi
- Asesmen status gizi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intervensi nutrisi
- Berikan makanan dan suplemen sesuai kebutuhan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mempertahankan integritas kulit, mengelola faktor risiko, meningkatkan mobilitas, dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Setiap intervensi dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan.