Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13347 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh sesak napas, baik saat berbarin atau duduk, frekuensi napas 27 kali per menit, saturasi 99 dengan terpasang masker rebretheing, pasien mengatakan ada dahak tapi di dalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, maka dapat diberikan Diagnosa Keperawatan serta penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah:
1. Pasien dapat bernafas dengan mudah
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
3. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif meliputi:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen oksigenasi
3. Fisioterapi dada
4. Edukasi manajemen jalan napas
Dengan pendekatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada pasien. -
Article No. 13348 | 05 Mar 2025
Klinis : hipospadia anak umur 6 tahun keluhan BAK dari bawah tidak diujung penis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu hipospadia pada anak usia 6 tahun dengan keluhan BAK dari bawah tidak di ujung penis, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Eliminasi Urin
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara efektif.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan eliminasi urin secara efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola eliminasi urin yang efektif.
Kondisi hipospadia pada anak usia 6 tahun dengan keluhan BAK dari bawah tidak di ujung penis dapat menyebabkan ketidakefektifan pola eliminasi urin. Hal ini disebabkan karena adanya kelainan bawaan pada saluran kemih yang dapat menghambat aliran urin keluar dari tubuh secara normal.
2. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan:
- SDKI: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen di saluran kemih.
- SLKI: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi infeksi saluran kemih pada pasien.
Kondisi hipospadia dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada anak, karena kelainan bawaan pada saluran kemih dapat menjadi media pertumbuhan bagi mikroorganisme patogen.
Diagnosa keperawatan ini perlu dipertimbangkan dan ditangani secara komprehensif oleh tim medis yang terdiri dari dokter spesialis anak, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13349 | 05 Mar 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, intens, dan berlangsung singkat.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam standar luaran keperawatan Indonesia, tujuan utama penanganan nyeri akut adalah klien melaporkan penurunan nyeri, mempertahankan fungsi fisik, dan meningkatkan kemampuan koping. Beberapa luaran yang dapat diukur antara lain penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan aktivitas, dan peningkatan kemampuan koping.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk penanganan nyeri akut antara lain pemberian analgesik, teknik non-farmakologis (seperti relaksasi, distraksi, terapi musik, terapi dingin/panas), serta edukasi manajemen nyeri kepada klien. Perawat juga perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memantau respons terapi, dan melakukan evaluasi efektivitas intervensi.
Dalam praktik keperawatan, penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien. -
Article No. 13350 | 05 Mar 2025
Klinis : COTTUN BUD DI TELINGA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA" dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H61.1
- Deskripsi: Serumen telinga
Penjelasan:
- Kode ICD-10 H61.1 (Serumen telinga) sesuai dengan kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA", yang merujuk pada akumulasi serumen di dalam telinga.
- Serumen adalah zat lilin yang diproduksi oleh kelenjar serumen di telinga luar untuk melindungi dan membersihkan telinga. Akumulasi serumen yang berlebihan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, pendengaran terganggu, hingga infeksi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.11
- Deskripsi: Ekstraksi serumen dari telinga
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 69.11 (Ekstraksi serumen dari telinga) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengeluarkan serumen dari telinga.
- Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan yang terlatih, menggunakan alat-alat khusus seperti curret, forceps, atau irigasi telinga untuk mengeluarkan serumen yang berlebihan.
Secara keseluruhan, kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA" dapat diklasifikasikan menggunakan kode ICD-10 H61.1 (Serumen telinga) dan, jika terdapat prosedur ekstraksi serumen, kode ICD-9-CM 69.11 (Ekstraksi serumen dari telinga) dapat digunakan. -
Article No. 13351 | 05 Mar 2025
Klinis : Benda asing masuk dalam telinga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode diagnosa ICD-10 dan kode prosedur/tindakan medis ICD-9-CM untuk kondisi benda asing masuk dalam telinga.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T16
- Deskripsi: Benda asing di telinga
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.21
- Deskripsi: Pengeluaran benda asing dari telinga
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T16 digunakan untuk mendiagnosis kondisi ketika ada benda asing yang masuk ke dalam telinga. Kode ini mencakup semua jenis benda asing yang dapat masuk ke dalam telinga, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dan dapat menyebabkan iritasi, nyeri, atau bahkan kerusakan pada struktur telinga.
2. Kode ICD-9-CM 98.21 merujuk pada prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari telinga. Ini dapat mencakup berbagai teknik, seperti penggunaan alat-alat khusus, irigasi, atau manipulasi lembut untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman.
Penanganan yang tepat untuk kondisi ini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi atau kerusakan permanen pada telinga. Oleh karena itu, pasien dengan kondisi ini harus segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai. -
Article No. 13352 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci mengenai kasus tersebut.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah dengan kemungkinan diagnosis campak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan demam tinggi.
b. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam dan infeksi virus campak, ditandai dengan ruam merah di kulit.
c. Gangguan Membran Mukosa berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan bintik Koplik di mukosa mulut.
d. Bersihan Jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan batuk kering.
e. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan mata merah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Hipetermia teratasi, ditandai dengan suhu tubuh normal.
b. Integritas Kulit membaik, ditandai dengan penyembuhan ruam merah di kulit.
c. Membran Mukosa membaik, ditandai dengan hilangnya bintik Koplik di mukosa mulut.
d. Bersihan Jalan Napas efektif, ditandai dengan hilangnya batuk kering.
