Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19298 | 04 Jul 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn.B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien mengeluh sesak nafas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstrimitas bawah. TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/ menit, RR 19 x/ menit, temperature 37,50C. Saat ini pasien sering tirah baring dengan posisi semi fowler karena akan mudah sesak nafas bila beraktivitas. Saat ini pasien mendapatkan medikasi IV furosemide 20mg/ 8 jam via IV dan nicardipine 3-5 mg per jam yang diberikan melalui syringe pump.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan untuk Tn. B berdasarkan kondisi klinisnya, disertai penjelasan singkat sesuai Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat, yang pada pasien CHF disebabkan oleh kongesti paru dan penurunan curah jantung.
**Data Pendukung:**
- Sesak napas saat beraktivitas
- Posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- RR 19x/menit (dalam batas normal, tetapi disertai distress pernapasan saat aktivitas)
**Luaran (SLKI Code: 0301 – Pertukaran Gas Memburuk → Membaik)**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit)
- Tidak ada keluhan sesak napas saat aktivitas ringan
- Saturasi O₂ ≥ 95%
**Intervensi (SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas & 3320 – Manajemen Pernapasan)**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Pertahankan posisi semi-Fowler atau tinggi
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: 00092)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan untuk bertahan atau mempertahankan aktivitas fisik yang diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
**Data Pendukung:**
- Pasien sering tirah baring karena sesak napas saat beraktivitas
- Edema ekstremitas bawah menunjukkan penurunan curah jantung
**Luaran (SLKI Code: 0901 – Toleransi Aktivitas Memburuk → Membaik)**
- Pasien mampu melakukan aktivitas harian tanpa sesak napas berat
- Denyut nadi dan tekanan darah stabil selama aktivitas
**Intervensi (SIKI Code: 5614 – Manajemen Energi & 0204 – Latihan Aktivitas)**
- Rencanakan aktivitas bertahap (dari pasif ke aktif)
- Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk optimasi terapi diuretik (furosemide) dan vasodilator (nicardipine)
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan (SDKI Code: 00026)**
**Definisi:**
Peningkatan retensi cairan dan natrium akibat penurunan fungsi jantung, dimanifestasikan oleh edema dan hipertensi.
**Data Pendukung:**
- Edema ekstremitas bawah
- TD 150/90 mmHg (hipertensi)
- Terapi furosemide untuk mengurangi overload cairan
**Luaran (SLKI Code: 0601 – Keseimbangan Cairan Memburuk → Membaik)**
- Penurunan edema perifer
- Tekanan darah dalam rentang normal (120–140/80–90 mmHg)
- Output urine adekuat (>0,5 mL/kg/jam)
**Intervensi (SIKI Code: 4120 – Manajemen Cairan & 2110 – Pemantauan Tanda Vital)**
- Monitor intake-output cairan
- Timbang berat badan harian
- Batasi asupan natrium sesuai anjuran
- Evaluasi respons terapi diuretik
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Curah Jantung (SDKI Code: 00240)**
**Definisi:**
Risiko ketidakmampuan jantung memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
**Data Pendukung:**
- CHF sebagai diagnosis medis
- Penggunaan nicardipine (vasodilator) untuk mengurangi afterload
**Luaran (SLKI Code: 0401 – Curah Jantung Memburuk → Stabil)**
- Tekanan darah terkontrol (≤140/90 mmHg)
- Nadi teratur tanpa disritmia
- Tidak ada gejala hipoperfusi (pusing, lemas ekstrem)
**Intervensi (SIKI Code: 4100 – Pemantauan Jantung & 2410 – Manajemen Farmakologi)**
- Monitor tekanan darah dan nadi secara berkala
- Observasi efek samping nicardipine (hipotensi, refleks takikardia)
- Edukasi pasien tentang tanda-tanda gagal jantung memburuk
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi keperawatan untuk Tn. B meliputi:
1. **Manajemen pertukaran gas** untuk mengatasi sesak napas.
2. **Peningkatan toleransi aktivitas** melalui latihan bertahap.
3. **Pengurangan kelebihan cairan** dengan pemantauan ketat dan terapi diuretik.
4. **Pemantauan curah jantung** untuk mencegah dekompensasi lebih lanjut.
