Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11393 | 23 Jan 2025
Klinis : luka infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Luka
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Luka merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kerentanan individu terhadap infeksi pada luka, baik luka bedah, luka trauma, atau luka kronis. Faktor risiko yang dapat menyebabkan kondisi ini antara lain penurunan sistem imun, penyakit kronis, prosedur invasif, dan higiene yang tidak memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka yang optimal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi komplikasi akibat infeksi luka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: perawatan luka, pemberian antibiotik, edukasi terkait pencegahan infeksi, serta pemantauan tanda-tanda infeksi secara berkala. Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi luka sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung optimal. -
Article No. 11394 | 23 Jan 2025
Klinis : resiko injuri vaskuler pada pasien dengan kemoterapi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang berisiko mengalami injuri vaskuler pada pasien dengan kemoterapi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Injuri Vaskuler". Risiko injuri vaskuler adalah kerentanan terhadap kerusakan atau cedera pada pembuluh darah, yang dapat terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya adalah kemoterapi.
Pasien yang menjalani kemoterapi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami injuri vaskuler karena efek samping dari obat-obatan kemoterapi yang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti ekstravasasi, trombosis, atau perdarahan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan tidak adanya tanda-tanda injuri vaskuler selama menjalani kemoterapi.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri yang tepat untuk mencegah injuri vaskuler.
3. Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang risiko injuri vaskuler dan cara pencegahannya.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang baik jika terjadi injuri vaskuler.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Melakukan pengkajian komprehensif terhadap risiko injuri vaskuler, termasuk riwayat medis, penggunaan obat, dan kondisi pembuluh darah.
2. Memantau tanda-tanda injuri vaskuler secara rutin, seperti perubahan warna, pembengkakan, nyeri, atau perdarahan di sekitar tempat injeksi.
3. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik pemasangan dan perawatan akses vena yang benar, serta tindakan yang harus dilakukan jika terjadi injuri vaskuler.
4. Memastikan penggunaan alat dan teknik yang tepat saat melakukan prosedur, seperti pemilihan ukuran jarum yang sesuai dan penggunaan teknik aseptik.
5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli farmasi, untuk memantau efek samping obat kemoterapi dan melakukan perubahan pengobatan jika diperlukan.
6. Memberikan intervensi yang tepat jika terjadi injuri vaskuler, seperti pemberian obat, kompres, dan tindakan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
7. Melakukan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan, melakukan perawatan diri yang tepat, dan segera melaporkan tanda-tanda injuri vaskuler.
8. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi dan melakukan modifikasi jika diperlukan.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat mencegah terjadinya injuri vaskuler pada pasien yang menjalani kemoterapi, serta membantu pasien dan keluarga dalam mengelola risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 11395 | 23 Jan 2025
Klinis : Perempuan usia 58 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis rhematoid arthritis. Pasien mengeluh nyeri sendi, sendi membengkak, sendi kemerahan, terasa hangat, dan kaku, terutama di pagi hari atau setelah lama tidak digerakkan Hasil pemeriksaan fisik: nyeri dan bengkak pada kedua tangan dan kaki, tubuh terasa lelah dan lemah, hilang nafsu makan, berat badan menurun dan demam ringan. Hasil pemeriksaan fisik: TD 140/90mmHg, frekuensi nadi 88 kali/menit, dan frekuensi napas 24 kali/menit. Pemeriksaan lab: leukosit 17.000 um/mL, LED = 30 mm/jam, pemeriksaan serologi rheumatoid factor (RF) (+), dan anti cyclic citrullinated antibody (ACPA) (+). Dokter merekomendasikan pasien agar diberikan obat sesuai regimen terapi RA, namun perawat yang bertugas pada hari itu hanya memberikan beberapa obat anti nyeri saja tanpa memberikan antibiotic karena obat tersebut telah digunakan untuk pasien yang lain.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit rheumatoid arthritis, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, sendi membengkak, sendi kemerahan, terasa hangat, dan kaku terutama di pagi hari atau setelah lama tidak digerakkan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, fatigue, dan penurunan berat badan, ditandai dengan pasien mudah lelah dan lemah serta hilang nafsu makan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses inflamasi, ditandai dengan adanya sendi yang membengkak, terasa hangat, dan kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Integritas Kulit Terjaga: Tidak terdapat tanda-tanda inflamasi atau kerusakan pada kulit sekitar sendi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Lakukan intervensi nonfarmakologis seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
d. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Rencanakan dan bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya.
c. Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai.
d. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien selama aktivitas.
