Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13408 | 06 Mar 2025
Klinis : kanker buli
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis kanker buli, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: C67
- Deskripsi: Kanker buli
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.49
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada kandung kemih, termasuk biopsi.
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 C67 digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis kanker yang terjadi pada kandung kemih (buli). Kanker buli dapat terjadi pada lapisan dalam (epitel) kandung kemih, atau dapat juga menyebar ke bagian lain dari organ ini. Gejala yang sering muncul pada kanker buli adalah hematuria (darah dalam urine), nyeri saat berkemih, serta infeksi saluran kemih yang berulang.
Untuk tindakan medis yang terkait, kode ICD-9-CM 57.49 mencakup prosedur lainnya pada kandung kemih, termasuk biopsi. Biopsi dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker buli dan menentukan stadium penyakit. Prosedur ini dapat dilakukan dengan teknik reseksi transurethral (TURBT) atau dengan teknik laparoskopi.
Kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengkodekan dan mendokumentasikan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan pasien dengan kanker buli. -
Article No. 13409 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, suara napas tambahan, hipoksemia, dispnea saat aktivitas.
2. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida yang adekuat.
Karakteristik Definisi: Dispnea, sianosis, takipnea, perubahan frekuensi napas, penurunan saturasi oksigen, perubahan warna membran mukosa.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
Indikator:
- Bebas dari sputum berlebih
- Batuk efektif
- Suara napas tambahan menurun
- Pernapasan terdengar bersih
2. Pertukaran Gas Membaik
Indikator:
- Dispnea menurun
- Saturasi oksigen meningkat
- Frekuensi napas normal
- Warna membran mukosa normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor pola napas, bunyi napas, dan sputum
- Auskultasi suara napas
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan terapi inhalasi (bronkodilator, mukolitik) sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Monitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan perubahan warna membran mukosa
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk mengatasi gangguan pertukaran gas
Penjelasan di atas didasarkan pada perspektif seorang perawat yang berpengalaman dan memahami kondisi pasien serta standar asuhan keperawatan yang berlaku. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 13410 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi diagnostik, termasuk pemotretan bila dilakukan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 menunjukkan diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Kode ini digunakan untuk pasien dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta pemeriksaan fisik dan radiologis yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 menunjukkan prosedur bronkoskopi diagnostik, yang mungkin dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi lesi di paru. Bronkoskopi dapat digunakan untuk mengambil sampel sputum atau jaringan paru untuk pemeriksaan mikrobiologis dan histologis.
Dalam praktik klinis, selain diagnosis dan prosedur, kode tambahan mungkin diperlukan untuk mencatat komplikasi, komorbiditas, atau faktor risiko yang terkait dengan kondisi pasien. -
Article No. 13411 | 06 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa SLE. Wajah pasien terdapat butterfly rush dan bercak kemerahan (rush) di ekstremitas atas dan dada. Pasien mengaku dirinya malu jika bertemu orang. Makanan dari rumah sakit tidak dihabiskan karena pasien kesulitan makan sebab terdapat lesi di area bibir pasien dan dirasa perih. Proteinuria (+); alergi daging (+); alergi levofloxacin (+); Hb 9 g/dl; WBC 12,88 x 103/ µL; HCT 35,07%; PLT 400 K/µL; TD 120/7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Citra Tubuh (SDKI: Gangguan Citra Tubuh)
- Definisi: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh.
- Faktor Terkait: Perubahan pada penampilan fisik akibat penyakit (butterfly rush, bercak kemerahan).
- Gejala/Tanda Klinik: Pasien merasa malu jika bertemu orang.
2. Gangguan Makan (SDKI: Gangguan Makan)
- Definisi: Intake nutrisi yang tidak adekuat.
- Faktor Terkait: Kesulitan makan karena adanya lesi di area bibir.
- Gejala/Tanda Klinik: Pasien tidak menghabiskan makanan dari rumah sakit.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Terkait: Alergi daging, kesulitan makan, dan anemia (Hb 9 g/dl).
- Gejala/Tanda Klinik: Pasien tidak menghabiskan makanan dari rumah sakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Citra Tubuh Positif (SLKI: Citra Tubuh Positif)
2. Tingkat Kecemasan Menurun (SLKI: Tingkat Kecemasan Menurun)
3. Status Gizi Membaik (SLKI: Status Gizi Membaik)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Perilaku Kognitif (SIKI: Terapi Perilaku Kognitif)
- Intervensi untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif terkait penampilan fisik.
2. Manajemen Makan (SIKI: Manajemen Makan)
- Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan asupan makanan dan mengatasi kesulitan makan.
3. Manajemen Nutrisi (SIKI: Manajemen Nutrisi)
- Intervensi untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sesuai kondisi kesehatan.
