Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11921 | 05 Feb 2025
Klinis : 2 diagnosa yang masuk untuk hipertensi,tekanan darah 170/100 yang berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan 2 diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi dengan tekanan darah 170/100 mmHg.
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Pemulihan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, dan pemberian obat antihipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan tubuh yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
- SLKI: Keseimbangan volume cairan.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat, seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan IV, dan pengaturan diet.
Dalam kondisi hipertensi dengan tekanan darah 170/100 mmHg, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer dan Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan. Kedua diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer dan risiko terjadinya ketidakseimbangan volume cairan akibat peningkatan tekanan darah yang signifikan.
Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah perfusi jaringan dan keseimbangan volume cairan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian obat antihipertensi, serta pengaturan asupan dan output cairan. Tujuannya adalah untuk memulihkan perfusi jaringan perifer dan mempertahankan keseimbangan volume cairan yang adekuat. -
Article No. 11922 | 05 Feb 2025
Klinis : sebutkan bberapa diagnosa yang masuk untuk hipertensi,tekanan darah 170/100 yang berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hipertensi dengan tekanan darah 170/100.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul:
1. Hipertensi
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
- Terkait dengan faktor risiko seperti gaya hidup, kondisi medis, dan faktor psikososial.
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk masalah kesehatan.
- Terkait dengan kurangnya pengetahuan, keterampilan, atau motivasi untuk mengelola kondisi hipertensi.
3. Risiko Komplikasi
- Definisi: Berisiko mengalami komplikasi akibat hipertensi, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, atau kerusakan organ target.
- Terkait dengan tingginya tekanan darah dan adanya faktor risiko tambahan.
4. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Terkait dengan pemahaman pasien tentang risiko dan prognosis hipertensi.
Penjelasan Singkat Terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan penilaian komprehensif terhadap masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh PPNI untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan dan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh PPNI untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosa keperawatan.
- Intervensi keperawatan dirancang untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan pasien.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang baik. -
Article No. 11923 | 05 Feb 2025
Klinis : Ny. S, 28 tahun, G1P0A0, saat ini hamil 30 minggu. Ia didiagnosis dengan Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) setelah menjalani tes toleransi glukosa oral pada usia kehamilan 26 minggu. Sebelumnya, ia tidak memiliki riwayat diabetes dan kehamilan ini merupakan kehamilan pertama yang sangat dinantikannya. Sejak menerima diagnosis DMG, Ny. S merasa cemas dan takut terhadap kondisi bayinya. Ia khawatir akan risiko komplikasi seperti bayi besar (makrosomia), persalinan sulit, atau bayi mengalami hipoglikemia setelah lahir. Ia juga merasa tertekan dengan pembatasan pola makan yang diberikan oleh dokter dan kesulitan menyesuaikan diri dengan jadwal makan serta kontrol gula darah yang ketat. Suami Ny. S bekerja sebagai pegawai swasta dengan jam kerja yang padat, sehingga sering tidak bisa menemani saat kontrol ke bidan atau dokter. Hal ini membuat Ny. S merasa kesepian dan kurang mendapat dukungan emosional. Di sisi lain, ibunya sering mengkritik perubahan pola makan yang dijalankannya dan menyarankan untuk tetap makan seperti biasa agar "bayinya tetap sehat dan besar". Akibatnya, Ny. S sering merasa bingung dan bimbang antara mengikuti anjuran medis atau mendengarkan nasihat keluarganya. Beberapa kali, Ny. S mengeluh kepada temannya bahwa ia merasa kurang percaya diri dalam menghadapi persalinan nanti dan takut akan kemungkinan harus melahirkan secara seksio sesarea akibat kondisi DMG-nya. Ia juga mulai merasa murung, mudah tersinggung, dan kehilangan minat untuk bersosialisasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan terkait komplikasi kehamilannya dan persalinan (NANDA-I: Anxiety)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh persepsi sumber ancaman yang tidak diidentifikasi, difus, atau tidak spesifik.