Dokumentasi keperawatan harus mencantumkan kode SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI untuk memastikan praktik berbasis bukti dan akuntabilitas profesional.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2021). *Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care*. Elsevier.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi yang berlaku.)* -
Article No. 19299 | 04 Jul 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn.B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien mengeluh sesak nafas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstrimitas bawah. TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/ menit, RR 19 x/ menit, temperature 37,50C. Saat ini pasien sering tirah baring dengan posisi semi fowler karena akan mudah sesak nafas bila beraktivitas. Saat ini pasien mendapatkan medikasi IV furosemide 20mg/ 8 jam via IV dan nicardipine 3-5 mg per jam yang diberikan melalui syringe pump.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan sesak napas saat beraktivitas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberi ventilasi adekuat.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan sesak napas.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan adanya edema.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan retensi cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Berkurang
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pola Napas Efektif
- Rasa Sesak Berkurang
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Keseimbangan Cairan Membaik
- Edema Berkurang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur Aktivitas
- Atur Istirahat dan Tidur
- Manajemen Energi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Oksigenasi
- Terapi Oksigen
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Manajemen Cairan
- Manajemen Intake dan Output
- Terapi Diuretik
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, Ketidakefektifan Pola Napas, dan Kelebihan Volume Cairan. Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstremitas bawah, yang disebabkan oleh kondisi kardiovaskular yaitu CHF.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan pola napas, dan perbaikan keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengaturan aktivitas, manajemen oksigenasi, dan manajemen cairan, serta terapi diuretik dan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting untuk mengelola kondisi Tn. B dengan CHF dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 19300 | 04 Jul 2025
Klinis : DS : Pasien mengatakan tidak nyaman bila berganti posisi DO : Luka robek didada kiri - Pergerakan terbatas saat duduk dan bangun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Ciri-ciri mayor: Pasien mengeluh nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perilaku yang menunjukkan nyeri.
Ciri-ciri minor: Perubahan tanda-tanda vital, Gelisah, Keterbatasan lingkup gerak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Indikator:
a. Melaporkan nyeri terkendali
b. Menggunakan tindakan pengendalian nyeri yang efektif
c. Mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Mengungkapkan rasa nyaman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat pengalaman nyeri individu.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
b. Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
d. Ajarkan dan bantu pasien menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
e. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
Penjelasan:
Pada kondisi yang Anda deskripsikan, pasien mengeluhkan ketidaknyamanan saat berganti posisi dan memiliki luka robek di dada kiri serta pergerakan yang terbatas saat duduk dan bangun. Berdasarkan data-data tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Nyeri Akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Ciri-ciri mayornya adalah pasien mengeluh nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, dan perilaku yang menunjukkan nyeri. Sedangkan ciri-ciri minornya adalah perubahan tanda-tanda vital, gelisah, dan keterbatasan lingkup gerak.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Nyeri, yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Indikatornya antara lain pasien melaporkan nyeri terkendali, menggunakan tindakan pengendalian nyeri yang efektif, mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan mengungkapkan rasa nyaman.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Manajemen Nyeri, yaitu tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat pengalaman nyeri individu. Aktivitas keperawatannya antara lain mengkaji karakteristik nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri, berkolaborasi dalam pemberian analgesik, mengajarkan dan membantu pasien menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta mengevaluasi efektivitas intervensi nyeri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19301 | 04 Jul 2025
Klinis : DS : Pasien mengatakan tidak nyaman bila berganti posisi DO : Luka robek didada kiri - Pergerakan terbatas saat duduk dan bangun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan Singkat:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Tingkat kemampuan individu dalam melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan saat berganti posisi dan pergerakan yang terbatas saat duduk dan bangun, hal ini menunjukkan adanya intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas (00092), dengan penjelasan singkat bahwa pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik. -
Article No. 19302 | 04 Jul 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi resiko infeksi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (00004)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Infeksi (1924)
Definisi: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi klien, petugas kesehatan, dan orang lain dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Risiko Infeksi (6540)
Definisi: Identifikasi dan pengendalian faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada klien.
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang difokuskan pada manajemen risiko infeksi, yaitu identifikasi dan pengendalian faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada klien. Luaran yang diharapkan adalah kontrol infeksi, yaitu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi klien, petugas kesehatan, dan orang lain dari infeksi. -
Article No. 19303 | 04 Jul 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut adalah informasi yang Anda minta terkait dengan kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tekanan Darah: Tekanan darah pasien akan berada dalam rentang normal sesuai usia dan kondisi.
2. Perfusi Jaringan: Pasien akan menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas hangat, pulsa perifer kuat, dan capillary refill kurang dari 3 detik.
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga akan memahami faktor risiko, tanda-tanda, dan penatalaksanaan hipertensi.
4. Manajemen Diri: Pasien dan keluarga akan mampu melakukan manajemen diri yang efektif untuk mengontrol hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas terapi.
2. Manajemen Hipertensi: Melakukan intervensi non-farmakologis seperti modifikasi gaya hidup (pola makan sehat, aktivitas fisik, manajemen stres) dan pemberian obat antihipertensi sesuai resep dokter.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, tanda-tanda, dan penatalaksanaan yang tepat.
4. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
5. Konseling: Memberikan konseling dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan manajemen diri.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran yang optimal dan mempertahankan kesehatan kardiovaskularnya dalam jangka panjang. -
Article No. 19205 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Hipersekresi, kelemahan otot pernapasan, dan kelelahan.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Intake nutrisi tidak adekuat, gangguan pencernaan, dan faktor psikologis.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Keterbatasan fisik, kelemahan, dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Perubahan Tidur
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Gangguan napas, nyeri, dan kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Pasien tidak mengalami distres pernapasan.