e. Perfusi Jaringan Perifer membaik, ditandai dengan hilangnya mata merah.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Hipertermia:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan banyak minum cairan
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat penurun demam
b. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan kulit secara rutin
- Berikan pelembab kulit untuk mengatasi ruam
- Jaga kebersihan dan sterilitas area kulit yang terkena
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat topikal
c. Gangguan Membran Mukosa:
- Lakukan perawatan oral secara rutin
- Berikan mouthwash untuk mengurangi iritasi mukosa
- Anjurkan konsumsi makanan dan minuman yang tidak mengiritasi mukosa
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat mukolitik
d. Bersihan Jalan Napas tidak efektif:
- Berikan humidifikasi oksigen untuk melembabkan jalan napas
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan instruksi teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat ekspektoran
e. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi iritasi mata
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat antiinflamasi
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan untuk menangani kasus pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak. Diharapkan penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 13353 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Penyakit Menular berhubungan dengan Infeksi Virus Campak
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Penyakit Menular adalah kerentanan individu atau kelompok untuk terinfeksi atau tertular penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Faktor yang berhubungan dalam kasus ini adalah Infeksi Virus Campak, dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah: Individu/Keluarga dapat Mengenali Tanda dan Gejala Penyakit Menular, Dapat Mencegah Penularan Penyakit, dan Mendapatkan Perawatan yang Adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah: Edukasi Kesehatan terkait Penyakit Menular, Manajemen Isolasi, Perawatan Demam, Perawatan Ruam Kulit, dan Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain untuk Penanganan Komprehensif.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko penularan penyakit pada pasien anak dengan kemungkinan infeksi virus campak. -
Article No. 13354 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Nausea: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
3. Nyeri Kepala: Sensasi ketidaknyamanan di kepala atau bagian atas leher.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan.
- Indikator: Individu melaporkan mengikuti regimen pengobatan, minum obat sesuai resep, tidak ada keluhan efek samping obat.
2. Nausea:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada rasa mual.
- Indikator: Individu tidak mengalami muntah, mual, dan nyeri perut.
3. Nyeri Kepala:
- Hasil: Individu melaporkan nyeri kepala berkurang.
- Indikator: Individu melaporkan intensitas nyeri kepala menurun, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Edukasi tentang pentingnya mematuhi regimen pengobatan yang diresepkan.
- Identifikasi hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas dan efek samping obat.
- Fasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai resep.
2. Nausea:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi mual.
- Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.
- Anjurkan makan kecil-kecil dan sering.
- Ajarkan teknik manajemen mual, seperti relaksasi, distraksi, dan pijat.
3. Nyeri Kepala:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri kepala.
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, kompres dingin/hangat, dan massase.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mendokumentasikan semua kegiatan dengan baik dalam rekam medis atau dokumentasi keperawatan. Perawat juga perlu berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan kualitas perawatan yang komprehensif bagi Tn. D. -
Article No. 13355 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan untuk Tn. D, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
3. Nyeri Akut
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik
- Pasien menunjukkan kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter
- Pasien dapat mengelola efek samping dari obat-obatan secara mandiri
- Pasien dapat mengintegrasikan terapi komplementer bekam dengan pengobatan konvensional secara aman dan efektif
2. Status Nutrisi: Berat Badan
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal
- Pasien dapat memahami pentingnya pola makan yang sehat dalam mengontrol kadar gula dan kolesterol darah
3. Manajemen Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri kepala yang dirasakan
- Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- Asesmen tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat-obatan
- Edukasi tentang pentingnya penggunaan obat-obatan sesuai resep dokter
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efek samping obat dan mengoptimalkan regimen terapeutik
- Edukasi tentang integrasi terapi komplementer bekam dengan pengobatan konvensional
- Monitoring dan evaluasi efektivitas terapi bekam dalam mengelola kondisi Tn. D
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
- Asesmen pola makan dan status gizi pasien
- Edukasi tentang diet yang sehat untuk pasien dengan diabetes dan hiperkolesterolemia
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Monitoring dan evaluasi perubahan pola makan dan status gizi pasien
3. Nyeri Akut
- Asesmen nyeri yang dialami pasien, termasuk lokasi, durasi, dan intensitasnya
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Edukasi tentang strategi manajemen nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, dan penggunaan analgesik sesuai rekomendasi dokter
- Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah disajikan dengan tone akademis dan persona pakar perawat. Harapannya, intervensi keperawatan yang diberikan dapat membantu Tn. D dalam mengelola kondisi kesehatan dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13356 | 05 Mar 2025
Klinis : Integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas kulit adalah "Risiko Kerusakan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mengidentifikasi adanya potensi risiko terjadinya kerusakan pada lapisan kulit, baik epidermis, dermis, maupun hipodermis. Risiko kerusakan integritas kulit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, malnutrisi, inkontinensia, gangguan sirkulasi, dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi integritas kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Integritas Kulit Membaik" (SLKI, 2019). Indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi luaran ini meliputi:
1. Kulit tidak mengalami kerusakan (luka, lecet, ruam)
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit
3. Elastisitas dan turgor kulit membaik
4. Suhu kulit normal
5. Warna kulit normal
6. Tidak ada perubahan tekstur kulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran "Integritas Kulit Membaik" antara lain:
1. Perawatan Kulit: Melakukan perawatan kulit secara rutin, seperti menjaga kebersihan kulit, melembabkan kulit, dan menghindari faktor-faktor yang dapat merusak integritas kulit.
2. Manajemen Risiko: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit, seperti imobilitas, malnutrisi, inkontinensia, dan gangguan sirkulasi.
3. Terapi Nutrisi: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat, terutama nutrisi yang dapat mendukung integritas kulit, seperti protein, vitamin, dan mineral.
4. Perawatan Luka: Jika terdapat luka pada kulit, melakukan perawatan luka yang tepat untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi.
5. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga integritas kulit dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien, diharapkan dapat mencapai luaran "Integritas Kulit Membaik" dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.