Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11495 | 25 Jan 2025
Klinis : Pasien muntah darah 1x saat sore hari, produksi NGT sebanyak 100 cc berwarna kehitaman, memiliki riwayat CKD on HD, hipertensi, stroke iskemik, kesadaran pasien compos mentis dengan GCS 11
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan riwayat penyakit kronis (CKD, hipertensi, stroke iskemik)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan dari saluran cerna yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor risiko: Riwayat penyakit kronis (CKD, hipertensi, stroke iskemik), penggunaan obat-obatan tertentu, trauma abdominal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami perdarahan gastrointestinal dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, perdarahan, serta pemberian obat-obatan sesuai instruksi medis untuk mencegah dan mengatasi perdarahan.
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, pasien memiliki riwayat penyakit kronis yang meningkatkan risiko perdarahan gastrointestinal, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan riwayat penyakit kronis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, perdarahan, serta pemberian obat-obatan sesuai instruksi medis untuk mencegah dan mengatasi perdarahan. -
Article No. 11496 | 25 Jan 2025
Klinis : Pasien muntah darah 1x saat sore hari, produksi NGT sebanyak 100 cc berwarna kehitaman, memiliki riwayat CKD on HD, hipertensi, stroke iskemik, kesadaran pasien compos mentis dengan GCS 11
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan saluran cerna (SDKI, 2017)
Definisi: Keluarnya darah dari saluran cerna yang tidak terkontrol.
Penyebab: Perdarahan gastrointestinal, varises esofagus, ulkus peptik.
Tanda & Gejala: Muntah darah, produksi NGT berwarna kehitaman (melena), riwayat penyakit ginjal kronis (CKD) yang dapat menyebabkan gangguan hemostatik.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (SDKI, 2017)
Definisi: Penurunan suplai oksigen ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Stroke iskemik, hipertensi.
Tanda & Gejala: Penurunan kesadaran, GCS 11 (compos mentis).
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan dapat terkontrol
- Tidak ada muntah darah lagi
- Produksi NGT normal (pH 4-7, berwarna kuning/jernih)
- Hemodinamik stabil (TD, nadi, respirasi dalam batas normal)
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif
2. Perfusi jaringan serebral membaik
- Tidak ada penurunan kesadaran lebih lanjut
- GCS meningkat menjadi 15 (compos mentis)
- Tidak ada tanda-tanda gangguan neurologis baru
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan
- Monitor tanda-tanda vital dan karakteristik produksi NGT secara rutin
- Berikan terapi farmakologis sesuai resep (misalnya obat-obatan untuk menekan asam lambung, vasokonstriktor)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan endoskopi/intervensi lain jika perlu
- Berikan dukungan nutrisi dan cairan yang adekuat melalui NGT
- Ajarkan pasien dan keluarga terkait manajemen perdarahan
2. Manajemen Perfusi Serebral
- Monitor status neurologi secara berkala (GCS, refleks, tanda-tanda defisit neurologis)
- Berikan posisi semi-fowler untuk meningkatkan aliran darah ke otak
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan hipertensi dan pencegahan komplikasi stroke
- Berikan stimulasi kognitif dan latihan fisik sesuai toleransi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen stroke dan pencegahan komplikasi
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan memperbaiki kondisi pasien. -
Article No. 11438 | 24 Jan 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan terinfeksi penyakit campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut berhubungan dengan proses penyakit campak.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan demam dan ruam kulit yang disebabkan oleh penyakit campak.
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam merah yang disebabkan oleh penyakit campak.
