Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11713 | 01 Feb 2025
Klinis : Pasien dengan ICH post operasi trepanasi, GCS 4-x-6 , terpasang tracheotomy, skembanyak kental kuning, Tekanan darah 140/90 suhu 37 nadi 92,rr 20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, adanya obstruksi jalan napas (trakeostomi), penurunan kesadaran (GCS 4-x-6).
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Aliran darah yang tidak adekuat ke jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Penyebab: Peningkatan tekanan darah (140/90 mmHg), suhu tubuh meningkat (37°C), adanya perdarahan serebral (ICH).
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Penyebab: Tindakan pembedahan (trepanasi), adanya alat medis (trakeostomi), sekresi kental kuning (kemungkinan infeksi).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Membaik
- Tekanan darah dalam rentang normal (110-140/60-90 mmHg).
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C).
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
3. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, erythema, atau drainage purulent).
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
- Tidak ada komplikasi infeksi yang timbul.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Hisap sekret jalan napas sesuai kebutuhan.
- Lakukan fisioterapi dada dan perubahan posisi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mempertahankan patensi jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengelolaan medis yang tepat.
- Lakukan observasi tanda-tanda perdarahan aktif.
3. Risiko Infeksi:
- Terapkan prosedur pencegahan infeksi yang ketat.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antibiotik yang tepat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Penjelasan rinci:
Pasien dengan kondisi pascaoperasi trepanasi akibat ICH, dengan GCS 4-x-6 dan terpasang trakeostomi, memiliki risiko tinggi terhadap gangguan bersihan jalan napas, perfusi jaringan yang tidak efektif, serta risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim medis sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. Pemantauan tanda-tanda vital, pengelolaan jalan napas, terapi cairan, dan pencegahan infeksi merupakan intervensi kunci untuk mengatasi masalah keperawatan yang teridentifikasi. -
Article No. 11714 | 01 Feb 2025
Klinis : eliminasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Eliminasi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Eliminasi adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, jumlah, penampilan, atau kemampuan untuk mengendalikan buang air kecil atau besar yang menyimpang dari keadaan normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan terkait diagnosis ini meliputi:
a. Pemeliharaan pola eliminasi yang efektif
b. Pengendalian eliminasi yang adekuat
c. Pencegahan komplikasi terkait gangguan eliminasi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Manajemen eliminasi, seperti pengaturan pola eliminasi, pelatihan kontrol eliminasi, dan pemberian alat bantu eliminasi jika diperlukan.
b. Edukasi terkait pola eliminasi normal dan strategi mengatasi gangguan eliminasi.
c. Pemantauan status eliminasi, seperti mengobservasi frekuensi, jumlah, dan karakteristik eliminasi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli gizi, untuk mengatasi penyebab gangguan eliminasi.
Sebagai perawat, saya memahami bahwa gangguan pola eliminasi dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, identifikasi penyebab, penerapan intervensi yang tepat, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain sangat penting dalam mengatasi masalah ini secara efektif. -
Article No. 11716 | 01 Feb 2025
Klinis : edukasi kehamilan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi edukasi kehamilan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi edukasi kehamilan adalah "Ketidakefektifan Edukasi Kesehatan". Diagnosis ini mengacu pada ketidakmampuan individu atau kelompok untuk menerima, mengingat, dan/atau menggunakan informasi mengenai kesehatan selama kehamilan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan yang kurang, kemampuan kognitif yang terbatas, atau motivasi yang rendah untuk mempelajari informasi kesehatan terkait kehamilan.
Luaran SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah "Pengetahuan Kesehatan Ibu Meningkat". Luaran ini mencakup peningkatan kemampuan ibu hamil dalam memahami, mengingat, dan menerapkan informasi terkait kesehatan selama kehamilan. Hal ini dapat diukur melalui peningkatan skor pada alat ukur pengetahuan kesehatan ibu hamil.
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asesmen Kebutuhan Edukasi: Melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kebutuhan edukasi ibu hamil, termasuk topik-topik yang perlu disampaikan, preferensi belajar, dan hambatan yang mungkin ditemui.
2. Perencanaan Edukasi: Menyusun rencana edukasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, meliputi tujuan pembelajaran, materi, metode, dan media yang akan digunakan.
3. Implementasi Edukasi: Memberikan edukasi kesehatan secara efektif dengan mempertimbangkan gaya belajar, tingkat pemahaman, dan motivasi ibu hamil. Dapat dilakukan melalui konseling, demonstrasi, atau penggunaan media pembelajaran yang menarik.