3. Perawatan Luka:
a. Lakukan pengkajian kulit dan sendi yang mengalami inflamasi.
b. Berikan kompres hangat dan dingin untuk mengurangi inflamasi.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kulit dan sendi.
d. Monitor tanda-tanda infeksi dan perkembangan kondisi kulit serta sendi.
Dalam kondisi ini, perawat seharusnya memberikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter, termasuk obat anti-inflamasi dan antibiotik jika diperlukan, untuk menangani inflamasi dan infeksi yang terjadi. Selain itu, perawat juga perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nyeri, intoleransi aktivitas, dan integritas kulit pasien. -
Article No. 11396 | 23 Jan 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi nyeri akut. Tone saya akan akademis, dengan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Nyeri Akut:
Nyeri Akut (Acute Pain) didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya terjadi dalam waktu singkat dan berhubungan dengan cidera, penyakit, atau prosedur medis tertentu.
Karakteristik definisi nyeri akut meliputi:
- Onset mendadak atau lambat, durasi yang diperkirakan singkat
- Intensitas ringan sampai berat
- Memiliki kualitas yang dapat dideskripsikan (misalnya tumpul, tajam, terbakar)
- Lokasi yang dapat diidentifikasi
- Biasanya nociceptive atau nosiseptif (dihasilkan oleh aktivasi sistem saraf sensorik)
- Memiliki faktor pencetus yang dapat diidentifikasi
- Dapat memengaruhi fungsi atau aktivitas
2. Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien akan melaporkan penurunan intensitas nyeri dalam rentang yang dapat diterima.
b. Pasien akan menunjukkan perilaku mengatasi nyeri yang efektif.
c. Pasien akan mempertahankan fungsi dan mobilitas yang optimal.
d. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
e. Pasien akan melaporkan kepuasan dengan pengelolaan nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
b. Identifikasi dan atasi penyebab nyeri, jika memungkinkan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan farmakologis nyeri, seperti pemberian analgesik yang sesuai.
d. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
e. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
f. Libatkan keluarga dalam perawatan dan edukasi pasien mengenai manajemen nyeri.
g. Dokumentasikan secara akurat pengkajian, intervensi, dan respons pasien terhadap pengelolaan nyeri.
h. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dalam pengelolaan nyeri akut, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian yang komprehensif, mengidentifikasi penyebab, dan menerapkan intervensi yang sesuai secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai penurunan nyeri, peningkatan fungsi, dan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri. -
Article No. 11397 | 23 Jan 2025
Klinis : slki pada nyeri kut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "slki pada nyeri kut", diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pasien dapat menunjukkan perbaikan dalam pola tidur.
5. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kualitas hidup terkait kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang mempengaruhi.
2. Pemberian analgesik yang sesuai untuk mengurangi nyeri, dengan mempertimbangkan jenis, dosis, dan jadwal pemberian.
3. Penerapan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, pemberian kompres hangat/dingin, dan terapi modalitas.
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai nyeri, penyebab, dan manajemen nyeri yang efektif.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya fisioterapis, terapis okupasi) untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Evaluasi respons pasien terhadap intervensi yang diberikan dan penyesuaian rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI "Nyeri Akut" dipilih karena kondisi "slki pada nyeri kut" menunjukkan adanya pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup aspek fisik, psikologis, dan kualitas hidup terkait kesehatan, yang diharapkan dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada manajemen nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri secara menyeluruh, pemberian analgesik yang sesuai, penerapan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Evaluasi respons pasien terhadap intervensi yang diberikan dan penyesuaian rencana asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien menjadi sangat penting untuk memastikan tercapainya luaran/output yang diharapkan.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif, terpadu, dan berpusat pada pasien diharapkan dapat membantu dalam mengelola nyeri akut secara efektif dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 11398 | 23 Jan 2025
Klinis : pasien perempuan usia 70 th dengan keluhan sesak nafas dan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien perempuan usia 70 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, serta obstruksi jalan napas.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tujuan:
- Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
- Pasien mampu mengeluarkan sekret dengan efektif.
2. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitoring status pernapasan
- Memfasilitasi batuk efektif
- Pengisapan lendir
- Pemberian oksigen
- Manajemen energi
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan dalam membersihkan saluran napas dari sekret atau obstruksi. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, serta obstruksi jalan napas.
Rencana asuhan keperawatan (SLKI) bertujuan untuk memastikan pasien memiliki jalan napas yang bebas dari obstruksi dan mampu mengeluarkan sekret dengan efektif. Intervensi keperawatan (SIKI) yang dapat dilakukan antara lain: monitoring status pernapasan, memfasilitasi batuk efektif, pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan manajemen energi.