Penjelasan singkat:
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut
- SDKI: Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut
- SLKI: Tidak Terjadi Infeksi Saluran Pernapasan Akut
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi, Manajemen Demam, Edukasi Pencegahan Infeksi
2. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri Terkontrol
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Analgetik, Edukasi Manajemen Nyeri
3. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit Membaik
- SIKI: Perawatan Luka, Manajemen Kulit, Edukasi Perawatan Kulit
Sebagai perawat, saya akan memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi penyakit campak, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11439 | 24 Jan 2025
Klinis : Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah kondisi di mana terjadi penurunan atau peningkatan volume dan komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
3. Kestabilan Tanda-Tanda Vital
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
2. Terapi Cairan dan Elektrolit
3. Manajemen Cairan
4. Manajemen Nutrisi
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien untuk menentukan penyebab, jenis, dan derajat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadi. Intervensi keperawatan yang tepat akan diberikan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit secara optimal, serta memantau tanda-tanda vital pasien untuk memastikan stabilitas kondisinya. Edukasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga akan dilakukan untuk memastikan perawatan yang efektif dan aman bagi pasien. -
Article No. 11440 | 24 Jan 2025
Klinis : 1. Jelaskan hal-hal yang termasuk dalam legal etik keperawatan jiwa 2. Jelaskan falsafah dalam keparawatan jiwa 3. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang rentang respon Gangguan alam perasaan 4. Susunlah SP (strategi Pelaksanaan) 1 untuk klien dengan Gangguan alam perasaan 5. Susun SP (Strategi Pelaksanaan) 1 untuk klien dengan Defisit Perawatan Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan hal-hal berkaitan dengan pertanyaan Anda dengan nada akademis sebagai seorang pakar perawat.
1. Legal Etik Keperawatan Jiwa:
- Prinsip Otonomi: Hak klien untuk membuat keputusan tentang perawatan mereka sendiri.
- Prinsip Keadilan: Memperlakukan klien dengan adil dan tidak diskriminatif.
- Prinsip Benefisiensi: Melakukan tindakan yang memberikan manfaat bagi klien.
- Prinsip Non-Malefisiensi: Tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan klien.
- Kewajiban Profesi: Mematuhi kode etik dan standar praktik keperawatan jiwa.
2. Falsafah Keperawatan Jiwa:
- Holisme: Memandang manusia secara utuh, tidak hanya aspek fisik, tetapi juga mental, sosial, dan spiritual.
- Individualitas: Setiap klien memiliki keunikan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
- Integrasi: Menggabungkan berbagai intervensi terapeutik untuk mencapai hasil yang optimal.
- Kontinuitas Perawatan: Memberikan perawatan yang berkesinambungan dari rawat inap hingga rawat jalan.
3. Rentang Respon Gangguan Alam Perasaan:
- Respon Adaptif: Emosi yang sesuai dengan situasi dan dapat diterima secara sosial.
- Respon Maladaptif: Emosi yang tidak sesuai dengan situasi dan mengganggu fungsi individu.
- Gangguan Alam Perasaan: Kondisi di mana terjadi perubahan yang signifikan pada mood, seperti depresi atau kecemasan.
4. SP 1 untuk Klien dengan Gangguan Alam Perasaan:
- Identifikasi faktor-faktor pencetus dan penyebab gangguan alam perasaan.
- Kaji tanda dan gejala gangguan alam perasaan, seperti perubahan mood, perilaku, dan fungsi sehari-hari.
- Kembangkan hubungan saling percaya dengan klien.
- Berikan edukasi tentang gangguan alam perasaan dan pentingnya pengobatan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengurangi gejala.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, psikiater) untuk penanganan yang komprehensif.
5. SP 1 untuk Klien dengan Defisit Perawatan Diri:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan perawatan diri klien.
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan kebersihan.
- Buat rencana perawatan diri yang sesuai dengan kemampuan klien.
- Berikan motivasi dan dukungan kepada klien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
- Ajarkan teknik perawatan diri yang sesuai dan berikan bimbingan hingga klien mampu melakukannya secara mandiri.
- Libatkan keluarga atau caregiver dalam mendukung program perawatan diri klien.