4. Evaluasi dan Tindak Lanjut: Mengevaluasi efektivitas edukasi yang telah diberikan, mengidentifikasi area yang memerlukan penguatan, dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan pemahaman dan penerapan informasi kesehatan oleh ibu hamil.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini, perawat berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang memfasilitasi ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola kesehatan selama kehamilan. Perawat juga berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, bidan, atau konselor, untuk memastikan ibu hamil mendapatkan edukasi yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan. -
Article No. 11717 | 01 Feb 2025
Klinis : edukasi kehamilan dan persiapan persalinan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi edukasi kehamilan dan persiapan persalinan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidaksiapan dalam menghadapi kehamilan dan persalinan
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), kondisi ini dapat didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu menunjukkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola kehamilan dan persalinan yang akan datang." Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi, pengalaman, atau pemahaman yang memadai mengenai proses kehamilan dan persalinan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyarankan beberapa luaran yang dapat dicapai, seperti:
1. Pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan yang memadai
2. Kemampuan untuk mengelola kehamilan dan persalinan dengan baik
3. Kesiapan fisik, mental, dan emosional dalam menghadapi kehamilan dan persalinan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan beberapa intervensi yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Edukasi tentang proses kehamilan dan persalinan
2. Pemberian konseling dan dukungan psikologis
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter kandungan, untuk memastikan perawatan yang komprehensif.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan yang memadai untuk menghadapi kehamilan dan persalinan dengan baik. -
Article No. 11718 | 01 Feb 2025
Klinis : mual, merasa ingin muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat pagi. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mual dan merasa ingin muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang anda alami, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Mual: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Mual (SLKI, 2019): Kemampuan untuk mengendalikan atau mencegah episode mual.
- Manajemen Mual (SLKI, 2019): Kemampuan untuk mengelola gejala mual.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Mual (SIKI, 2018): Intervensi untuk mengelola gejala mual dengan tujuan mencegah komplikasi dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Terapi Komplementer: Intervensi untuk menangani mual dengan menggunakan terapi komplementer, seperti akupresur, aromaterapi, dan relaksasi.
Sebagai perawat, kami akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Tujuannya adalah untuk membantu Anda mengatasi mual dan merasa ingin muntah secara efektif. Jangan ragu untuk berkonsultasi lebih lanjut jika Anda membutuhkan bantuan kami. Terima kasih. -
Article No. 11719 | 01 Feb 2025
Klinis : Merasa energi tidak putih walaupun telah tidur Merasa kurang tidur Mengeluh lelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue)
Penjelasan:
Kelelahan adalah sensasi subjektif individu yang mengalami penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas akibat ketidakseimbangan antara energi yang dikeluarkan dan energi yang diperoleh. Kondisi ini ditandai dengan keluhan merasa energi tidak penuh walaupun telah tidur, merasa kurang tidur, dan mengeluh lelah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Sensasi subjektif yang berkaitan dengan penurunan kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik: Mudah lelah, penurunan motivasi, penurunan konsentrasi, perubahan suasana hati.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mempertahankan/meningkatkan tingkat energi.
- Intervensi: Manajemen energi, latihan fisik, teknik relaksasi, edukasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen energi (pemberian terapi penggantian cairan, pengaturan pola tidur, aktivitas fisik), latihan fisik (senam, latihan pernapasan), teknik relaksasi (meditasi, pijat), edukasi (gaya hidup sehat). -
Article No. 11720 | 01 Feb 2025
Klinis : sesak nafas sejak maghrib tadi, batuk, muntah tiap kali makan minum, demam hari ke 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu sesak nafas sejak maghrib tadi, batuk, muntah tiap kali makan minum, dan demam hari ke 3, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada tingkat yang diinginkan.
Penyebab: Gangguan pada sistem pernapasan, seperti infeksi paru-paru atau gagal jantung.
Gejala: Sesak nafas, dispnea, takhipnea, sianosis, batuk.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Penyebab: Penurunan daya tahan, kelemahan, dan dispnea.
Gejala: Mudah lelah, batuk, muntah.
3. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Suhu tubuh di atas nilai normal.
Penyebab: Infeksi, proses inflamasi, dehidrasi.
Gejala: Demam, sakit kepala, mual, muntah.
Intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen Jalan Napas (SLKI)
Tujuan: Mempertahankan jalan napas terbuka.
Intervensi: Observasi status pernapasan, bantu pasien mengeluarkan sekret, ajarkan teknik batuk efektif.
2. Manajemen Aktivitas (SLKI)
Tujuan: Mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, atur aktivitas sesuai toleransi, anjurkan istirahat yang cukup.
3. Manajemen Demam (SLKI)
Tujuan: Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi: Monitor suhu tubuh, berikan kompres dingin, kolaborasi pemberian obat penurun demam.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan utamanya adalah memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 11721 | 01 Feb 2025
Klinis : sesak nafas sejak maghrib tadi, batuk, muntah tiap kali makan minum, demam hari ke 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Berdasarkan gejala yang Anda alami, yaitu sesak napas sejak Maghrib, batuk, muntah saat makan dan minum, serta demam hari ke-3, maka diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan/atau mengeliminasi karbon dioksida.
