Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13225 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 14 bulan dibawa ibunya ke poliklinik anak dengan keluhan sulit naik berat badan. Berat badan lahir 3 kg, berat badan sekarang 8,1 kg. menurut ibu anak mengalami kesulitan saat minum susu, tampak seperti kelelahan dan sering berhenti untuk jeda saat menyusu. Sejak usia 6 bulan anak sering tampak kebiruan, terutama saat menangis bibir dan akral kebiruan. Anak tampak kurang aktif dalam bermain. Hasil pemeriksaan fisik: frekuensi nadi 100 x/menit, respirasi 32 x/menit, SpO2 85%, suhu 37,5 C, konjungtiva tidak anemis, bibir terlihat sianosis, bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur sistolik, suara napas bronkrial vesikuler, ronki basah pada kedua paru lobus bawah, wheezing tidak ada, akral hangat, ujung jari sianosis. Hasil pemeriksaan diagnostik: hipertropi ventrikel kanan, gambaran ventrikel septal defect perimembran berukuran besar, stenosis pulmonal pada infundibular, overriding aorta
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan minum susu dan kelelahan saat menyusu.
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Kesulitan minum susu, tampak kelelahan saat menyusu, dan berat badan tidak meningkat.
2. Gangguan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan dengan adanya kelainan jantung bawaan.
Definisi: Aliran darah ke jantung dan paru-paru tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Karakteristik Definisi: Sianosis, murmur jantung, takipnea, takikardia, dan hipoksia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Berat badan meningkat sesuai usia
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Anak tampak lebih aktif
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal
- Tanda-tanda vital stabil (nadi, respirasi, SpO2)
- Tidak ada sianosis
- Bunyi jantung normal, tidak ada murmur
- Tidak ada ronki basah pada paru-paru
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Keseimbangan Nutrisi:
- Pantau asupan dan output nutrisi anak
- Berikan dukungan menyusui dan teknik menyusui yang efektif
- Berikan makanan tambahan yang kaya nutrisi sesuai usia
- Konsultasi ahli gizi untuk evaluasi dan rencana nutrisi
2. Intervensi untuk Perfusi Jaringan Kardiopulmonal:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen
- Auskultasi suara jantung dan paru-paru secara rutin
- Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan medis
- Berikan posisi yang nyaman untuk meningkatkan perfusi
Penjelasan rinci:
Anak usia 14 bulan dengan keluhan sulit naik berat badan dan didapatkan tanda-tanda kelainan jantung bawaan mengarah pada diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dan Gangguan perfusi jaringan kardiopulmonal. Anak mengalami kesulitan minum susu dan tampak kelelahan saat menyusu, sehingga asupan nutrisi tidak adekuat. Adanya sianosis, murmur jantung, takipnea, dan hipoksia menunjukkan adanya gangguan perfusi kardiopulmonal akibat kelainan jantung bawaan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau asupan dan output nutrisi, memberikan dukungan menyusui, serta mengatasi gangguan perfusi dengan monitor tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan dokter. Tujuan akhir adalah tercapainya keseimbangan nutrisi dan perfusi jaringan kardiopulmonal yang optimal. -
Article No. 13226 | 04 Mar 2025
Klinis : Ketidakefektifan perfusi jaringan verifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Ketidakefektifan perfusi jaringan verifer" dengan nada akademis dan persona pakar, perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ketidakefektifan perfusi jaringan verifer" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Perifer".
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah di jaringan perifer, yang mengakibatkan penurunan pasokan oksigen, nutrisi, dan/atau pembuangan zat sisa metabolisme. Kondisi ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti penyakit vaskuler, gangguan sistem saraf, atau trauma.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
- Indikator: Peningkatan saturasi oksigen jaringan, perbaikan warna kulit, suhu, dan pengisian kapiler yang membaik.
b. Risiko Komplikasi Menurun
- Indikator: Tidak terjadi komplikasi, seperti luka iskemik atau nekrosis jaringan.
c. Pengetahuan Pasien Meningkat
- Indikator: Pasien dapat menjelaskan faktor penyebab, tanda-tanda, dan tindakan pencegahan terkait gangguan perfusi jaringan perifer.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
a. Pemantauan Perfusi Jaringan Perifer
- Tujuan: Mengidentifikasi adanya gangguan perfusi jaringan perifer.
