Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11433 | 23 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun, Mr. Y, dibawa ke IGD dengan keluhan tiba-tiba mengalami demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran selama 2 hari terakhir. Sebelum kejadian, Mr. Y mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual. Riwayat medisnya tidak menunjukkan adanya trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (Glasgow Coma Scale 9). Pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial, tetapi MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif proteinbuatkan patofisiologisnya sesuai ururtan sekalian diagnosis, erus etiologinya terus riwayat penyakit terus pemeriksaan fisik terus pemeriksaan penunjangberdasarkan kasusnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko penurunan perfusi jaringan otak (NANDA-I)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan atau disfungsi seluler, organ, dan sistem.
Penjelasan:
Pasien Mr. Y mengalami gejala neurologis yang mencurigakan adanya infeksi atau inflamasi di otak, seperti kejang, penurunan kesadaran, dan kekakuan ekstremitas. Temuan MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.
2. Risiko gangguan pertukaran gas (NANDA-I)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat alveolar-kapiler.
Penjelasan:
Dengan adanya gejala kejang dan penurunan kesadaran, pasien Mr. Y berisiko mengalami gangguan pertukaran gas yang dapat disebabkan oleh penurunan kesadaran, penurunan kemampuan untuk mempertahankan jalan napas, atau adanya inflamasi di otak yang dapat mempengaruhi pusat pernapasan.
3. Hipertermia (NANDA-I)
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal.
Penjelasan:
Pasien Mr. Y mengalami demam tinggi, yang merupakan tanda infeksi atau inflamasi pada tubuh. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga dapat mempengaruhi perfusi jaringan, termasuk perfusi otak.
Patofisiologi:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kemungkinan penyebab kondisi pasien Mr. Y adalah infeksi otak atau ensefalitis. Infeksi atau inflamasi pada lobus temporal kiri (terlihat pada pemeriksaan MRI) dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan di area tersebut, yang dapat mengganggu aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak. Hal ini dapat memicu gejala kejang, penurunan kesadaran, dan kekakuan ekstremitas.
Etiologi:
Beberapa kemungkinan etiologi dari kondisi pasien Mr. Y adalah:
1. Infeksi virus (misalnya virus herpes simplex, virus varicella-zoster, atau virus lainnya)
2. Infeksi bakteri (misalnya Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, atau lainnya)
3. Infeksi parasit (misalnya malaria atau toksoplasmosis)
4. Autoimun (misalnya ensefalitis anti-NMDA reseptor)
Riwayat Penyakit:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Mr. Y tidak memiliki riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Namun, sebelum kejadian, ia mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual, yang dapat menjadi gejala awal dari infeksi atau inflamasi otak.
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kejang, kekakuan pada ekstremitas, dan penurunan kesadaran (GCS 9), yang merupakan gejala neurologis yang sesuai dengan kemungkinan adanya infeksi atau inflamasi di otak.
Pemeriksaan Penunjang:
- CT scan kepala: tidak menunjukkan adanya perdarahan intrakranial
- MRI kepala: menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri
- Hasil laboratorium: peningkatan kadar leukosit dan C-reaktif protein, yang menunjukkan adanya proses infeksi atau inflamasi.
Berdasarkan kasus di atas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko penurunan perfusi jaringan otak, Risiko gangguan pertukaran gas, dan Hipertermia. Penatalaksanaan keperawatan harus ditujukan untuk memantau dan mengelola kondisi neurologis, respirasi, dan suhu tubuh pasien, serta mencari dan menangani penyebab infeksi atau inflamasi yang mendasari kondisi pasien. -
Article No. 11434 | 23 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun, Mr. Y, dibawa ke IGD dengan keluhan tiba-tiba mengalami demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran selama 2 hari terakhir. Sebelum kejadian, Mr. Y mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual. Riwayat medisnya tidak menunjukkan adanya trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (Glasgow Coma Scale 9). Pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial, tetapi MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif proteinbuatkan patofisiologisnya sesuai ururtan sekalian diagnosis, erus etiologinya terus riwayat penyakit terus pemeriksaan fisik terus pemeriksaan penunjangberdasarkan kasusnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Fungsi Neurologis Terkait Inflamasi Otak
2. Nyeri Akut
3. Risiko Cedera Terkait Penurunan Kesadaran
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Fungsi Neurologis Terkait Inflamasi Otak
- SDKI: Gangguan Fungsi Neurologis
- SLKI: Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SIKI: Intervensi Terkait Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan: Inflamasi pada lobus temporal kiri yang terdeteksi melalui pemeriksaan MRI kepala dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian dapat memicu gangguan fungsi neurologis seperti kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Intervensi Terkait Manajemen Nyeri
Penjelasan: Keluhan sakit kepala yang sangat parah sebelum kejadian menunjukkan adanya nyeri akut. Nyeri ini dapat disebabkan oleh proses inflamasi yang terjadi di dalam otak.