Gejala: Sesak napas, batuk, serta peningkatan frekuensi napas.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Risiko mengalami peningkatan atau penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala: Muntah setiap kali makan dan minum, serta kemungkinan demam yang menyebabkan dehidrasi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), rekomendasi intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
3. Ajarkan teknik batuk efektif dan nafas dalam.
4. Berikan cairan intravena untuk mengatasi risiko dehidrasi.
5. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi obat-obatan yang sesuai.
6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen perawatan di rumah.
Pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang diberikan sangat penting untuk memastikan keberhasilan penanganan. Saya sebagai perawat akan terus melakukan pengkajian dan menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika membutuhkan informasi lebih lanjut. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 11722 | 01 Feb 2025
Klinis : sesak nafas sejak maghrib tadi, batuk, muntah tiap kali makan minum, demam hari ke 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas, batuk, dan sulit bernapas yang mengindikasikan adanya hambatan pada pergerakan udara melalui saluran pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami gejala-gejala seperti demam, muntah, dan sesak napas yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan: Gejala-gejala yang dialami pasien, seperti demam dan muntah, dapat mengindikasikan adanya risiko infeksi yang perlu diidentifikasi dan ditangani.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekret.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami penurunan toleransi.
- Risiko Infeksi: Pasien bebas dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Intervensi keperawatan seperti manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada.
- Intoleransi Aktivitas: Intervensi keperawatan seperti manajemen aktivitas, terapi latihan, dan manajemen energi.
- Risiko Infeksi: Intervensi keperawatan seperti manajemen infeksi, pemberian obat, dan pencegahan komplikasi.
Secara akademis, sebagai perawat spesialis, saya merekomendasikan agar pasien segera mendapatkan evaluasi dan penanganan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi tersebut. -
Article No. 11667 | 31 Jan 2025
Klinis : anak hiperaktif, tidak dapat fokus, banyak bergerak, tidak betah untuk mengerjakan sesuatu dalam waktu yang lama, nilai corner 11
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu anak hiperaktif, tidak dapat fokus, banyak bergerak, dan tidak betah untuk mengerjakan sesuatu dalam waktu yang lama, serta nilai corner 11, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Perilaku Anak
Definisi: Perilaku anak yang menyimpang dari norma sosial, budaya, dan perkembangan yang mengakibatkan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik: Agresi verbal/fisik, impulsivitas, aktivitas berlebih, sulit berkonsentrasi, kurang perhatian, dan gangguan emosional.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kontrol Perilaku Anak
Definisi: Kemampuan anak untuk mengendalikan perilakunya sesuai dengan norma sosial dan perkembangannya.
Kriteria hasil:
a. Anak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
b. Anak dapat berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas selama waktu yang lebih lama.
c. Anak dapat mengontrol impulsivitas dan aktivitas berlebih.
d. Anak menunjukkan emosi yang sesuai dengan situasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Perilaku Anak
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk membantu anak dalam mengontrol perilakunya sesuai dengan norma sosial dan perkembangannya.
Aktivitas:
a. Identifikasi pemicu perilaku menyimpang anak.
b. Berikan reinforcement positif saat anak menunjukkan perilaku yang sesuai.
c. Latih anak untuk menggunakan teknik relaksasi dan manajemen emosi.
d. Ajarkan anak strategi untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus.
e. Kolaborasi dengan orang tua/keluarga dan tim kesehatan lain untuk mencapai tujuan.
f. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan Rinci:
Anak dengan gejala hiperaktif, tidak dapat fokus, banyak bergerak, dan tidak betah untuk mengerjakan sesuatu dalam waktu yang lama, serta nilai corner 11, menunjukkan adanya gangguan perilaku anak. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Perilaku Anak.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perilaku Anak, dimana anak dapat mengendalikan perilakunya sesuai dengan norma sosial dan perkembangannya. Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah anak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial, dapat berkonsentrasi dalam aktivitas yang lebih lama, mengontrol impulsivitas dan aktivitas berlebih, serta menunjukkan emosi yang sesuai dengan situasi.
Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan Manajemen Perilaku Anak. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi pemicu perilaku menyimpang, memberikan reinforcement positif saat anak menunjukkan perilaku yang sesuai, melatih anak untuk menggunakan teknik relaksasi dan manajemen emosi, mengajarkan anak strategi untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus, berkolaborasi dengan orang tua/keluarga dan tim kesehatan lain, serta mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan modifikasi jika diperlukan.
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak dapat mencapai kontrol perilaku yang sesuai dengan norma sosial dan perkembangannya.