- Kegiatan: Mengkaji tanda-tanda vital, warna, suhu, dan pengisian kapiler ekstremitas.
b. Terapi Oksigen
- Tujuan: Meningkatkan pasokan oksigen ke jaringan perifer.
- Kegiatan: Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
- Kegiatan: Memberikan analgesik sesuai indikasi dan memantau respons pasien.
d. Perawatan Luka
- Tujuan: Mencegah komplikasi luka iskemik atau nekrosis.
- Kegiatan: Membersihkan, merawat, dan membalut luka dengan teknik aseptik.
e. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga tentang gangguan perfusi jaringan perifer.
- Kegiatan: Memberikan informasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan pencegahan komplikasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melakukan penilaian komprehensif, merencanakan intervensi yang sesuai, serta memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan bagi pasien dengan gangguan perfusi jaringan perifer. -
Article No. 13227 | 04 Mar 2025
Klinis : Berapa nadi normal anak usia 14 bulan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nadi normal anak usia 14 bulan adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Hal ini dikarenakan pada usia 14 bulan, rentang nadi normal anak adalah 100-140 denyut per menit. Jika nadi anak berada di luar rentang tersebut, maka dapat diindikasikan adanya gangguan pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif". Indikator keberhasilan luaran ini dapat dilihat dari:
1. Frekuensi napas berada dalam rentang normal (20-30 kali per menit)
2. Irama napas teratur
3. Kedalaman napas adekuat
4. Tidak ada retraksi dinding dada
5. Tidak ada perubahan warna kulit (sianosis)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif", intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital: Memantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas anak secara berkala.
2. Pengaturan posisi: Memposisikan anak dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernafasan yang efektif.
3. Manajemen jalan napas: Memastikan jalan napas anak tetap bersih dan terbuka, seperti melakukan suction jika diperlukan.
4. Pemberian oksigen: Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen anak.
5. Edukasi keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga tentang tanda-tanda pernafasan tidak efektif dan tindakan yang harus dilakukan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain jika diperlukan untuk mengatasi permasalahan pernafasan anak.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan luaran "Pola Napas Efektif" dapat tercapai, sehingga kondisi kesehatan anak dapat stabil dan optimal. -
Article No. 13228 | 04 Mar 2025
Klinis : TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari , makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB : 80, TB : 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir “saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja”. Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn ) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
SDKI: Ketidakmampuan individu atau keluarga untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan menangani masalah kesehatan.
SLKI: Peningkatan kemampuan individu atau keluarga dalam mengelola masalah kesehatan.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk memfasilitasi individu atau keluarga dalam mengidentifikasi, mengendalikan, dan menangani masalah kesehatan.
2. Kurang Pengetahuan
SDKI: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan oleh individu atau keluarga untuk pengambilan keputusan yang efektif.
SLKI: Peningkatan pengetahuan individu atau keluarga tentang suatu kondisi atau masalah kesehatan.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga tentang suatu kondisi atau masalah kesehatan.
3. Resiko Komplikasi
SDKI: Adanya risiko terjadinya komplikasi akibat suatu kondisi atau penyakit.
SLKI: Pencegahan atau pengurangan risiko komplikasi akibat suatu kondisi atau penyakit.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko komplikasi akibat suatu kondisi atau penyakit.
Penjelasan singkat:
- Tn. A memiliki masalah dalam mengelola penyakitnya (DM tipe 2, hipertensi, dan dislipidemia) dengan baik, seperti kurang patuh minum obat, tidak rutin kontrol, dan belum bisa menerapkan pola hidup sehat.
