Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13367 | 05 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan mengigil,demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluhkan mengigil dan demam adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat dari kegagalan mekanisme termoregulasi. Gejala yang muncul pada kondisi ini antara lain peningkatan suhu tubuh, menggigil, kulit kemerahan, dan peningkatan denyut nadi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam batas normal: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang 36,5-37,5°C setelah intervensi keperawatan yang diberikan.
2. Tidak ada tanda-tanda ketidaknyamanan: Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda ketidaknyamanan, seperti menggigil, kulit kemerahan, dan peningkatan denyut nadi.
3. Pengetahuan tentang manajemen hipertermia meningkat: Pasien akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen hipertermia, seperti mengetahui penyebab, gejala, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital: Lakukan pemantauan suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien secara berkala untuk mengetahui perkembangan kondisi.
2. Manajemen suhu tubuh: Berikan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh, seperti memberikan kompres hangat, mengatur suhu lingkungan, dan memberikan obat penurun demam jika diperlukan.
3. Manajemen kenyamanan: Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, seperti memberikan selimut atau pakaian yang nyaman, dan memastikan pasien cukup istirahat.
4. Edukasi tentang manajemen hipertermia: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengelola hipertermia, serta pentingnya menjaga suhu tubuh dalam batas normal.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab hipertermia dan mengelola kondisi pasien secara komprehensif.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Hipertermia" dipilih karena pasien mengeluhkan mengigil dan demam, yang merupakan gejala utama dari kondisi ini. Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau reaksi obat. Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen suhu tubuh, dan manajemen kenyamanan bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan mengatasi gejala yang muncul. Edukasi tentang manajemen hipertermia bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pengelolaan kondisi ini. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain penting untuk menentukan penyebab hipertermia dan memberikan perawatan yang komprehensif.
Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah untuk memulihkan kondisi pasien, mengatasi gejala, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen hipertermia, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13368 | 05 Mar 2025
Klinis : PASIEN DENGAN Community Acquired Pneumonia Dengan Sepsis Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS) + Ensefalopati+ Respiratory Failure + End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd + Anemia Inflamasi + Hipertensive Heart Disease + Hipertensi Stage II
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Penurunan Kardiopulmoner
- Definisi: Penurunan kemampuan sistem jantung dan paru-paru untuk memenuhi kebutuhan perfusi dan oksigenasi jaringan.
- Tanda dan Gejala: Takipnea, dispnea, sianosis, perubahan irama jantung, penurunan saturasi oksigen, edema perifer.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan energi.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, lemah, mudah lelah saat beraktivitas, penurunan tingkat aktivitas.
3. Gangguan Perfusi Jaringan
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan yang dapat mengancam viabilitas organ.
- Tanda dan Gejala: Perubahan tanda-tanda vital, penurunan saturasi oksigen, edema, oliguria, perubahan status mental.
4. Gangguan Eliminasi Urin
- Definisi: Ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
- Tanda dan Gejala: Oliguria, anuria, perubahan warna, bau, dan konsistensi urin, kadar ureum dan kreatinin darah meningkat.
5. Gangguan Hemodinamik
- Definisi: Ketidakstabilan sistem kardiovaskular yang dapat mengancam suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
- Tanda dan Gejala: Perubahan tanda-tanda vital, palpitasi, edema, pucat, sianosis, oliguria.
6. Kelelahan
- Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif akan kurangnya energi, tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tanda dan Gejala: Mudah lelah, lemah, tidak ada motivasi, penurunan aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, perfusi jaringan adekuat, tidak ada edema, urin output adekuat.
2. Peningkatan Fungsi Pernafasan
- Definisi: Kemampuan melakukan pertukaran gas yang optimal.
- Kriteria Hasil: Irama napas teratur, tidak ada distress pernapasan, tidak ada sianosis, saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil: Meningkatnya kemampuan untuk beraktivitas, menurunnya rasa lelah, meningkatnya partisipasi dalam aktivitas.
4. Peningkatan Fungsi Ginjal
- Definisi: Kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kriteria Hasil: Kadar ureum dan kreatinin dalam batas normal, volume urin adekuat, tidak ada edema.
5. Penurunan Kelelahan
- Definisi: Berkurangnya pengalaman subjektif dan objektif akan kurangnya energi.