- Evaluasi dan modifikasi rencana perawatan diri sesuai dengan kemajuan klien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan. -
Article No. 11441 | 24 Jan 2025
Klinis : 1. Jelaskan hal-hal yang termasuk dalam legal etik keperawatan jiwa 2. Jelaskan falsafah dalam keparawatan jiwa 3. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang rentang respon Gangguan alam perasaan 4. Susunlah SP (strategi Pelaksanaan) 1 untuk klien dengan Gangguan alam perasaan 5. Susun SP (Strategi Pelaksanaan) 1 untuk klien dengan Defisit Perawatan Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang sesuai dengan permintaan Anda.
1. Legal Etik Keperawatan Jiwa
Dalam keperawatan jiwa, legal etik merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Beberapa hal yang termasuk dalam legal etik keperawatan jiwa antara lain:
a. Informed consent: Klien dan keluarga harus diberikan informasi yang jelas dan memahami tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
b. Kerahasiaan: Segala informasi dan data pribadi klien harus dijaga dan tidak boleh disebarluaskan tanpa seizin klien.
c. Hak klien: Klien memiliki hak atas pelayanan, perawatan, dan perlindungan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan.
d. Standar praktik: Perawat harus mengikuti standar praktik dan kode etik keperawatan jiwa yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
2. Falsafah Keperawatan Jiwa
Falsafah dalam keperawatan jiwa menekankan pada pendekatan holistik, yaitu memandang klien sebagai individu yang unik, memiliki potensi, dan berhak mendapatkan perawatan yang komprehensif. Falsafah ini juga menekankan pada pentingnya membangun hubungan terapeutik yang baik antara perawat dan klien, serta melibatkan klien dan keluarga dalam proses perawatan.
3. Rentang Respon Gangguan Alam Perasaan
Rentang respon gangguan alam perasaan mencakup kondisi emosional yang tidak stabil, seperti depresi, kecemasan, dan bipolar. Pada rentang ini, klien dapat mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim, perubahan perilaku, dan kesulitan dalam mengelola emosi. Kondisi ini dapat berdampak pada fungsi sosial, pekerjaan, dan kualitas hidup klien.
4. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 untuk Klien dengan Gangguan Alam Perasaan
SP 1 untuk klien dengan gangguan alam perasaan dapat mencakup:
a. Menjalin hubungan saling percaya dengan klien.
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan alam perasaan yang dialami klien.
c. Membantu klien mengekspresikan perasaan dan emosi secara adaptif.
d. Mengajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi.
e. Melibatkan keluarga dalam proses perawatan.
f. Memberikan dukungan emosional dan psikososial.
g. Memantau perkembangan klien secara berkala.
5. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 untuk Klien dengan Defisit Perawatan Diri
SP 1 untuk klien dengan defisit perawatan diri dapat mencakup:
a. Menilai kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi defisit perawatan diri.
c. Mengajarkan dan melatih klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan toileting.
d. Memberikan bantuan dan dukungan sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Melibatkan keluarga dalam proses pelatihan dan pemberian bantuan.
f. Memotivasi klien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
g. Memantau perkembangan klien dan melakukan evaluasi secara berkala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami legal etik, falsafah, rentang respon, dan strategi pelaksanaan terkait kondisi yang Anda tanyakan. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. -
Article No. 11442 | 24 Jan 2025
Klinis :
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Pasca Bedah (NANDA-I: 00206)
Definisi:
Risiko terjadinya kehilangan darah dari lokasi pembedahan yang melebihi jumlah yang diharapkan, yang dapat membahayakan kesehatan individu.
