Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19303 | 04 Jul 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut adalah informasi yang Anda minta terkait dengan kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tekanan Darah: Tekanan darah pasien akan berada dalam rentang normal sesuai usia dan kondisi.
2. Perfusi Jaringan: Pasien akan menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas hangat, pulsa perifer kuat, dan capillary refill kurang dari 3 detik.
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga akan memahami faktor risiko, tanda-tanda, dan penatalaksanaan hipertensi.
4. Manajemen Diri: Pasien dan keluarga akan mampu melakukan manajemen diri yang efektif untuk mengontrol hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas terapi.
2. Manajemen Hipertensi: Melakukan intervensi non-farmakologis seperti modifikasi gaya hidup (pola makan sehat, aktivitas fisik, manajemen stres) dan pemberian obat antihipertensi sesuai resep dokter.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, tanda-tanda, dan penatalaksanaan yang tepat.
4. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
5. Konseling: Memberikan konseling dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan manajemen diri.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran yang optimal dan mempertahankan kesehatan kardiovaskularnya dalam jangka panjang. -
Article No. 19205 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Hipersekresi, kelemahan otot pernapasan, dan kelelahan.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Intake nutrisi tidak adekuat, gangguan pencernaan, dan faktor psikologis.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Keterbatasan fisik, kelemahan, dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Perubahan Tidur
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Gangguan napas, nyeri, dan kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Pasien tidak mengalami distres pernapasan.
- Bunyi napas bersih pada auskultasi.
2. Status Nutrisi Adekuat
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Berat badan meningkat atau stabil.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri.
4. Pola Tidur Terpelihara
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari.
- Pasien merasa segar setelah bangun tidur.
- Tidak ada keluhan gangguan tidur.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan suction sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji asupan nutrisi harian.
- Berikan diet sesuai kondisi pasien (diet DM 1400 kkal).
- Pantau berat badan dan intake-output cairan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang adekuat.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai indikasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi.
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam beraktivitas.
- Kolaborasi pemberian terapi fisik dan respirasi.
4. Perubahan Tidur
- Kaji pola tidur, lama tidur, dan kualitas tidur pasien.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Kolaborasi pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Pantau efektivitas intervensi dan evaluasi perbaikan pola tidur.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pendekatan ini didasarkan pada kondisi pasien yang dideskripsikan dan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur. -
Article No. 19206 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan sesak napas akibat penyakit DM dan pneumonia.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan intake nutrisi tidak adekuat.
3. Pola Tidur Terganggu berhubungan dengan kecemasan dan ketidaknyamanan fisik.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit DM dan pneumonia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien dapat beradaptasi dengan aktivitas sesuai kapasitas.
- Pasien dapat mempertahankan toleransi terhadap aktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan sesuai diet yang dianjurkan.
- Pasien dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Pola Tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat mengatasi masalah tidur yang dialami.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
4. Bebas Infeksi:
- Pasien dapat bebas dari tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mempertahankan sistem imun yang optimal.
- Pasien dapat mengatasi komplikasi akibat infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kapasitas aktivitas pasien.
- Atur ulang aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan latihan fisik progresif.
- Ajarkan teknik energi-konserving.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan aktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai.
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet DM.
3. Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Berikan terapi relaksasi untuk mengatasi masalah tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen pola tidur.
4. Bebas Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan infeksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium terkait infeksi.
- Berikan perawatan luka dan penanganan komplikasi infeksi.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19207 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Kode SDKI: 00146
Definisi SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi.
2. Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode SLKI: 00146
Definisi SLKI: Tingkat kenyamanan fisik, emosional, dan spiritual yang dirasakan oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode SIKI: 00146
Definisi SIKI: Tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mengatasi kecemasan.
Penjelasan Singkat:
Klien perempuan usia 30 tahun dengan kehamilan 38 minggu yang akan menjalani tindakan seksio sesarea (SC) mengalami kecemasan. Hal ini ditandai dengan klien mengatakan takut akan menghadapi SC, tampak gelisah, tegang, dan sulit tidur. Tanda-tanda vital juga menunjukkan adanya gejala kecemasan, seperti peningkatan frekuensi napas, denyut nadi, serta jantung berdegup kencang dan berkeringat. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 19208 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang diminta terkait kondisi klien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan (kode: 00148)
Definisi: Respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap ancaman pembedahan atau prosedur medis invasif yang dirasakan.