- Kriteria Hasil: Meningkatnya stamina dan energi, menurunnya rasa lelah, meningkatnya partisipasi dalam aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait fungsi kardiovaskular untuk memantau status kesehatan.
- Aktivitas: Pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan edema, pemantauan output urin, analisis hasil laboratorium.
2. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas yang optimal dan mencegah komplikasi pernapasan.
- Aktivitas: Pemberian oksigen, suction, latihan pernapasan, pengaturan posisi.
3. Manajemen Aktivitas
- Definisi: Membantu pasien untuk mencapai dan mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
- Aktivitas: Pengaturan aktivitas, pemberian latihan fisik, manajemen kelelahan.
4. Manajemen Cairan
- Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Aktivitas: Pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, manajemen hemodialisis.
5. Manajemen Kelelahan
- Definisi: Intervensi untuk mengatasi kelelahan yang dialami pasien.
- Aktivitas: Identifikasi penyebab kelelahan, pengaturan aktivitas, pemberian istirahat yang cukup, nutrisi yang adekuat.
Penjelasan Rinci:
Pasien dengan kondisi Community Acquired Pneumonia, Sepsis, MODS, Ensefalopati, Respiratory Failure, ESRD, Anemia Inflamasi, Hipertensive Heart Disease, dan Hipertensi Stage II membutuhkan penanganan yang komprehensif dan multidisiplin. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup masalah kardiopulmoner, aktivitas, perfusi jaringan, eliminasi urin, hemodinamik, dan kelelahan. Luaran yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik, peningkatan fungsi pernapasan, toleransi aktivitas, fungsi ginjal, dan penurunan kelelahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen jalan napas, manajemen aktivitas, manajemen cairan, dan manajemen kelelahan. Penanganan yang tepat dan kolaboratif antara perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya dibutuhkan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13369 | 05 Mar 2025
Klinis : Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd" dalam format yang terstruktur:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.4
- Deskripsi: Ensefalopati, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G93.4 (Ensefalopati, tidak diklasifikasikan di tempat lain) adalah kode yang sesuai dengan kondisi "Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd". Ensefalopati adalah gangguan fungsi otak yang dapat terjadi sebagai komplikasi dari penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) pada pasien yang menjalani hemodialisis.
2. Kode ICD-9-CM 39.95 (Hemodialisis) adalah kode prosedur yang sesuai dengan tindakan "On Hd" (Hemodialisis) yang dilakukan pada pasien dengan ESRD. Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang digunakan untuk mengeluarkan zat sisa dan kelebihan cairan dari aliran darah pasien.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan oleh dokter, perekam medis, dan profesional kesehatan lainnya untuk mengidentifikasi dan mengkodekan diagnosis dan prosedur medis secara terstandar, yang berguna untuk tujuan administrasi, penagihan, dan epidemiologi. -
Article No. 13370 | 05 Mar 2025
Klinis : Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Gangguan Fungsi Kognitif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, menyimpan, dan/atau mengambil informasi secara efektif.
- Karakteristik Definisi: Gangguan daya ingat, gangguan orientasi, gangguan berpikir abstrak, dan gangguan dalam pemecahan masalah.
- Faktor Berhubungan: Ensefalopati metabolik yang terkait dengan gagal ginjal tahap akhir.
b. Kelelahan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan aktivitas fisik dan mental pada tingkat yang diinginkan.
- Karakteristik Definisi: Perasaan letih yang tidak hilang setelah istirahat, keterbatasan dalam memulai aktivitas, dan penurunan kinerja.
- Faktor Berhubungan: Gangguan metabolisme yang terkait dengan gagal ginjal tahap akhir.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mempertahankan Fungsi Kognitif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi intelektual, seperti persepsi, memori, penalaran, dan pemecahan masalah pada tingkat yang optimal.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan fungsi kognitif.
2) Pasien menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin.
3) Pasien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan kemampuan untuk membuat keputusan.
b. Manajemen Kelelahan
- Definisi: Kemampuan untuk mengelola gejala kelelahan yang disebabkan oleh kondisi medis atau pengobatan.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan tingkat energi.