Penjelasan: Ny. S merasa cemas dan takut terhadap kondisi bayinya, khawatir akan risiko komplikasi seperti bayi besar, persalinan sulit, atau hipoglikemia setelah lahir. Ia juga merasa kurang percaya diri dalam menghadapi persalinan nanti.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (NANDA-I: Ineffective Health Management)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mendapatkan bantuan untuk mempertahankan kesejahteraan.
Penjelasan: Ny. S merasa tertekan dengan pembatasan pola makan yang diberikan oleh dokter dan kesulitan menyesuaikan diri dengan jadwal makan serta kontrol gula darah yang ketat. Ia juga merasa bingung dan bimbang antara mengikuti anjuran medis atau mendengarkan nasihat keluarganya.
3. Gangguan Proses Keluarga (NANDA-I: Disturbed Family Processes)
Definisi: Ketidakmampuan keluarga, sebagai unit, untuk berfungsi secara efektif dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
Penjelasan: Suami Ny. S sering tidak bisa menemani saat kontrol ke bidan atau dokter, membuat Ny. S merasa kesepian dan kurang mendapat dukungan emosional. Ibunya juga sering mengkritik perubahan pola makan yang dijalankannya.
4. Perubahan Mood (NANDA-I: Mood Disturbance)
Definisi: Perubahan dalam suasana hati atau emosi yang mempengaruhi fungsi dan interaksi.
Penjelasan: Ny. S mulai merasa murung, mudah tersinggung, dan kehilangan minat untuk bersosialisasi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. S. -
Article No. 11924 | 05 Feb 2025
Klinis : Ny. S, 28 tahun, G1P0A0, saat ini hamil 30 minggu. Ia didiagnosis dengan Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) setelah menjalani tes toleransi glukosa oral pada usia kehamilan 26 minggu. Sebelumnya, ia tidak memiliki riwayat diabetes dan kehamilan ini merupakan kehamilan pertama yang sangat dinantikannya. Sejak menerima diagnosis DMG, Ny. S merasa cemas dan takut terhadap kondisi bayinya. Ia khawatir akan risiko komplikasi seperti bayi besar (makrosomia), persalinan sulit, atau bayi mengalami hipoglikemia setelah lahir. Ia juga merasa tertekan dengan pembatasan pola makan yang diberikan oleh dokter dan kesulitan menyesuaikan diri dengan jadwal makan serta kontrol gula darah yang ketat. Suami Ny. S bekerja sebagai pegawai swasta dengan jam kerja yang padat, sehingga sering tidak bisa menemani saat kontrol ke bidan atau dokter. Hal ini membuat Ny. S merasa kesepian dan kurang mendapat dukungan emosional. Di sisi lain, ibunya sering mengkritik perubahan pola makan yang dijalankannya dan menyarankan untuk tetap makan seperti biasa agar "bayinya tetap sehat dan besar". Akibatnya, Ny. S sering merasa bingung dan bimbang antara mengikuti anjuran medis atau mendengarkan nasihat keluarganya. Beberapa kali, Ny. S mengeluh kepada temannya bahwa ia merasa kurang percaya diri dalam menghadapi persalinan nanti dan takut akan kemungkinan harus melahirkan secara seksio sesarea akibat kondisi DMG-nya. Ia juga mulai merasa murung, mudah tersinggung, dan kehilangan minat untuk bersosialisasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, komplikasi potensial, dan perubahan peran, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan sulit berkonsentrasi.
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang regimen terapeutik, ditandai dengan kesulitan menyesuaikan pola makan dan jadwal kontrol gula darah.
3. Risiko kelelahan berhubungan dengan beban peran ganda, ditandai dengan kurangnya dukungan emosional dari suami karena kesibukan bekerja.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan anggota keluarga, ditandai dengan kritik dari ibu terhadap perubahan pola makan yang dijalankan.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisiologis akibat diabetes gestasional, ditandai dengan kurang percaya diri dalam menghadapi persalinan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kecemasan Terkendali: Pasien mampu mengidentifikasi dan mengontrol rasa cemas, khawatir, dan takut terkait kondisi kesehatan dan komplikasi potensial.
2. Manajemen Kesehatan Efektif: Pasien mampu melakukan manajemen diri yang efektif terkait regimen terapeutik, seperti penyesuaian pola makan dan jadwal kontrol gula darah.