3. Risiko Cedera Terkait Penurunan Kesadaran
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Keamanan Pasien
- SIKI: Intervensi Terkait Keamanan Pasien
Penjelasan: Penurunan kesadaran yang dialami Mr. Y (GCS 9) meningkatkan risiko terjadinya cedera, seperti jatuh atau trauma lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk menjaga keamanan pasien.
Patofisiologi:
Infeksi atau proses inflamasi pada otak, dalam kasus ini di lobus temporal kiri, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial ini dapat memicu terjadinya gangguan fungsi neurologis, seperti kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran. Selain itu, proses inflamasi juga dapat menyebabkan nyeri kepala yang sangat parah.
Etiologi:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya yang dapat menjelaskan penyebab kondisi Mr. Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa etiologi dari kondisi Mr. Y adalah inflamasi pada otak, kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi.
Riwayat Penyakit:
Mr. Y tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang dapat menjelaskan kondisinya saat ini. Sebelum kejadian, ia hanya mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual.
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (GCS 9), yang merupakan gejala-gejala dari gangguan fungsi neurologis.
Pemeriksaan Penunjang:
- CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial.
- MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri.
- Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif protein, yang mengindikasikan adanya proses inflamasi atau infeksi dalam tubuh. -
Article No. 11435 | 23 Jan 2025
Klinis : demam sejak hari selasa, demam tinggi +, muntah + jika makan atau minum, badan lemas, mimisan,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (00028)
Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, muntah, dan mimisan, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh secara berlebihan. Hal ini memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Hipertermia (00007)
Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, yang merupakan peningkatan suhu tubuh di atas normal. Intervensi keperawatan diperlukan untuk menurunkan suhu tubuh dan mengatasi penyebab hipertermia.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan: Pasien mengalami tubuh lemas, yang dapat mengurangi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan dibutuhkan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai. Diagnosa keperawatan yang disebutkan di atas mengacu pada SDKI yang diterbitkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus bertujuan untuk mencapai luaran yang ditetapkan dalam SLKI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus mengacu pada SIKI yang diterbitkan oleh PPNI.
Sebagai perawat, saya akan merancang rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 11436 | 23 Jan 2025
Klinis : demam sejak hari selasa, demam tinggi +, muntah + jika makan atau minum, badan lemas, mimisan,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses infeksi, peradangan, atau gangguan termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah pasien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertermia meliputi manajemen suhu tubuh, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Secara umum, kondisi yang Anda deskripsikan (demam sejak hari Selasa, demam tinggi, muntah, badan lemah, mimisan) dapat mengarah pada diagnosis keperawatan Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi. Pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan profesional diperlukan untuk menentukan penyebab dan rencana penanganan yang tepat. -
Article No. 11437 | 23 Jan 2025
Klinis : Pasien Anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue)
- Definisi: Keadaan subjektif yang ditandai dengan perasaan lelah, lemah, dan hilangnya energi yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan kelelahan karena penurunan suplai oksigen ke jaringan.
2. Intoleransi Aktivitas (Activity Intolerance)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang biasa dilakukan.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otot, sehingga mengurangi kemampuan fisik pasien.
3. Defisit Volume Cairan (Fluid Volume Deficit)
- Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan penurunan volume darah yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Diagnosa keperawatan dalam SDKI disusun berdasarkan definisi, penyebab, tanda, dan gejala yang spesifik.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan dalam SLKI disusun berdasarkan kriteria hasil yang terukur dan dapat diamati.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dalam SIKI disusun berdasarkan aktivitas, tujuan, dan rasional yang jelas.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpedoman pada bukti terbaik untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. -
Article No. 11310 | 22 Jan 2025
Klinis : kesadaran somnolent, klien afasia. klien hanya berbaring saja ditempat tidur, pada tangan kiri terpasang infusan Nacl 0,9 % dan kedua tangan dipasang restrain, sedangkan pada kaki kiri terdapat luka post debridement dengan knee joint dan selulitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Afasia
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Afasia
Penjelasan: Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengekspresikan diri secara verbal akibat kerusakan area berbahasa di otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kemampuan Komunikasi Verbal
2. Kemampuan Mengekspresikan Diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Fasilitasi Komunikasi
2. Terapi Wicara
3. Manajemen Lingkungan: Komunikasi
Standar PPNI:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar praktik keperawatan yang mencakup SDKI, SLKI, dan SIKI. Standar ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keselamatan pasien, serta sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 11311 | 22 Jan 2025
Klinis : kesadaran somnolent, klien hanya berbaring saja ditempat tidur, pada tangan kiri terpasang infusan Nacl 0,9 % dan kedua tangan dipasang restrain, sedangkan pada kaki kiri terdapat luka post debridement dengan knee joint dan selulitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
Penjelasan: Klien mengalami penurunan kesadaran (somnolent) dan hanya berbaring di tempat tidur, yang menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis yang sedang dihadapi.
2. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif (Infus) dan Luka Post Debridement
Penjelasan: Klien memiliki infus pada tangan kiri dan luka post debridement pada kaki kiri, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Prosedur invasif dan luka terbuka dapat menjadi pintu masuk bagi patogen.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Penggunaan Restrain pada Kedua Tangan
Penjelasan: Penggunaan restrain pada kedua tangan klien meningkatkan risiko terjadinya cedera, seperti kerusakan kulit, kontraktur, dan keterbatasan pergerakan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik: Penurunan kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
- Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
- Risiko Cedera: Rentan terhadap luka atau kerusakan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mobilitas Fisik: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri.
- Kontrol Infeksi: Kemampuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
- Integritas Kulit dan Jaringan: Kondisi utuh dari kulit dan jaringan di bawahnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Mobilitas: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan mobilitas fisik klien.
- Manajemen Infeksi: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
- Pencegahan Cedera: Intervensi untuk mencegah terjadinya cedera pada klien. -
Article No. 11312 | 22 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopik sputum untuk bakteri tuberculosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Kode ini sesuai dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru, yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru.
Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan mikroskopik sputum untuk bakteri tuberculosis) dapat digunakan untuk prosedur pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberculosis adalah langkah penting dalam konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Berdasarkan informasi klinis yang disediakan, tidak terdapat tindakan atau prosedur medis lain yang perlu dikodekan menggunakan ICD-9-CM. Namun, jika terdapat tindakan lain yang dilakukan, seperti pengobatan atau pemeriksaan penunjang lainnya, maka kode ICD-9-CM yang sesuai juga perlu dicantumkan. -
Article No. 11313 | 22 Jan 2025
Klinis : Klien memiliki riwayat asam urat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu klien memiliki riwayat asam urat dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam urat
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons manusia terhadap masalah kesehatan.
- Dalam contoh ini, "Nyeri akut" merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang termasuk dalam SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Contoh luaran keperawatan yang terkait dengan "Nyeri akut" adalah pengurangan rasa nyeri dan peningkatan kemampuan mengatasi nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani "Nyeri akut" adalah pemberian analgesik, terapi kompres hangat, dan edukasi pengelolaan nyeri.
Dalam konteks klien dengan riwayat asam urat, diagnosa keperawatan "Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam urat" merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani oleh perawat. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah pengurangan rasa nyeri dan peningkatan kemampuan klien dalam mengatasi nyeri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemberian analgesik, terapi kompres hangat, dan edukasi pengelolaan nyeri. -
Article No. 11314 | 22 Jan 2025
Klinis : Klien memiliki riwayat asam urat, nyeri kaki, sulit tidur, sering terbangun pada malam bari karena nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan: Klien memiliki riwayat asam urat dan mengalami nyeri kaki yang sering terbangun pada malam hari. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, dan intensitas ringan hingga berat, yang berlangsung dalam jangka waktu singkat (kurang dari 3 bulan).
- Karakteristik Definisi: Keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Kontrol Nyeri, Pemulihan Nyeri, dan Manajemen Nyeri.
- Kriteria Hasil: Nyeri terkontrol, intensitas nyeri berkurang, dan pasien mampu mengelola nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, dan Terapi Modalitas Nyeri.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik, mengajarkan teknik relaksasi, dan menerapkan modalitas nyeri.
2. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan: Klien sering terbangun pada malam hari karena nyeri, sehingga mengalami kesulitan tidur. Gangguan pola tidur adalah perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
SDKI:
- Definisi: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
- Karakteristik Definisi: Kesulitan memulai tidur, sering terbangun, tidur tidak nyenyak, dan rasa lelah setelah tidur.
SLKI:
- Luaran: Kualitas Tidur, Durasi Tidur, dan Pemulihan Tidur.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat tidur dengan nyenyak, lama tidur sesuai kebutuhan, dan merasa segar setelah bangun.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Pola Tidur, Terapi Relaksasi, dan Edukasi Higienis Tidur.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji pola tidur, memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI di atas dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah nyeri akut dan gangguan pola tidur pada klien dengan riwayat asam urat.