2) Pasien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
3) Pasien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan kemampuan untuk mengelola gejala kelelahan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Ensefalopati
- Definisi: Intervensi untuk mengelola gejala dan komplikasi ensefalopati.
- Aktivitas:
1) Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif, seperti gangguan metabolik, dehidrasi, dan infeksi.
2) Pantau status mental dan kemampuan kognitif pasien secara teratur.
3) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif.
4) Berikan lingkungan yang tenang dan aman untuk mendukung fungsi kognitif pasien.
5) Libatkan keluarga dalam memberikan stimulasi kognitif dan dukungan emosional.
b. Manajemen Kelelahan
- Definisi: Intervensi untuk mengelola gejala kelelahan.
- Aktivitas:
1) Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan, seperti anemia, gangguan metabolik, dan penurunan nutrisi.
2) Lakukan penilaian kelelahan secara teratur menggunakan alat ukur yang valid.
3) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan.
4) Berikan intervensi untuk meningkatkan energi, seperti manajemen tidur, aktivitas fisik yang sesuai, dan edukasi gizi.
5) Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu pasien mengelola kelelahan.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien dengan Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd. -
Article No. 13371 | 05 Mar 2025
Klinis : Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang ahli di bidang keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Serebral berhubungan dengan Uremia sekunder pada Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd.
2. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular berhubungan dengan Uremia sekunder pada Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd.
3. Risiko Kejang berhubungan dengan Uremia sekunder pada Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Perfusi Serebral: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan berbagai gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, perubahan fungsi kognitif, dan gangguan motorik.
2. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular: Kondisi yang berisiko menyebabkan perubahan yang cepat pada perfusi dan oksigenasi otak, yang dapat mengancam kelangsungan hidup.
3. Risiko Kejang: Kondisi yang berisiko mengalami aktivitas elektrik abnormal pada otak yang dapat menyebabkan kejang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Serebral Membaik: Peningkatan aliran darah dan oksigenasi ke otak sehingga fungsi neurologis membaik.
2. Stabilitas Neurovaskular Terjaga: Pemeliharaan perfusi dan oksigenasi otak dalam rentang normal sehingga tidak terjadi gangguan neurovaskular.
3. Tidak Terjadi Kejang: Tidak ada aktivitas elektrik abnormal pada otak yang menyebabkan kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Perfusi Serebral: Mengobservasi tanda-tanda perfusi serebral yang adekuat dan mencegah penurunan perfusi.
2. Manajemen Hipertensi Intrakranial: Pengelolaan peningkatan tekanan di dalam rongga tengkorak untuk menjaga stabilitas neurovaskular.
3. Pencegahan Kejang: Tindakan untuk mencegah terjadinya aktivitas elektrik abnormal pada otak yang dapat menyebabkan kejang.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam mengelola pasien dengan Ensefalopati End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd. -
Article No. 13372 | 05 Mar 2025
Klinis : Community Acquired Pneumonia Dengan Sepsis Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS) + Ensefalopati+ Respiratory Failure + End-Stage Renal Disease (ESRD) On Hd + Anemia Inflamasi + Hipertensive Heart Disease + Hipertensi Stage II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI) berhubungan dengan penyakit pernapasan akut (Community Acquired Pneumonia) dan Respiratory Failure.
2. Perubahan Perfusi Jaringan (SDKI) berhubungan dengan Sepsis, Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS), dan End-Stage Renal Disease (ESRD).
3. Gangguan Fungsi Kognitif (SDKI) berhubungan dengan Ensefalopati.
4. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI) berhubungan dengan ESRD dan pengobatan Hemodialisis.
5. Anemia (SDKI) berhubungan dengan Anemia Inflamasi.
6. Intoleransi Aktivitas (SDKI) berhubungan dengan kondisi klinis yang kompleks.
7. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI) berhubungan dengan Hipertensive Heart Disease dan Hipertensi Stage II.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan mengembangkan rencana perawatan yang tepat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk memilih intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan klien.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan terintegrasi, yang berfokus pada penanganan masalah kesehatan klien secara holistik. -
Article No. 13373 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tn. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi akibat gagal ginjal kronis.