- Bunyi napas bersih pada auskultasi.
2. Status Nutrisi Adekuat
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Berat badan meningkat atau stabil.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri.
4. Pola Tidur Terpelihara
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari.
- Pasien merasa segar setelah bangun tidur.
- Tidak ada keluhan gangguan tidur.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan suction sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji asupan nutrisi harian.
- Berikan diet sesuai kondisi pasien (diet DM 1400 kkal).
- Pantau berat badan dan intake-output cairan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang adekuat.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai indikasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi.
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam beraktivitas.
- Kolaborasi pemberian terapi fisik dan respirasi.
4. Perubahan Tidur
- Kaji pola tidur, lama tidur, dan kualitas tidur pasien.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Kolaborasi pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Pantau efektivitas intervensi dan evaluasi perbaikan pola tidur.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pendekatan ini didasarkan pada kondisi pasien yang dideskripsikan dan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur. -
Article No. 19206 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan sesak napas akibat penyakit DM dan pneumonia.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan intake nutrisi tidak adekuat.
3. Pola Tidur Terganggu berhubungan dengan kecemasan dan ketidaknyamanan fisik.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit DM dan pneumonia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien dapat beradaptasi dengan aktivitas sesuai kapasitas.
- Pasien dapat mempertahankan toleransi terhadap aktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan sesuai diet yang dianjurkan.
- Pasien dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Pola Tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat mengatasi masalah tidur yang dialami.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
4. Bebas Infeksi:
- Pasien dapat bebas dari tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mempertahankan sistem imun yang optimal.
- Pasien dapat mengatasi komplikasi akibat infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kapasitas aktivitas pasien.
- Atur ulang aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan latihan fisik progresif.
- Ajarkan teknik energi-konserving.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan aktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai.
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet DM.
3. Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Berikan terapi relaksasi untuk mengatasi masalah tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen pola tidur.
4. Bebas Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan infeksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium terkait infeksi.
- Berikan perawatan luka dan penanganan komplikasi infeksi.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19207 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Kode SDKI: 00146
Definisi SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi.
2. Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode SLKI: 00146
Definisi SLKI: Tingkat kenyamanan fisik, emosional, dan spiritual yang dirasakan oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode SIKI: 00146
Definisi SIKI: Tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mengatasi kecemasan.
Penjelasan Singkat:
Klien perempuan usia 30 tahun dengan kehamilan 38 minggu yang akan menjalani tindakan seksio sesarea (SC) mengalami kecemasan. Hal ini ditandai dengan klien mengatakan takut akan menghadapi SC, tampak gelisah, tegang, dan sulit tidur. Tanda-tanda vital juga menunjukkan adanya gejala kecemasan, seperti peningkatan frekuensi napas, denyut nadi, serta jantung berdegup kencang dan berkeringat. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 19208 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang diminta terkait kondisi klien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan (kode: 00148)
Definisi: Respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap ancaman pembedahan atau prosedur medis invasif yang dirasakan.
Karakteristik Definisi:
- Klien mengungkapkan ketakutan terhadap pembedahan/prosedur medis
- Klien tampak gelisah, tegang
- Klien mengalami gangguan tidur
- Tanda-tanda vital tidak stabil (peningkatan frekuensi nafas, nadi, dan keringat)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
- Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidur yang Adekuat
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang cukup
- Klien dapat melaporkan tidur yang lebih nyenyak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Berikan informasi prosedur pembedahan secara jelas dan rinci
- Latih teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll)
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan dukungan emosional dan penghiburan
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur klien
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Ajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur (misalnya, menjaga rutinitas tidur, hindari kafein, dll)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan" dipilih karena klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan ketakutan terkait dengan rencana tindakan sectio caesarea yang akan dijalaninya. Klien tampak gelisah, tegang, dan mengalami gangguan tidur yang menunjukkan adanya respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap ancaman pembedahan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat mengendalikan kecemasan dan memperoleh tidur yang adekuat. Hal ini penting untuk mempersiapkan klien secara fisik dan psikologis dalam menghadapi prosedur pembedahan. Jika kecemasan dapat diatasi dan pola tidur terjaga, klien akan lebih siap dan kooperatif saat menjalani tindakan sectio caesarea.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kecemasan dan manajemen tidur. Pada manajemen kecemasan, perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan klien, memberikan informasi terkait prosedur pembedahan, melatih teknik relaksasi, menciptakan lingkungan yang tenang, serta memberikan dukungan emosional. Sementara pada manajemen tidur, perawat harus mengkaji pola tidur klien, mengidentifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, dan mengajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat kecemasan yang terkendali dan tidur yang adekuat, sehingga klien siap secara fisik dan psikologis dalam menghadapi tindakan sectio caesarea.