3. Dukungan Keluarga Meningkat: Pasien mendapatkan dukungan emosional yang lebih baik dari anggota keluarga, khususnya suami, dalam menghadapi kondisi kesehatan.
4. Integrasi Proses Keluarga: Pasien dapat menyesuaikan diri dengan perubahan peran dan mendapatkan dukungan yang konstruktif dari anggota keluarga.
5. Citra Tubuh Positif: Pasien merasa percaya diri dan mampu menerima perubahan fisiologis akibat diabetes gestasional dalam menghadapi persalinan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Latihan relaksasi dan teknik manajemen stres
- Pemberian informasi tentang kondisi, komplikasi, dan penatalaksanaan diabetes gestasional
2. Edukasi Manajemen Diri:
- Ajarkan cara penyesuaian pola makan dan jadwal kontrol gula darah
- Berikan informasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap regimen terapeutik
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk evaluasi dan modifikasi penatalaksanaan diabetes gestasional
3. Dukungan Keluarga:
- Libatkan suami dan keluarga dalam proses perawatan
- Fasilitasi komunikasi dan diskusi terbuka antara pasien dan keluarga
- Ajarkan keluarga cara memberikan dukungan emosional yang konstruktif
4. Terapi Keluarga:
- Identifikasi masalah dan dinamika dalam keluarga
- Fasilitasi diskusi dan negosiasi untuk mencapai kesepakatan
- Ajarkan teknik komunikasi dan pemecahan masalah dalam keluarga
5. Bimbingan Citra Tubuh:
- Bantu pasien mengeksplorasi dan menerima perubahan fisik
- Latih teknik peningkatan harga diri dan penerimaan diri
- Berikan dukungan dan motivasi untuk menghadapi persalinan dengan percaya diri -
Article No. 11828 | 04 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek sudah seminggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan batuk dan pilek sudah seminggu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, reflek batuk tidak efektif, dan perubahan struktur.
- Gejala dan Tanda: Perubahan frekuensi pernapasan, sesak napas, ada bunyi napas tambahan, produksi sekret berlebih, dan batuk tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Indikator: Frekuensi pernapasan normal, tidak ada bunyi napas tambahan, produksi sekret normal, dan batuk efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen terapi oksigen.
- Aktivitas: Memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan fisioterapi dada, dan memberikan terapi oksigen jika diperlukan.
Dalam konteks pasien dengan keluhan batuk dan pilek selama seminggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI untuk membantu pasien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 11829 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 45 tahun, dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medis urolithiasis. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang dan ketika BAK keluar butiran pasir dan sedikit darah. Perawat A melakukan anamnesis dan melakukan kolaborasi tindakan lanjutan pada kasus tersebut. Apakah pemeriksaan diagnostic yang tepat dipersiapkan perawat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), serta intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada kasus pasien laki-laki usia 45 tahun dengan diagnosa medis urolithiasis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu ginjal/urolithiasis, ditandai dengan keluhan nyeri pada pinggang dan sedikit darah saat BAK.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya batu ginjal/urolithiasis, ditandai dengan kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan Diagnostik:
Perawat A sebaiknya mempersiapkan pemeriksaan diagnostik yang tepat untuk mendukung penegakan diagnosis dan rencana tindakan, seperti:
1. Pemeriksaan laboratorium: urinalisis untuk mendeteksi adanya darah, protein, atau kristal dalam urin; pemeriksaan kadar creatinin dan ureum darah.
2. Pemeriksaan pencitraan: USG abdomen/ginjal untuk melihat adanya batu ginjal atau saluran kemih, CT scan untuk konfirmasi dan menentukan ukuran batu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga tingkat yang dapat diterima (skala nyeri ≤3).
2. Tidak terjadi komplikasi infeksi saluran kemih selama perawatan.
3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab, tanda-tanda, dan penanganan urolithiasis.