2. Ansietas berhubungan dengan ketakutan terhadap penyakit dan pengobatan.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik akibat gagal ginjal kronis.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Kemampuan seseorang untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan yang terbatas oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Energi, Perawatan Diri: Aktivitas/Latihan
2. Ansietas
SDKI: Sensasi ketidaknyamanan atau kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
SLKI: Kontrol Kecemasan
SIKI: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi
3. Gangguan Pola Tidur
SDKI: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Insomnia, Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi Aktivitas: Kondisi Tn. D mengalami keterbatasan energi akibat gagal ginjal kronis yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2. Ansietas: Tn. D merasa cemas dan takut terhadap kondisi penyakitnya serta pengobatan yang dijalani.
3. Gangguan Pola Tidur: Tn. D mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang akibat ketidaknyamanan fisik dari kondisi gagal ginjal kronis. -
Article No. 13374 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai kondisi Tn. D, seorang lansia dengan diagnosis medis Chronic Kidney Disease (CKD) stage V, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, mual, dan muntah akibat gagal ginjal kronik.
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, mual, dan muntah akibat gagal ginjal kronik.
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kontrol kecemasan
- SIKI: Manajemen kecemasan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Kualitas tidur
- SIKI: Manajemen tidur
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang biasa dilakukan akibat adanya kelemahan fisik, mual, dan muntah yang dialami oleh pasien CKD. Manajemen aktivitas diperlukan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kecemasan: Perasaan takut, khawatir, dan cemas yang dialami pasien CKD terkait dengan ancaman perubahan status kesehatannya. Manajemen kecemasan dibutuhkan untuk membantu pasien mengelola dan mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
3. Gangguan pola tidur: Pasien CKD sering mengalami ketidaknyamanan fisik dan psikologis yang dapat mengganggu pola tidur. Manajemen tidur diperlukan untuk membantu pasien mencapai kualitas tidur yang baik.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI, yaitu SDKI, SLKI, dan SIKI, sebagai pedoman dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 13375 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.5
- Deskripsi: Penyakit ginjal kronik stadium V (end-stage renal disease)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
Pasien Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia), didiagnosis dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease/CKD) stadium V atau end-stage renal disease (ESRD). Hal ini sesuai dengan kode ICD-10 N18.5. Pasien telah menjalani hemodialisis pertama, dan sesuai dengan kode ICD-9-CM 39.95 untuk tindakan hemodialisis.
Pasien mengalami gejala-gejala seperti lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta kesulitan beristirahat dengan tenang. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kondisi fisiologis akibat penyakit ginjal kronik stadium V dan proses hemodialisis yang baru dilakukan.
Pasien memiliki faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal adalah tingginya tekanan darah dan kadar gula darah yang lama-kelamaan menyebabkan kerusakan nefron ginjal, sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda klinis yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti edema pada kedua kaki, berat badan dan Indeks Massa Tubuh yang rendah, serta pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar ureum, kreatinin, kalium, dan hemoglobin yang abnormal.
Selain itu, hasil pengkajian menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) menunjukkan bahwa pasien mengalami kecemasan sedang (skor 23). Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai untuk mengatasi kecemasan pasien. -
Article No. 13376 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana intervensi keperawatan yang sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan fisik dan ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen akibat gagal ginjal kronis.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan proses penyakit yang dialami.
3. Pola tidur terganggu berhubungan dengan kecemasan dan rasa tidak nyaman akibat gejala-gejala uremia.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Mempertahankan kapasitas fungsional dalam batas normal.
- SIKI: Manajemen energi, Manajemen kelelahan.
2. Kecemasan:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Mengontrol kecemasan.
- SIKI: Manajemen kecemasan, Dukungan emosional.
3. Pola tidur terganggu:
- SDKI: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Manajemen insomnia, Manajemen nyeri.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan kapasitas aktivitasnya.
- Lakukan perencanaan aktivitas dan istirahat secara seimbang.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen energi (misalnya, aktivitas bertahap, posisi istirahat, dll).
- Berikan dukungan emosional dan edukasi terkait proses penyakit.
2. Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien menggunakan HARS.
- Identifikasi dan diskusikan penyebab kecemasan.
- Berikan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll) untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
3. Pola tidur terganggu:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, kebisingan).
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri dan kecemasan untuk meningkatkan kualitas tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi obat.