- Tn. A dan istrinya (Ny. L) memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan penyakit Tn. A, sehingga mereka belum mampu mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
- Tn. A memiliki risiko komplikasi yang tinggi akibat kondisi penyakitnya yang tidak terkontrol, seperti komplikasi pada kaki, mata, dan organ-organ lainnya.
Perawat perlu memberikan edukasi, konseling, dan pendampingan kepada Tn. A dan Ny. L untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam mengelola penyakit Tn. A, serta memonitor dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 13229 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan diare selama 2 hari satu hari 3 kali bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Diare
Penjelasan:
Diare merupakan kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan frekuensi, konsistensi cair, dan volume defekasi yang tidak normal. Gejala diare yang dialami pasien, yaitu diare selama 2 hari dengan frekuensi 3 kali per hari, menunjukkan adanya gangguan pada sistem pencernaan.
SDKI:
Definisi: Pengeluaran tinja yang tidak normal dalam hal frekuensi, konsistensi, atau volume.
Karakteristik Definisi:
1. Frekuensi buang air besar meningkat (>3 kali/hari)
2. Konsistensi tinja cair
3. Volume tinja meningkat
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Tidak terjadi dehidrasi
2. Tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
3. Tidak terjadi komplikasi lain (misalnya perdarahan, nyeri perut)
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji tanda dan gejala diare (frekuensi, konsistensi, dan volume defekasi)
2. Pantau tanda-tanda vital dan intake/output cairan
3. Berikan terapi rehidrasi oral atau parenteral sesuai indikasi
4. Anjurkan diet yang tepat (misalnya makanan BRAT: Banana, Rice, Applesauce, Toast)
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 13230 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan diare selama 2 hari satu hari 3 kali bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien dengan diare selama 2 hari, 3 kali BAB per hari.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan.
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Diare akut adalah pengeluaran feses yang encer dan meningkat dari normal (lebih dari 3 kali per hari) dengan durasi kurang dari 14 hari.
- Faktor yang berhubungan antara lain infeksi saluran pencernaan, malabsorpsi, dan obat-obatan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Indikator hasil yang diharapkan antara lain frekuensi BAB menurun, konsistensi feses normal, dan tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen diare, pengaturan diet, terapi cairan dan elektrolit, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Secara umum, penanganan diare akut pada pasien ini akan berfokus pada mengatasi gejala diare, mencegah dehidrasi, dan mengatasi penyebab yang mendasarinya. Perawat akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 13231 | 04 Mar 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan kondisi ini meliputi: prosedur invasif, malnutrisi, usia ekstrem, riwayat infeksi, dan lingkungan yang tidak higienis.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Infeksi antara lain: Status Infeksi Terkendali, Integritas Kulit Terjaga, dan Pemulihan Luka yang Memadai. Perawat berperan dalam memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan lingkungan, dan memberikan edukasi terkait pencegahan infeksi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: Manajemen Infeksi, Perawatan Luka, Pencegahan Infeksi, dan Edukasi Kesehatan. Tujuannya adalah mencegah perkembangan infeksi, mengendalikan infeksi yang ada, dan meningkatkan pemahaman pasien mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Sebagai perawat, saya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif untuk mengelola Risiko Infeksi pada pasien melalui pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13232 | 04 Mar 2025
Klinis : asuhan keperawatan kanker rektum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asuhan keperawatan kanker rektum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit, seperti kanker rektum.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, seperti aktivitas perawatan diri, pekerjaan, dan rekreasi.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan energi, kelelahan, nyeri, dan gejala lain dari kanker rektum.
3. Risiko Malnutrisi
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan berat badan, asupan nutrisi yang tidak adekuat, atau perubahan komposisi tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan nafsu makan, mual, muntah, kesulitan menelan, dan perubahan fungsi gastrointestinal akibat kanker rektum.
4. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang ukuran, penampilan, atau fungsi tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat kanker rektum dan pengobatannya.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti penurunan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan status nutrisi, dan penerimaan terhadap citra tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) memberikan panduan untuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti manajemen nyeri, rehabilitasi, edukasi nutrisi, dan konseling citra tubuh.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan kanker rektum. -
Article No. 13233 | 04 Mar 2025
Klinis : asuhan keperawatan kanker rektum beserta penomoren diagnosis sesuai sdki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI untuk asuhan keperawatan pasien dengan kanker rektum.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Diagnosa Keperawatan Primer:
1. Nyeri akut (00132) - Berhubungan dengan proses penyakit kanker rektum dan prosedur terapeutik.
2. Risiko perubahan integritas kulit (00047) - Berhubungan dengan mobilitas yang terbatas, inkontinensia, dan efek samping pengobatan.
3. Gangguan citra tubuh (00118) - Berhubungan dengan perubahan fisik akibat kanker rektum dan efek samping pengobatan.
b. Diagnosa Keperawatan Sekunder:
1. Intoleransi aktivitas (00092) - Berhubungan dengan slabnya stamina dan keletihan.
2. Kelelahan (00093) - Berhubungan dengan efek samping pengobatan dan proses penyakit.
3. Resiko infeksi (00004) - Berhubungan dengan penurunan sistem imun dan prosedur terapeutik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengurangan Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
b. Peningkatan Integritas Kulit:
- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama perawatan.
- Pasien mampu merawat kulit dengan baik.
c. Peningkatan Citra Tubuh:
- Pasien menerima perubahan fisik yang terjadi.
- Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan citra tubuh.
d. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan saat melakukan aktivitas.
e. Pengurangan Kelelahan:
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
- Pasien mampu mengelola kelelahan dengan baik.
f. Penurunan Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi komplikasi infeksi selama perawatan.
- Pasien mampu melakukan pencegahan infeksi dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pengurangan Nyeri Akut:
- Manajemen nyeri: Farmakologis dan non-farmakologis
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Pengajaran teknik manajemen nyeri
b. Peningkatan Integritas Kulit:
- Perawatan kulit dan mukosa
- Pencegahan kerusakan kulit
- Edukasi perawatan kulit bagi pasien dan keluarga
c. Peningkatan Citra Tubuh:
- Konseling citra tubuh
- Fasilitasi penerimaan diri
- Dukungan emosional
d. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Manajemen kelelahan
- Peningkatan aktivitas secara bertahap
- Edukasi manajemen energi
e. Pengurangan Kelelahan:
- Manajemen kelelahan
- Terapi relaksasi
- Edukasi manajemen kelelahan
f. Penurunan Risiko Infeksi:
- Pencegahan infeksi
- Perawatan luka dan stoma
- Edukasi pencegahan infeksi bagi pasien dan keluarga
Setiap intervensi keperawatan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan kondisi pasien, efektivitas, dan keamanan tindakan. Perawat juga harus melakukan evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 13234 | 04 Mar 2025
Klinis : pusing, ngantuk, lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu pusing, ngantuk, dan lemas, berikut adalah kode-kode yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R40.0
- Deskripsi: Somnolens (mengantuk)
3. Kode ICD-10:
- Kode: R53
- Deskripsi: Malaise dan fatigue (lemas)
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 R51 (Pusing/Vertigo):
- Pusing atau vertigo adalah sensasi yang membuat seseorang merasa linglung, berputar, atau tidak seimbang. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk gangguan vestibular, gangguan neurologis, atau masalah kardiovaskular.
2. Kode ICD-10 R40.0 (Somnolens/Mengantuk):
- Somnolens atau mengantuk adalah gejala yang ditandai dengan perasaan lelah, ingin tidur, atau kesulitan untuk tetap terjaga. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurang tidur, gangguan tidur, atau efek samping obat-obatan.
3. Kode ICD-10 R53 (Malaise dan Fatigue/Lemas):
- Malaise dan fatigue adalah gejala yang ditandai dengan perasaan lemah, kelelahan, atau kurangnya energi. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi, penyakit kronis, atau gangguan metabolik.
Dalam kasus ini, tidak ditemukan tindakan atau prosedur medis yang terkait, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang perlu dicantumkan.