4. Pasien dapat melakukan manajemen nyeri secara mandiri.
5. Pasien tidak mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan BAK.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Monitor efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri
2. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, disuria, nyeri suprapubik)
- Berikan cairan yang adekuat untuk meningkatkan diuresis
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (urinalisis, kultur urin)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan
3. Edukasi Kesehatan:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penanganan urolithiasis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri mandiri
- Edukasi pentingnya intake cairan yang adekuat untuk mencegah pembentukan batu ginjal
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 11830 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 50 tahun, pekerjaan supir dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medis urolithiasis. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang dan ketika BAK keluar butiran pasir dan sedikit berdarah. Pemeriksaan fisik: nyeri pada regio ginjal 5 (1-10), hematuria, ekspresi cemas dan prilaku over protective. Apakah masalah utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah Nyeri Akut. Pasien mengeluhkan nyeri pada pinggang dan saat berkemih, yang merupakan gejala khas dari urolithiasis atau batu ginjal. Selain itu, pasien juga menunjukkan ekspresi cemas dan perilaku over protective yang mengindikasikan adanya Cemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri hingga level yang dapat ditolerir.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri.
2. Kecemasan Terkendali:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan dan mendemonstrasikan teknik relaksasi.
- Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku kooperatif selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan keparahan nyeri.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti aktivitas, istirahat, dsb.
- Lakukan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat, distraksi, dan relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri mandiri.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi dan rencana perawatan.
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien dan mengurangi kecemasan.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam, visualisasi, atau terapi musik.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol dan kecemasan terkendali. Hal ini akan membantu pasien dalam menjalani proses perawatan dan pemulihan dengan lebih baik. -
Article No. 11831 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 63 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis benigna prostat hypertropi. Pasien mengeluh urine tertahan dan tidak lampias ketika berkemih dan sering BAK pada malam hari. Hasil pengkajian: berkemih tidak tuntas (hesitancy), distensi kandung kemih dan frekuensi berkemih meningkat. Apakah evaluasi keperawatan pada kasus diatas? * A. Pasien relaks B. Pola miksi normal C. Intake cairan adekuat D. Istirahat tidur terpenuhi E. Intake sumber natrium adekuat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan eliminasi urin
Definisi: Perubahan dalam pengeluaran urin yang dapat diobservasi, dirasakan, atau diukur.
Ciri-ciri mayor: Berkemih tidak tuntas, distensi kandung kemih, dan frekuensi berkemih meningkat.
Evaluasi Keperawatan:
A. Pola miksi normal
Rasional: Pasien masih mengalami gangguan dalam proses berkemih, sehingga pola miksi belum kembali normal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi urin membaik
Kriteria hasil:
a. Pasien berkemih secara tuntas
b. Frekuensi berkemih menurun
c. Tidak ada distensi kandung kemih
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen eliminasi urin
Aktivitas:
a. Kaji pola berkemih pasien
b. Pantau tanda-tanda distensi kandung kemih
c. Tingkatkan asupan cairan sesuai kebutuhan
d. Anjurkan latihan berkemih sesuai jadwal
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan eliminasi urin" karena pasien mengalami perubahan dalam proses pengeluaran urin, yaitu berkemih tidak tuntas, distensi kandung kemih, dan frekuensi berkemih meningkat. Evaluasi keperawatan yang tepat adalah "Pola miksi normal" karena pasien belum mencapai kondisi normal dalam proses berkemih.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Eliminasi urin membaik", dengan kriteria hasil bahwa pasien dapat berkemih secara tuntas, frekuensi berkemih menurun, dan tidak ada distensi kandung kemih. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen eliminasi urin" yang meliputi pengkajian pola berkemih, pemantauan tanda-tanda distensi kandung kemih, peningkatan asupan cairan, anjuran latihan berkemih sesuai jadwal, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut. -
Article No. 11832 | 04 Feb 2025
Klinis : Pasien (Tn.Z) usia 51 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) tanggal 24 Desember 2021, dengan keluhan penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba- tiba saat beraktifitas, sesak nafas, nyeri kepala, disertai kelemahan anggota gerak kanan, bicara cadel (disartria) dan mulut merot. Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 28 Desember 2021, keadaan umum pasien lemah, penurunan kesadaran, Glasgow Coma Scale (GCS) : E3M5V3, terlihat gelisah, tekanan darah (TD) : 185/107 mmHg, heart rate (HR) 109 kali/menit, respiratory rate (RR) 18 kali/menit dengan O2 nasal kanul 4 l/menit, SpO2 : 98% , suhu 36,8 oC dan skala nyeri : 3 (r-FLACC). Pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan (hemiparesis dextra) atas dan bawah. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hasil pemeriksaan saraf kranial yaitu nervus VII (fasialis) didapatkan mulut merot ke kiri, nervus IX (glosofaringeus) dan X (vagus) menunjukkan adanya gangguan menelan serta nervus XII (hipoglosus) menunjukkan bicara cadel (disartria) dan lidah ke kanan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Kesadaran: Penurunan tingkat kewaspadaan dan responsivitas individu terhadap lingkungan.
