Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11517 | 27 Jan 2025
Klinis : Nn. Z, Perempuan 55 tahun datang ke RSAM dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus, berlangsung sepanjang hari yang tidak disertai dengan menggigil. Demam menurun jika pasien meminum obat penurun panas dan kembali demam beberapa saat setelahnya. Sejak kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengaku mata beserta badan pasien terlihat kuning. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta buang air kecil (BAK) seperti warna teh. Nyeri ulu hati terjadi hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk dan tidak menyebar, dan terasa hilang saat pasien istirahat. Semenjak sakit nafsu makan pasien berkurang karena sering merasakan mual bahkan sampai muntah. Muntah terjadi lebih dari 5x/hari berupa makanan yang dimakan tanpa disertai darah sebanyak kurang lebih 5 gelas belimbing, dan setiap makan pasien akan muntah-muntah. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini, di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini, tapi pasien mengaku dilingkungan rumahnya ada yang menderita gejala yang sama. Pasien belum pernah melakukan tranfusi darah dan memakai obat-obatan melalui jarum suntik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan kesadaran kompomentis, keadaan umum tampak sakit sedang, berat badan menurun 3 Kg dari berat sebelumnya, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit regular, isi cukup, respirasi 24x/menit, dengan temperatur aksila 36,4 ÂșC. Pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpebra anemis, sklera ikterik, tidak ada oedem palpebra pada pemeriksaan THT tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur tidak ada. Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi, terdapat nyeri epigastrium, bising usus normal, hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae dan lien tidak teraba. Pemeriksaan ektrstremitas ikterik, hangat dan tidak ditemukan oedem. Dari pemeriksaan laboratorium tanggal 23 September 2012 didapatkan Hb 12,9 g/dL, Leukosit 7,4x103/uL, Hematokrit 40,3 %, Trombosit 418x103/uL, Hitung Jenis Leukosit ; Lymfosit 29,8 % , Monosit 7,7 %, Neutrofil segmen 62,5%, Laju endap darah 23 mm/jam. SGOT 46 u/L, SGPT 12 u/L, Bilirubin total 13,62 mg/dl, HBSAg Negatif, Anti HAV Total Positif. Urobilinogen urin positif, dan bilirubin urin + 3. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa dengan hepatitis akut disebabkan oleh virus hepatitis A.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum akibat penyakit.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami penurunan berat badan 3 kg dan sering merasakan mual-muntah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami penurunan nafsu makan, sering merasakan mual-muntah hingga muntah lebih dari 5 kali per hari.
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit (hepatitis akut).
- Ciri-ciri utama: Pasien mengeluh nyeri pada epigastrium yang hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk namun tidak menyebar.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami demam terus-menerus selama 2 minggu dan terdapat tanda-tanda infeksi pada pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisi.
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah yang berlebihan.
3. Kontrol Nyeri:
- Pasien dapat mengontrol nyeri epigastrium dengan bantuan analgesik dan istirahat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya nyeri.
4. Bebas Infeksi:
- Pasien tidak mengalami demam dan tanda-tanda infeksi lainnya.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital dan respon tubuh terhadap aktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan menarik selera.
- Ajarkan teknik makan kecil tapi sering untuk mengurangi mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter.
3. Kontrol Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen nyeri yang optimal.
4. Bebas Infeksi:
- Monitor tanda-tanda infeksi dan suhu tubuh secara rutin.
- Berikan terapi antipiretik sesuai instruksi dokter.
- Lakukan perawatan berbasis bukti untuk mencegah komplikasi infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik yang sesuai.
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas dengan nada akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 11518 | 27 Jan 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya anak tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah, dan pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan inyasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat pesiapan, anak dalam menerima indakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan infus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas: Mahasiswa membuat laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut mencakup: a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) berdasarkan SDKI sesuai kasus c. Rencana tindakan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah (kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan rasionalisasi dari tindakan tersebut d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Penyelesaian Masalah Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut:
- Anak berusia 6 tahun, yang pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam berdarah.
- Anak memiliki trauma dengan lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan yang menggunakan pakaian putih.
- Anak menangis kuat dan memeluk erat ibunya saat akan diperiksa oleh dokter atau perawat.
- Anak tidak mau diperiksa atau menjalani prosedur medis seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah.
- Ibu mengungkapkan bahwa perawat/dokter sering melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau memperhatikan kesiapan anak.
b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) berdasarkan SDKI:
Diagnosis Keperawatan: Kecemasan Anak berhubungan dengan pengalaman traumatik sebelumnya di rumah sakit.
c. Rencana tindakan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah:
1. Pendekatan Terapeutik dan Komunikasi
- Membangun rapport dan kepercayaan anak dengan pendekatan yang lembut dan ramah.
- Melibatkan anak dalam komunikasi dan memberikan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami.
- Memberikan dukungan emosional dan distraksi yang sesuai dengan usia anak.
2. Manajemen Rasa Nyaman
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, seperti menggunakan warna-warna cerah dan mainan yang menarik.
- Memberikan anak kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan petugas kesehatan.
3. Manajemen Prosedur
- Melakukan prosedur medis secara bertahap dan memberikan informasi kepada anak sebelum melakukan tindakan.
- Melibatkan orang tua dalam setiap langkah prosedur untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
- Menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan, seperti relaksasi, distraksi, dan pemberian sensasi menyenangkan.
Rasionalisasi:
- Pendekatan terapeutik dan komunikasi yang baik dapat membangun kepercayaan anak dan mengurangi kecemasan.
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dapat membantu anak beradaptasi dengan situasi baru.
- Melibatkan orang tua dan memberikan informasi secara bertahap dapat mempersiapkan anak secara psikologis untuk menerima prosedur medis.
- Penggunaan teknik non-farmakologis dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan anak selama prosedur medis.
d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai:
- Anak dapat kooperatif dan tenang selama prosedur medis dilakukan.
- Anak tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berlebihan, seperti menangis, memukul, atau menolak prosedur.
- Anak dapat menerima prosedur medis dengan perasaan aman dan nyaman.
- Anak dan orang tua merasa puas dengan pendekatan dan komunikasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan. -
Article No. 11519 | 27 Jan 2025
Klinis : pasien laki laki usia 45 tahun dengan sesak nafas dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien laki-laki usia 45 tahun dengan sesak napas dan batuk, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, irama napas tidak teratur, adanya suara napas tambahan (mengi, ronki, wheezing), dypsnea.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan sekresi jalan napas, iritasi saluran napas, kelemahan otot pernapasan.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihnya saluran napas.
- Kriteria Hasil:
1) Frekuensi napas dalam rentang normal
2) Tidak ada suara napas tambahan
3) Tidak ada kesulitan bernafas
4) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
5) Vital sign dalam batas normal
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihnya jalan napas.
- Aktivitas Keperawatan:
1) Evaluasi status pernapasan pasien secara berkala
2) Berikan oksigen sesuai indikasi
3) Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
4) Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi
6) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk melakukan fisioterapi dada jika diperlukan
7) Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan
8) Pantau tanda-tanda vital secara berkala
Dalam kasus ini, pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk memiliki diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, di mana pasien dapat mempertahankan bersihnya saluran napas dengan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada kesulitan bernapas, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan vital sign dalam batas normal.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, di mana perawat akan melakukan tindakan-tindakan seperti evaluasi status pernapasan, pemberian oksigen, suction, pembelajaran teknik batuk efektif, kolaborasi dengan pemberian bronkodilator atau mukolitik, fisioterapi dada, serta pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihnya jalan napas dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11497 | 26 Jan 2025
Klinis : Pertolongan pertama saat lambung apa Pinggangnya juga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Maaf, saya tidak dapat memberikan kode ICD-10 atau ICD-9-CM yang spesifik untuk kondisi yang Anda gambarkan karena informasi yang diberikan terlalu umum. Kondisi "Pertolongan pertama saat lambung apa Pinggangnya juga" tidak cukup jelas untuk menentukan diagnosis atau tindakan medis yang spesifik. Kode ICD-10 dan ICD-9-CM biasanya digunakan untuk menggambarkan kondisi medis dan prosedur yang lebih spesifik.
Untuk dapat memberikan kode yang tepat, saya membutuhkan informasi yang lebih detail tentang gejala, hasil pemeriksaan, dan rencana penanganan medis yang lebih jelas. Jika Anda dapat menyediakan informasi yang lebih lengkap, saya akan berusaha memberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai, beserta deskripsi untuk masing-masing kode. -
Article No. 11498 | 26 Jan 2025
Klinis : Pertolongan pertama saat lambung apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI - SLKI - SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pertolongan pertama saat lambung, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Nutrisi: Intake Tidak Adekuat
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi di mana terdapat penurunan asupan nutrisi yang tidak memadai, dalam hal ini terkait dengan kondisi lambung. Pasien mungkin mengalami gejala-gejala seperti mual, muntah, nyeri abdominal, atau penurunan berat badan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Judul: Keseimbangan Cairan dan Nutrisi
Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 06001
Judul: Manajemen Nutrisi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Lakukan penilaian status nutrisi pasien.
2. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
4. Pantau asupan nutrisi pasien.
5. Berikan perawatan suportif untuk mengatasi mual dan muntah.
Dalam kasus pertolongan pertama saat lambung, intervensi keperawatan yang penting adalah mengatasi gejala-gejala seperti mual dan muntah, serta memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang cukup untuk memulihkan kondisinya. -
Article No. 11499 | 26 Jan 2025
Klinis : nyeri bagian perut tengah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut terkait proses penyakit gastrointestinal, ditandai dengan rasa nyeri di perut tengah.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan. Nyeri akut terkait proses penyakit gastrointestinal ditandai dengan rasa nyeri di perut tengah yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gastritis, ulkus peptikum, pankreatitis, atau penyakit lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut terkait proses penyakit gastrointestinal adalah: (1) Pasien melaporkan penurunan nyeri, (2) Pasien mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, dan (3) Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut terkait proses penyakit gastrointestinal meliputi: (1) Pengkajian nyeri, (2) Pemberian analgesik, (3) Terapi non-farmakologis (seperti kompres hangat, teknik relaksasi, dan distraksi), (4) Edukasi tentang manajemen nyeri, dan (5) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter) untuk menentukan pengobatan yang sesuai.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri akut yang dialami pasien secara komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 11500 | 26 Jan 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri pada luka post SC pasien mengatakan mengalami demam pada saat di rumah dua hari setelah pulang dari rumah sakit plus SC luka tanpa kemerahan bengkak dan mengeluarkan push balutan terlihat rembes luka jahitan dengan panjang 15 cm angka leukosit tinggi di
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post SC
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka SC yang mengeluarkan eksudat
Penjelasan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka post SC
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan penurunan skala nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, dan menurunnya gejala-gejala nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan perawatan luka.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka SC yang mengeluarkan eksudat
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi, tidak terdapat eksudat pada luka, dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Dalam kondisi yang Anda deskripsikan, pasien mengalami nyeri pada luka post SC dan berisiko mengalami infeksi luka, ditandai dengan luka yang mengeluarkan eksudat, adanya demam, dan peningkatan jumlah leukosit. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah nyeri akut berhubungan dengan luka post SC dan risiko infeksi berhubungan dengan luka SC yang mengeluarkan eksudat. -
Article No. 11501 | 26 Jan 2025
Klinis : sesak K/u sedang GCS E4M6V5 TD : 123/75 mmhg N : 66 x/mnt Rr : 19 x/mnt Spo2 : 98 % Nk 3Lpm obs k/u dan ttv
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Perawat Profesional yang akan membantu memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal.
Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit, perubahan struktural, dan kelelahan otot pernapasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal.
- Karakteristik: Perubahan frekuensi, irama, kedalaman, atau usaha bernapas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Pola Napas
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan usaha napas minimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas.
- Aktivitas: Monitoring pola napas, memberikan oksigen, mengajarkan teknik pernapasan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Kondisi klien yang Anda sampaikan menunjukkan adanya gangguan pola napas tidak efektif dengan tanda-tanda sesak napas dan saturasi oksigen dalam batas normal dengan pemberian oksigen. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas dan memulihkan pola napas yang efektif.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 11502 | 26 Jan 2025
Klinis : defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis(keengganan untuk makan)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan) dengan nada akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (Keengganan untuk Makan)
Definisi SDKI:
Keadaan individu dengan asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Definisi SLKI:
Individu mampu mencapai dan mempertahankan status nutrisi yang optimal.
Definisi SIKI:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, seperti masalah psikologis, sosial, ekonomi, atau fisik.
2. Evaluasi status nutrisi klien secara komprehensif, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi, untuk menyusun rencana intervensi yang tepat.
4. Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
5. Pemantauan dan evaluasi status nutrisi klien secara berkala untuk memastikan tercapainya tujuan perawatan.
Sebagai perawat pakar, saya memahami bahwa defisit nutrisi yang disebabkan oleh faktor psikologis, seperti keengganan untuk makan, memerlukan pendekatan yang komprehensif. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta edukasi dan dukungan yang berkelanjutan bagi klien dan keluarga menjadi kunci untuk mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 11503 | 26 Jan 2025
Klinis : defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis(keengganan untuk makan)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan):
1. Kode ICD-10:
- Kode: R63.6
- Deskripsi: Anoreksia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Pemberian nutrisi enteral, tidak termasuk sonde nasogastrik
Penjelasan:
Kode ICD-10 R63.6 (Anoreksia, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi defisit nutrisi yang berhubungan dengan faktor psikologis, seperti keengganan untuk makan. Kode ini mencakup anoreksia yang tidak diklasifikasikan dalam kategori diagnosa lain, seperti anoreksia nervosa.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 96.6 (Pemberian nutrisi enteral, tidak termasuk sonde nasogastrik) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi defisit nutrisi, seperti pemberian nutrisi enteral melalui sonde atau jalur lain selain sonde nasogastrik. Tindakan ini dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan asupan nutrisi pada pasien dengan keengganan untuk makan.