Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13734 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluh badan masih agak lemas, sesak agak berkurang, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif.
2. Kelelahan
- SDKI: Sensasi yang menetap dari kekurangan energi fisik dan/atau mental.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mengelola kelelahan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pemulihan energi.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pasien mengeluh sesak napas yang berkurang, menandakan adanya ketidakefektifan pola napas.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif, misalnya dengan latihan pernapasan, pengaturan posisi, dan pemberian oksigen jika diperlukan.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Kelelahan
- Pasien mengeluh badan masih agak lemas, menandakan adanya kelelahan.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien, misalnya dengan manajemen aktivitas, istirahat yang cukup, dan nutrisi yang adekuat.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mengelola kelelahan yang dialami.
Diharapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI di atas dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 13735 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak sudah agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Kriteria diagnostik antara lain: merasa mudah lelah, sesak napas, dan kelemahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Energi, Peningkatan Mobilitas, dan Manajemen Kelelahan.
- Tujuannya adalah membantu pasien mengelola energinya, meningkatkan kemampuan mobilitas, dan mengatasi kelelahan sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
Dalam konteks pasien yang Anda gambarkan, yaitu mengeluh badan masih agak lemas dan sesak sudah agak berkurang, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 13736 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri dada
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "Nyeri dada" sesuai dengan format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R07.4
- Deskripsi: Nyeri dada, tidak terdiagnosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Elektrokardiografi [EKG], rutin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R07.4 (Nyeri dada, tidak terdiagnosis) digunakan untuk mengkodekan keluhan umum berupa nyeri di area dada, di mana penyebabnya belum dapat ditentukan atau didiagnosis secara spesifik. Kode ini digunakan saat pasien datang dengan keluhan nyeri dada, tetapi belum dapat ditentukan asal dan penyebabnya secara jelas.
2. Kode ICD-9-CM 89.52 (Elektrokardiografi [EKG], rutin) digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan elektrokardiografi yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi dan diagnosis awal pada pasien dengan keluhan nyeri dada. EKG merupakan prosedur diagnostik yang umum dilakukan untuk menilai aktivitas listrik jantung dan membantu mengidentifikasi penyebab nyeri dada.
Dengan kode-kode ini, tenaga medis dapat dengan mudah mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri dada. -
Article No. 13737 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing, Hb 6
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian transfusi darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 (Pusing/Vertigo):
- Kode R42 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi pusing atau vertigo.
- Pusing atau vertigo merupakan suatu kondisi di mana pasien merasakan sensasi gerakan atau berputar, baik dirinya atau lingkungannya, tanpa adanya pergerakan yang sebenarnya.
- Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem vestibular, masalah neurologis, efek samping obat, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 99.02 (Pemberian Transfusi Darah):
- Kode 99.02 dalam Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM) digunakan untuk mengklasifikasikan tindakan pemberian transfusi darah.
- Pemberian transfusi darah dilakukan untuk mengatasi kondisi anemia yang parah, di mana kadar hemoglobin (Hb) pasien sangat rendah, yaitu 6 g/dL dalam kasus ini.
- Transfusi darah bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan memperbaiki kondisi pasien yang mengalami anemia.
Dengan demikian, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi pusing dengan Hb 6 g/dL adalah R42, dan kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 99.02 untuk pemberian transfusi darah. -
Article No. 13738 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang Berhubungan:
- Agen pencedera fisik (misalnya, penyakit, cedera)
Tanda dan Gejala:
- Pasien mengeluh nyeri di perut bagian atas sebelah kiri
- Pasien mual
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Observasi Tanda-tanda Vital
3. Edukasi Kesehatan
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks dan nyaman
Dokumentasi Keperawatan (SDKI):
1. Tingkat nyeri
2. Lokasi nyeri
3. Durasi nyeri
4. Karakteristik nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri dan mual, yang mengarah pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Observasi Tanda-tanda Vital, dan Edukasi Kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang dan tampak relaks serta nyaman. Dokumentasi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mencatat tingkat nyeri, lokasi nyeri, durasi nyeri, dan karakteristik nyeri. -
Article No. 13739 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi sendi dan jaringan akibat Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam 2-3 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri, pasien mendemonstrasikan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan teknik non-farmakologis (kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, musik terapeutik)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan otot akibat SLE
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih dalam 3-5 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas dan kemampuan fungsional pasien
- Berikan edukasi dan latihan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk program rehabilitasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat SLE dan penggunaan imunosupresan
SDKI:
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai dalam batas normal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi
- Berikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan perilaku hidup bersih
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian profilaksis antibiotik, jika perlu
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan
Dengan pemahaman mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). -
Article No. 13740 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi integument (kulit):
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
Definisi SDKI: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Definisi SLKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang normal.