- Etiologi: Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Tingkat Kesadaran: Pencapaian tingkat kewaspadaan dan responsivitas yang optimal terhadap lingkungan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tingkat Kesadaran: Tindakan memantau dan mengevaluasi tingkat kewaspadaan dan responsivitas individu terhadap lingkungan.
- Manajemen Stroke: Tindakan pemberian perawatan komprehensif untuk individu dengan stroke.
Penjelasan Singkat:
Pasien Tn. Z mengalami penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba saat beraktivitas, disertai dengan gejala-gejala lainnya seperti sesak napas, nyeri kepala, kelemahan anggota gerak kanan, bicara cadel, dan mulut merot. Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan kesadaran dengan skor GCS 11 (E3M5V3), tanda-tanda vital yang tidak stabil, serta adanya gangguan pada beberapa saraf kranial. Hal ini mengarah pada diagnosis keperawatan Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tingkat kesadaran secara berkala dan manajemen stroke untuk meminimalkan komplikasi dan memaksimalkan pemulihan pasien. -
Article No. 11833 | 04 Feb 2025
Klinis : Perempuan usia 48 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medik HIV/AIDS. Pasien mengeluh diare sejak 2 minggu yang lalu dan mengalami penurunan BB 10 kg dalam sebulan terakhir. Hasil pengkajian: pasien lemah, kulit merah pada daerah penekanan, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, dan pasien sulit berkonsentrasi. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare, penurunan asupan, dan kulit kering/turgor kulit menurun.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan berat badan, asupan makanan tidak adekuat, dan kelemahan.
3. Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan infeksi HIV/AIDS dan dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Hidrasi adekuat: turgor kulit membaik, membran mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Keseimbangan cairan: input-output cairan seimbang dan BUN/Kreatinin dalam batas normal.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Status gizi membaik: berat badan kembali pada rentang normal, lingkar lengan atas meningkat, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Asupan makanan adekuat: pasien dapat menghabiskan 75-100% dari porsi makanan yang diberikan.
3. Gangguan Proses Pikir:
- Fungsi kognitif membaik: pasien dapat berkonsentrasi dengan baik, orientasi waktu, tempat, dan orang membaik.
- Kecemasan berkurang: pasien dapat beristirahat dengan tenang dan tidur yang cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital dan input/output cairan secara ketat.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
- Anjurkan pasien untuk minum banyak cairan per oral.
- Lakukan perawatan kulit untuk menjaga integritas kulit.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status gizi pasien secara komprehensif (berat badan, lingkar lengan atas, dll.).
- Berikan makanan tinggi kalori, protein, dan nutrisi sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Pantau asupan makanan pasien dan berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
3. Gangguan Proses Pikir:
- Kaji fungsi kognitif pasien secara berkala.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan terapi relaksasi dan manajemen stres.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare, penurunan asupan, dan kulit kering/turgor kulit menurun. Hal ini dikarenakan pasien mengalami diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, serta penurunan asupan cairan akibat penurunan nafsu makan. Kondisi ini juga tampak dari kulit kering dan turgor kulit yang menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mencapai hidrasi adekuat, dengan turgor kulit yang membaik, membran mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, diharapkan tercapai keseimbangan cairan, dengan input-output cairan yang seimbang dan parameter biokimia (BUN/Kreatinin) dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital dan input/output cairan, pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi, anjuran minum banyak cairan per oral, serta perawatan kulit untuk menjaga integritas kulit. Semua intervensi ini bertujuan untuk memulihkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat kekurangan volume cairan.