Karakteristik Definisi:
- Klien mengungkapkan ketakutan terhadap pembedahan/prosedur medis
- Klien tampak gelisah, tegang
- Klien mengalami gangguan tidur
- Tanda-tanda vital tidak stabil (peningkatan frekuensi nafas, nadi, dan keringat)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
- Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidur yang Adekuat
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang cukup
- Klien dapat melaporkan tidur yang lebih nyenyak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Berikan informasi prosedur pembedahan secara jelas dan rinci
- Latih teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll)
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan dukungan emosional dan penghiburan
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur klien
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Ajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur (misalnya, menjaga rutinitas tidur, hindari kafein, dll)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan" dipilih karena klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan ketakutan terkait dengan rencana tindakan sectio caesarea yang akan dijalaninya. Klien tampak gelisah, tegang, dan mengalami gangguan tidur yang menunjukkan adanya respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap ancaman pembedahan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat mengendalikan kecemasan dan memperoleh tidur yang adekuat. Hal ini penting untuk mempersiapkan klien secara fisik dan psikologis dalam menghadapi prosedur pembedahan. Jika kecemasan dapat diatasi dan pola tidur terjaga, klien akan lebih siap dan kooperatif saat menjalani tindakan sectio caesarea.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kecemasan dan manajemen tidur. Pada manajemen kecemasan, perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan klien, memberikan informasi terkait prosedur pembedahan, melatih teknik relaksasi, menciptakan lingkungan yang tenang, serta memberikan dukungan emosional. Sementara pada manajemen tidur, perawat harus mengkaji pola tidur klien, mengidentifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, dan mengajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat kecemasan yang terkendali dan tidur yang adekuat, sehingga klien siap secara fisik dan psikologis dalam menghadapi tindakan sectio caesarea. -
Article No. 19209 | 03 Jul 2025
Klinis : kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kardiomegali:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kardiomegali adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Kardiomegali adalah kondisi di mana jantung membesar, yang dapat menyebabkan penurunan efisiensi pompa jantung dan gangguan aliran darah ke jaringan. Diagnosa ini mencerminkan masalah utama yang dihadapi pasien dengan kardiomegali, yaitu perubahan struktur jantung yang berdampak pada perfusi jaringan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kardiomegali dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik: Indikator yang dapat diukur mencakup stabilitas tanda-tanda vital, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan hasil pemeriksaan diagnostik terkait fungsi jantung.
b. Kenyamanan Meningkat: Pasien menunjukkan penurunan gejala-gejala yang mengganggu kenyamanan, seperti sesak napas, edema, dan rasa berat di dada.
c. Pengetahuan Meningkat: Pasien dan keluarga memahami kondisi kardiomegali, manajemen perawatan, dan strategi untuk mencegah komplikasi.
d. Kepatuhan Meningkat: Pasien dan keluarga aktif terlibat dalam program pengobatan dan perubahan gaya hidup yang diperlukan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan kardiomegali, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Pemantauan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh secara berkala untuk mendeteksi perubahan yang dapat mengindikasikan perburukan kondisi.
b. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Pemantauan asupan dan pengeluaran cairan, serta pengaturan pemberian cairan intravena atau diuretik sesuai kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
c. Manajemen Gejala: Pemberian oksigen, posisi semi-fowler, dan penggunaan terapi farmakologis untuk mengurangi gejala seperti sesak napas dan edema.
d. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kardiomegali, pengobatan, dan perubahan gaya hidup yang diperlukan, serta memberikan konseling untuk meningkatkan kepatuhan.
e. Koordinasi Perawatan: Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi.
f. Evaluasi dan Tindak Lanjut: Melakukan evaluasi berkala untuk menilai efektivitas intervensi dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif, diharapkan pasien dengan kardiomegali dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan perfusi jaringan kardiak, kenyamanan, pengetahuan, dan kepatuhan dalam program perawatan. -
Article No. 19210 | 03 Jul 2025
Klinis : kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait kondisi **Kardiomegali** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** D.0016
**Diagnosa:** **Penurunan Curah Jantung**
**Definisi:** Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan struktur jantung (kardiomegali)
- Peningkatan afterload
- Penurunan kontraktilitas miokard
**Penjelasan:**
Kardiomegali menyebabkan perubahan struktur jantung yang dapat mengganggu fungsi pompa, sehingga curah jantung menurun. Hal ini berdampak pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** L.04016
**Luaran:** **Fungsi Jantung Meningkat**
**Indikator:**
- Denyut nadi perifer teraba
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Tidak ada edema paru
- Tidak ada dyspnea saat aktivitas
**Penjelasan:**
Tujuan intervensi keperawatan adalah meningkatkan fungsi jantung sehingga tanda-tanda gagal jantung (seperti edema, dyspnea, dan hipotensi) dapat diminimalkan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** I.09016
**Intervensi:** **Manajemen Curah Jantung**
**Tindakan:**
- Pantau tanda vital (TD, nadi, pernapasan, saturasi O₂)
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
- Anjurkan tirah baring dengan posisi semi-Fowler
- Kolaborasi pemberian obat inotropik (jika diperlukan)
**Penjelasan:**
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan curah jantung melalui pemantauan ketat, peningkatan suplai oksigen, dan pengurangan beban kerja jantung.