Definisi SIKI: Kerusakan pada struktur dan fungsi normal lapisan kulit.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami beberapa manifestasi kulit yang terkait dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu adanya lesi khas "butterfly rash" di wajah, serta edema pada tungkai bawah. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan integritas kulit yang dapat disebabkan oleh proses inflamasi dan autoimun dari penyakit SLE.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan.
Definisi SLKI: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang cukup.
Definisi SIKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan secara mandiri.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kelelahan yang merupakan salah satu gejala umum dari SLE. Kelelahan ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Definisi SLKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Definisi SIKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri sendi pada tangan dan lutut yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Nyeri sendi ini merupakan salah satu manifestasi muskuloskeletal dari SLE.
Dalam menangani kasus ini, perawat perlu mempertimbangkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan di atas, serta berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk memberikan penanganan yang komprehensif bagi pasien dengan SLE. -
Article No. 13741 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi integumen:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur
2. Intoleransi Aktivitas
3. Perubahan Integritas Kulit
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola tidur yang memuaskan atau yang diharapkan.
SLKI: Tidur yang terganggu.
SIKI: Manajemen Tidur.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Kelelahan.
SIKI: Manajemen Aktivitas.
3. Perubahan Integritas Kulit
SDKI: Kerusakan atau perubahan pada lapisan kulit.
SLKI: Kerusakan integritas kulit.
SIKI: Perawatan Luka.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur:
Pasien mengalami gejala kelelahan yang dapat berdampak pada pola tidurnya. Diagnosa ini berfokus pada intervensi untuk memperbaiki kualitas dan durasi tidur pasien.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien mengalami kelelahan, nyeri sendi, dan demam ringan yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari. Diagnosa ini berfokus pada manajemen aktivitas untuk mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
3. Perubahan Integritas Kulit:
Pasien mengalami lesi khas "butterfly rash" di wajah, sariawan multipel, dan edema pada tungkai yang merupakan manifestasi kulit dari Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Diagnosa ini berfokus pada perawatan luka dan pencegahan komplikasi kulit.
Penanganan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi berbagai gejala dan komplikasi yang muncul pada pasien dengan SLE. -
Article No. 13742 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi persendian
3. Risiko Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan tampilan fisik (butterfly rash, alopesia)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan proses penyakit (nefritis lupus)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Risiko Gangguan Citra Tubuh: Kekhawatiran akan perubahan penampilan fisik yang dapat mengganggu konsep diri.
4. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal: Ketidakmampuan ginjal untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun
2. Kontrol Nyeri Meningkat, Tingkat Nyeri Menurun
3. Citra Tubuh Positif
4. Bebas Infeksi
5. Perfusi Ginjal Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas
2. Manajemen Nyeri, Terapi Analgesik
3. Peningkatan Citra Tubuh
4. Pencegahan Infeksi, Pemantauan Tanda Infeksi
5. Manajemen Cairan, Terapi Penggantian Cairan -
Article No. 13743 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, anemia, dan perubahan fungsi sendi.
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan inflamasi sendi dan perubahan integumen.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
e. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (butterfly rash, alopesia, edema).
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Toleransi Aktivitas: Meningkat
b. Kontrol Nyeri: Membaik
c. Status Nutrisi: Membaik
d. Kontrol Infeksi: Membaik
e. Citra Tubuh: Membaik
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Aktivitas
b. Manajemen Nyeri
c. Manajemen Nutrisi
d. Pencegahan Infeksi
e. Peningkatan Citra Tubuh
Penjelasan singkat:
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang kompleks, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup masalah intoleransi aktivitas, nyeri kronis, gangguan nutrisi, risiko infeksi, dan gangguan citra tubuh. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, nyeri, nutrisi, pencegahan infeksi, dan peningkatan citra tubuh untuk membantu pasien mencapai luaran yang optimal.