Pendekatan ini bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan bersihan jalan napas dan mengatasi masalah sesak napas serta batuk yang dialaminya. -
Article No. 11399 | 23 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, pusing, muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang meliputi demam, pusing, dan muntah, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pengeluaran panas.
2. Mual (SDKI)
Penjelasan: Sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk muntah, yang disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau faktor lain.
3. Pusing (SDKI)
Penjelasan: Perasaan tidak seimbang atau rotasi yang tidak nyaman pada kepala, yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, visual, sensorik, atau muskuloskeletal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal (0801)
2. Tidak mual (1401)
3. Tidak pusing (1403)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3820)
2. Manajemen Mual (3520)
3. Manajemen Pusing (3540)
Dalam konteks akademis dan dengan persona sebagai pakar/perawat, penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa dan rencana luaran serta intervensi adalah sebagai berikut:
1. Hipertermia (Demam)
- Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, yang dapat disebabkan oleh infeksi, radang, atau respon stres.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, seperti pemantauan suhu, pemberian antipiretik, dan tindakan fisik untuk menurunkan suhu.
- Luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh dalam batas normal.
2. Mual
- Mual adalah sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk muntah, yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis (misalnya obat-obatan) atau psikologis.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen mual, seperti pemberian antiemetik, terapi relaksasi, dan modifikasi lingkungan.
- Luaran yang diharapkan adalah tidak adanya keluhan mual.
3. Pusing
- Pusing adalah perasaan tidak seimbang atau rotasi yang tidak nyaman pada kepala, yang dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, visual, sensorik, atau muskuloskeletal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen pusing, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen lingkungan, dan latihan keseimbangan.
- Luaran yang diharapkan adalah tidak adanya keluhan pusing. -
Article No. 11400 | 23 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan dema, pilek, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala demam, pilek, dan pusing yang dapat mengganggu fungsi pernapasan.
- Kondisi ini dapat menyebabkan sekret berlebih dan hambatan di saluran napas.
- Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
2. Risiko Infeksi
Penjelasan:
- Pasien datang dengan gejala-gejala yang mengarah pada adanya proses infeksi.
- Risiko infeksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sistem imun yang terganggu atau paparan agen infeksius.
- Diagnosa ini sesuai dengan SDKI.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan pasien.
- Disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan baku dalam praktik keperawatan di Indonesia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang menjelaskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam menetapkan tujuan dan mengukur keberhasilan asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang mendeskripsikan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Memberikan panduan bagi perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan secara terstruktur dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 11401 | 23 Jan 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan berusia 5 tahun, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, kemungkinan besar pasien mengalami penyakit campak (measles).
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak (measles)
Penjelasan:
- Kode B05 dalam ICD-10 adalah untuk diagnosis penyakit campak (measles), yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak. Gejala yang dialami pasien, seperti demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, sesuai dengan gambaran klinis dari penyakit campak.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada
Penjelasan:
- Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang perlu dicatat menggunakan kode ICD-9-CM Procedure. Pengobatan utama untuk campak biasanya bersifat suportif, seperti memberikan obat penurun demam, menjaga hidrasi, dan mengatasi gejala lainnya.
Kesimpulan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, diagnosis yang sesuai adalah penyakit campak (measles), yang didokumentasikan dengan kode ICD-10 B05. Tidak ada tindakan medis spesifik yang perlu dicatat menggunakan kode ICD-9-CM Procedure pada kasus ini. -
Article No. 11402 | 23 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan lemas bab cair lebih dari 10 kali sejak 5 hari yang lalu bab cair warna kuning ada lendir dan bercak darah keluhan disertai demam dan nyeri ulu hati setiap makan pasien mual tetapi tidak muntah tidak nafsu makan dan bak baik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi gastroenteritis ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari 10 kali per hari, konsistensi cair, ada lendir dan bercak darah, disertai demam dan nyeri ulu hati.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diare akut: Pengeluaran feses cair atau encer lebih dari 3 kali per hari, dengan atau tanpa darah, lendir, atau nanah, yang berlangsung kurang dari 14 hari.
- Infeksi gastroenteritis: Peradangan pada saluran cerna yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Manajemen nutrisi: Kemampuan untuk mengatur asupan dan metabolisme nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
- Manajemen nyeri: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit atau ketidaknyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen diare: Intervensi untuk mengatasi kehilangan cairan, elektrolit, dan zat gizi akibat diare.
- Manajemen infeksi: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
- Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengontrol rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, diharapkan penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi pasien dan pendekatan keperawatan yang sesuai.