Faktor Risiko:
- Prosedur bedah yang kompleks atau lama
- Gangguan pembekuan darah
- Riwayat perdarahan sebelumnya
- Penggunaan antikoagulan
Rencana Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemantauan perdarahan dari lokasi pembedahan
3. Pemberian cairan dan produk darah sesuai indikasi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Pasca Bedah (Kode: 10019)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pemulihan Hemodinamik (Kode: 10023)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Pemantauan Tanda Vital (Kode: 80016)
Perawatan Luka (Kode: 80045)
Terapi Cairan (Kode: 80057)
Penjelasan singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. SDKI menyediakan definisi dan faktor risiko untuk diagnosa keperawatan, SLKI menyediakan luaran yang diharapkan, dan SIKI menyediakan intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus risiko perdarahan pasca bedah, perawat perlu melakukan pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian cairan dan produk darah, serta kolaborasi dengan tim medis untuk mencegah dan menangani komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 11443 | 24 Jan 2025
Klinis :
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang diberikan:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Perdarahan", dengan ciri-ciri utama:
1. Riwayat perdarahan
2. Adanya gangguan mekanisme pembekuan darah
3. Penggunaan obat-obatan yang dapat memperpanjang waktu perdarahan
Diagnosis ini menggambarkan kondisi pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami perdarahan, sehingga perlu dilakukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola risiko tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berikut:
1. Tidak terjadi perdarahan selama masa perawatan
2. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor risiko perdarahan
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
4. Pemeriksaan laboratorium terkait fungsi pembekuan darah dalam batas normal
Luaran-luaran ini menggambarkan target yang ingin dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan, yaitu mencegah terjadinya perdarahan, meningkatkan pengetahuan pasien, serta menjaga stabilitas kondisi pasien secara keseluruhan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda perdarahan secara rutin
2. Identifikasi dan evaluasi faktor-faktor risiko perdarahan pada pasien
3. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait risiko perdarahan, faktor-faktor penyebab, serta upaya pencegahan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan laboratorium fungsi pembekuan darah
5. Pemberian obat-obatan atau nutrisi yang dapat mendukung proses pembekuan darah, sesuai dengan instruksi dokter
6. Pengaturan lingkungan dan aktivitas pasien untuk meminimalkan risiko terjadinya trauma atau benturan yang dapat menyebabkan perdarahan
Intervensi-intervensi ini dirancang untuk memantau, mengelola, dan mengedukasi pasien dalam upaya mencegah terjadinya perdarahan selama masa perawatan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan asuhan keperawatan. -
Article No. 11444 | 24 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- Karakteristik Utama: Batuk tidak efektif, suara napas tambahan, dan sesak napas.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Utama: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, dan penurunan energi.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal.
- Karakteristik Utama: Peningkatan suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- Indikator:
- Bebas dari suara napas tambahan
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada kesulitan bernapas
2. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
- Indikator:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Tidak ada penurunan nafsu makan
- Tidak ada penurunan energi
3. Suhu Tubuh Dalam Batas Normal
- Definisi: Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
- Indikator:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Batuk
- Suction
- Oksigenasi
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Manajemen Nutrisi
- Edukasi Nutrisi
- Pemberian Makanan/Cairan
- Pemantauan Berat Badan
3. Hipertermia:
- Manajemen Demam
- Kompres Hangat/Dingin
- Pemberian Antipiretik
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Dalam memberikan asuhan keperawatan ini, perawat harus memperhatikan kondisi pasien, memantau perkembangannya, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perawatan. Upaya kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 11445 | 24 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi "bersihan jalan nafas tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif". Definisi diagnosa ini adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan pembersihan saluran nafas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran atau hasil yang diinginkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu:
a. Bersihan Jalan Nafas: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan nafas yang efektif.
b. Pertukaran Gas: Pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
c. Status Pernapasan: Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, antara lain:
a. Manajemen Jalan Napas:
- Memantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan deep breathing.
- Membersihkan sekret saluran napas dengan pengisapan, postural drainage, atau fisioterapi dada.
b. Manajemen Oksigenasi:
- Memantau kadar oksigen dalam darah dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Mengatur aliran oksigen dan memantau efektivitas pemberian oksigen.
- Mengajarkan pasien teknik bernapas yang efektif.
c. Manajemen Nyeri:
- Mengkaji nyeri yang mungkin dialami pasien terkait gangguan bersihan jalan napas.
- Memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengelola nyeri.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, pertukaran gas yang adekuat, dan pola pernapasan yang efektif.