---
### **Kesimpulan**
Pada pasien dengan **kardiomegali**, diagnosa utama yang sering muncul adalah **penurunan curah jantung (D.0016)** dengan luaran yang diharapkan berupa **peningkatan fungsi jantung (L.04016)** melalui intervensi **manajemen curah jantung (I.09016)**. Pendekatan ini harus didukung dengan pemantauan klinis dan kolaborasi multidisiplin untuk hasil yang optimal.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat. Jika memerlukan penjabaran lebih lanjut, silakan ajukan pertanyaan tambahan.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Pakar Keperawatan]* -
Article No. 19211 | 03 Jul 2025
Klinis : kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kardiomegali.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kardiomegali adalah "Penurunan Curah Jantung". Kardiomegali, atau pembesaran jantung, dapat menyebabkan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Diagnosa keperawatan ini menggambarkan masalah kesehatan utama yang harus ditangani oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mempertahankan Perfusi Jaringan: Luaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh jaringan tubuh mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat. Hal ini penting karena kardiomegali dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
2. Toleransi Aktivitas: Luaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kardiomegali dapat menyebabkan penurunan toleransi aktivitas.
3. Kontrol Gejala: Luaran ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti sesak napas, edema, dan kelelahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Perawat harus melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
2. Manajemen Cairan: Perawat harus melakukan manajemen cairan yang ketat, termasuk pembatasan asupan cairan, pemantauan intake dan output cairan, serta pemberian diuretik jika diperlukan, untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan yang dapat memperburuk kondisi kardiomegali.
3. Edukasi dan Konseling: Perawat harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kardiomegali, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, serta modifikasi gaya hidup yang dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan.
4. Latihan Fisik yang Terkontrol: Perawat harus merencanakan dan mengawasi program latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien, untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan memperbaiki fungsi jantung.
5. Manajemen Nutrisi: Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang, termasuk pembatasan asupan natrium, untuk membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi kardiomegali pada pasien. -
Article No. 19212 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang pria 35 tahun mengalami cedera medula spinalis pars torakalis akibat kecelakaan. Ia melaporkan pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan gangguan sensorik dari level T10 ke bawah. Jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda jelaskan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Inkontinensia Urine
Kode SDKI: 13065
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan pengeluaran urin secara tiba-tiba dan tidak terkendali.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, yaitu pengeluaran urin secara tiba-tiba tanpa rasa ingin berkemih sebelumnya, serta adanya gangguan sensorik dari level T10 ke bawah, maka jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah Inkontinensia Refleks.
Kode SLKI: 13065
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara refleks akibat kerusakan pada sistem saraf pusat atau perifer.
Kode SIKI: 13065
Definisi: Tindakan untuk membantu klien mengatasi masalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin secara refleks akibat kerusakan pada sistem saraf pusat atau perifer.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 19213 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang pria 35 tahun mengalami cedera medula spinalis pars torakalis akibat kecelakaan. Ia melaporkan pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan gangguan sensorik dari level T10 ke bawah. Jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi seorang pria 35 tahun dengan cedera medula spinalis pars torakalis.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Inkontinensia Urine (00015)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urine.
Manifestasi klinis yang sesuai dengan kasus ini adalah:
- Pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya
- Gangguan sensorik dari level T10 ke bawah, yang menunjukkan cedera pada area medula spinalis bagian torakal.
Jenis Inkontinensia Urine yang Paling Sesuai:
Inkontinensia Refleks (Reflex Incontinence)
Definisi: Pengeluaran urine yang tidak terkendali akibat hiperaktivitas detrusor (kandung kemih) yang disebabkan oleh hilangnya pengaruh pusat kontrol di otak.
Pada kasus ini, cedera medula spinalis pada level torakal menyebabkan gangguan saraf sensorik dan motorik, sehingga menghilangkan kendali volunter atas berkemih dan mengakibatkan inkontinensia refleks.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tidak Terganggu (0701)
- Kriteria Hasil:
- Kulit tetap utuh
- Tidak ada lesi/luka
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Kontrol Berkemih (0502)
- Kriteria Hasil:
- Mampu mengendalikan pengeluaran urine
- Tidak ada episode inkontinensia
- Mampu menginisiasi dan menyelesaikan proses berkemih secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia (4792)
- Identifikasi penyebab inkontinensia
- Kolaborasi dengan dokter untuk perawatan/pengobatan yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen inkontinensia
- Ajarkan teknik berkemih yang teratur dan penggunaan kateter intermiten
- Pantau intake dan output cairan
2. Perawatan Kulit: Luka (3584)
- Inspeksi kulit secara berkala untuk deteksi dini lesi/luka
- Jaga kebersihan dan kelembapan kulit
- Gunakan produk perawatan kulit yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit
3. Manajemen Eliminasi (0430)
- Evaluasi pola berkemih pasien
- Atur program berkemih yang teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan farmakologis, jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen eliminasi
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol berkemih yang optimal dan mencegah komplikasi terkait inkontinensia, serta mempertahankan integritas kulit yang baik.