Penjelasan singkat: Pasien dengan SLE mengalami perubahan penampilan fisik dan kesulitan makan yang dapat memengaruhi citra tubuh, status nutrisi, dan kecemasan. Intervensi keperawatan berfokus pada terapi perilaku kognitif, manajemen makan, dan manajemen nutrisi untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang positif. -
Article No. 13412 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien datang keluhan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Batuk tidak efektif
- Dispnea
- Sputum berlebihan
- Suara napas tambahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Jalan napas paten
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan usaha napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Terapi oksigen
- Manajemen batuk
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan batuk memiliki diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", yang menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai digunakan untuk mengelola kondisi ini, meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen batuk, terapi oksigen, dan intervensi lainnya untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan efektif. -
Article No. 13413 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien datang keluhan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan batuk:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, adanya benda asing, dan penurunan refleks batuk.
SDKI:
- Indikator: Frekuensi pernapasan, irama pernapasan, suara pernapasan, produksi sekret, kemampuan batuk, kemampuan mengeluarkan sekret.
SLKI:
- Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Observasi tanda-tanda vital, auskultasi bunyi napas, lakukan tindakan postural drainage, fasilitasi batuk efektif, kolaborasi terapi oksigen/nebulizer jika diperlukan.
Dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat menjelaskan diagnosa keperawatan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI secara rinci dan komprehensif kepada pasien. Perawat dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 13414 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien datang keluhan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Batuk Tidak Efektif
- Definisi: Batuk yang tidak menghasilkan pengeluaran sekret dari saluran napas secara efektif.
- Faktor Risiko: Adanya sekresi yang berlebihan di saluran napas, iritasi saluran napas, dan/atau kelemahan otot pernapasan.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Menetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian data klinis pasien.
- Batuk Tidak Efektif termasuk dalam domain Aktivitas/Istirahat, kelas Fungsi Pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Untuk Batuk Tidak Efektif, luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Menetapkan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan.
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk Batuk Tidak Efektif antara lain:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Terapi Inhalasi
- Edukasi Manajemen Batuk
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut sebagai panduan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13415 | 06 Mar 2025
Klinis : leptospirosis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta terkait kondisi leptospirosis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A27.9
- Deskripsi: Leptospirosis, tidak spesifik
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang bervariasi, mulai dari infeksi ringan hingga komplikasi yang mengancam jiwa. Kode ICD-10 A27.9 digunakan untuk mengidentifikasi leptospirosis tanpa spesifikasi lebih lanjut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.2
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologis
Dalam penanganan leptospirosis, prosedur diagnostik yang umum dilakukan adalah pemeriksaan mikrobiologis, seperti kultur darah, urin, atau cairan serebrospinal untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Leptospira. Kode ICD-9-CM 87.2 dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan.
Pemahaman yang jelas mengenai kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur ICD-9-CM sangat penting bagi tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, dalam melakukan dokumentasi medis yang akurat dan lengkap. Hal ini membantu dalam proses perawatan pasien, penagihan klaim asuransi, serta analisis epidemiologi dan penelitian kesehatan. -
Article No. 13416 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan miokard akibat infark miokard akut.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik dan kelemahan akibat infark miokard akut.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otot jantung akibat infark miokard akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau sesak napas saat melakukan aktivitas.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak:
- Pasien menunjukkan peningkatan aliran darah ke otot jantung.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kegagalan jantung.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi).
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
- Ajarkan teknik pengurangan nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi dingin/panas, distraksi, dan visualisasi.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, atau ahli gizi) untuk mengelola nyeri secara komprehensif.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Berikan perawatan berbasis aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien (misalnya ambulasi bertahap, latihan fisik).
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas dan energi.
- Monitor tanda-tanda vital dan gejala kelelahan saat aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang aman dan efektif.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak:
- Lakukan pengkajian fungsi kardiovaskular secara komprehensif (tanda-tanda vital, irama jantung, dan oksigenasi).
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Lakukan pemantauan EKG dan tanda-tanda vital secara ketat.
- Berikan terapi farmakologis sesuai instruksi medis (misalnya antiplatelet, antikoagulan, atau obat-obatan kardiovaskular).
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pola makan, aktivitas, dan manajemen faktor risiko kardiovaskular.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, atau fisioterapis) untuk mengelola kondisi kardiovaskular secara komprehensif.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan membantu pasien dalam pemulihan dari infark miokard akut. -
Article No. 13417 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Terapi reperfusi koroner, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien wanita usia 60 tahun mengalami nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Berdasarkan temuan elektrokardiografi (EKG) yang menunjukkan infark miokard akut, pasien didiagnosis dengan Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segmen ST (STEMI), yang sesuai dengan kode ICD-10 I21.0.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan infark miokard akut.
Dalam penanganan pasien dengan STEMI, intervensi reperfusi koroner segera sangat penting untuk meminimalkan kerusakan miokard dan meningkatkan luaran klinis. Kode ICD-9-CM 99.10 (Terapi Reperfusi Koroner, tidak spesifik) dapat digunakan untuk mencatat tindakan reperfusi yang dilakukan, seperti terapi fibrinolitik atau intervensi koroner perkutan.