Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13817 | 12 Mar 2025
Klinis : Tn M 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn P 180/110 mmHg. Tn M menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn M juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn P tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn M jangan panik, tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn M adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi psikologis, fisiologis, atau perkembangan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Penyebab: Gangguan kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung koroner)
2. Ketidakefektifan Manajemen Terapi
Definisi: Kegagalan untuk mengatur regime pengobatan yang efektif.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan mengenai regimen pengobatan, kekurangan dukungan sosial, dan kecemasan.
3. Kecemasan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, ancaman terhadap integritas diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan sesak napas atau nyeri dada.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal saat aktivitas.
- Pasien mampu mempertahankan aktivitas fisik yang direkomendasikan.
2. Manajemen Terapi Efektif
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menjelaskan tujuan, jadwal, dan cara penggunaan obat-obatan dengan benar.
- Pasien dapat menjelaskan manfaat dan efek samping pengobatan yang diterima.
- Pasien mematuhi regimen pengobatan yang ditetapkan.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tampak tenang dan kooperatif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas, istirahat yang cukup.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
2. Ketidakefektifan Manajemen Terapi
- Kaji pemahaman pasien tentang regimen pengobatan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan manajemen efek samping.
- Dukung pasien dalam mengambil keputusan terkait terapi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian regimen pengobatan yang tepat.
3. Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor penyebabnya.
- Ajarkan teknik relaksasi, misalnya teknik napas dalam, untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dapat menurunkan kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan berdoa bersama.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi psikologis atau farmakologis jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Tn M dengan pendekatan akademis dan persona seorang pakar perawat. -
Article No. 13818 | 12 Mar 2025
Klinis : Tn M 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn P 180/110 mmHg. Tn M menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn M juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn P tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn M jangan panik, tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran asuhan keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn M.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung
- Definisi: Gangguan sirkulasi darah ke otot jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
- Penyebab: Penyempitan arteri koroner, hipertensi, dislipidemia, dan gaya hidup tidak sehat (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
- Tanda dan Gejala: Dada terasa berat saat beraktivitas, peningkatan tekanan darah, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan disfungsi jantung.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Penyebab: Penyempitan arteri koroner yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan jantung.
- Tanda dan Gejala: Dada terasa berat saat beraktivitas, kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten mengidentifikasi, mengendalikan, dan mereduksi faktor risiko kesehatan.
- Penyebab: Gaya hidup tidak sehat (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
- Tanda dan Gejala: Riwayat hipertensi dan dislipidemia yang tidak terkontrol, kepatuhan pengobatan yang rendah.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan jantung membaik
- Kriteria: Tidak ada keluhan dada terasa berat saat beraktivitas, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan perbaikan fungsi jantung.
2. Toleransi aktivitas membaik
- Kriteria: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Manajemen kesehatan efektif
- Kriteria: Pasien mampu mengidentifikasi, mengendalikan, dan mereduksi faktor risiko kesehatan (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung:
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Observasi tanda-tanda penyempitan arteri koroner (nyeri dada, sesak napas)
- Berikan informasi tentang penyakit jantung dan pentingnya pengobatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan komprehensif
2. Untuk Intoleransi aktivitas:
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan identifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi
- Berikan edukasi tentang program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pantau tanda-tanda intoleransi selama aktivitas
- Berikan dukungan dan motivasi untuk meningkatkan toleransi aktivitas
3. Untuk Ketidakefektifan manajemen kesehatan:
- Identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat dimodifikasi (merokok, asupan lemak, aktivitas fisik)
- Berikan edukasi tentang pentingnya modifikasi gaya hidup untuk mengendalikan faktor risiko
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan komprehensif
- Pantau kepatuhan pasien dalam menjalankan program pengobatan dan gaya hidup sehat
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk Tn M. Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 13819 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditentukan adalah:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Risiko untuk menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Etiologi: Kecemasan, pengaruh zat/obat-obatan, kurangnya kontrol impuls.
- Intervensi Utama:
1) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
2) Ciptakan lingkungan yang aman dan terkendali.
3) Libatkan pasien dalam aktivitas yang konstruktif.
4) Berikan pendidikan kesehatan tentang kontrol diri dan manajemen kemarahan.
2. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Definisi: Pengalaman sensorik yang tampak nyata tetapi dibangkitkan secara internal.
- Etiologi: Pengaruh zat/obat-obatan, kecemasan, kesepian.
- Intervensi Utama:
1) Kenali tipe dan isi halusinasi.
2) Bantu pasien mengidentifikasi halusinasi dan memisahkannya dari realitas.
3) Hindari penguatan halusinasi dan ajak pasien berfokus pada realitas.
4) Libatkan keluarga dalam manajemen halusinasi.
3. Cemas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Etiologi: Pengaruh zat/obat-obatan, perubahan status kesehatan.
- Intervensi Utama:
1) Identifikasi penyebab kecemasan.
2) Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen kecemasan.
3) Berikan dukungan emosional dan lingkungan yang aman.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan kecemasan.
Adapun luaran (Nursing Outcomes Classification/NOC) dan intervensi keperawatan (Nursing Interventions Classification/NIC) dapat disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 13820 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. M adalah:
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Halusinasi (+)
Definisi: Persepsi sensori yang salah atau distorsi terhadap realitas yang dialami individu tanpa adanya stimulus eksternal yang sebenarnya.
Etiologi:
- Penggunaan zat/obat-obatan (sabu dan zinet)
- Faktor stres
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan sedang dalam pengaruh sabu
- Pasien sering tertawa sendiri
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah, tatapan tajam, dan berbicara tidak jelas
- Pasien sering bertanya kapan dia bisa pulang
Luaran (SLKI):
1. Kontrol Halusinasi
- Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami
- Pasien dapat menggunakan teknik mengontrol halusinasi
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Halusinasi
- Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi
- Latih pasien mengenali dan mengontrol halusinasi
- Berikan lingkungan yang tenang dan aman
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
2. Peningkatan Koping
- Kaji kemampuan koping pasien
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Dukung penggunaan strategi koping yang positif
Diagnosa Keperawatan Lainnya:
1. Ansietas (+)
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Etiologi:
- Penggunaan zat/obat-obatan
- Lingkungan yang tidak mendukung
Data Subjektif:
- Pasien tampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah, mondar-mandir
Luaran (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan
- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Ansietas
- Kaji tanda dan gejala kecemasan
- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
2. Peningkatan Koping
- Kaji kemampuan koping pasien
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Dukung penggunaan strategi koping yang positif
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan Utama: Halusinasi (+)
- Definisi: Persepsi sensori yang salah atau distorsi terhadap realitas yang dialami individu tanpa adanya stimulus eksternal yang sebenarnya.
- Etiologi: Penggunaan zat/obat-obatan (sabu dan zinet), Faktor stres
- Data Subjektif: Pasien mengatakan sedang dalam pengaruh sabu, Pasien sering tertawa sendiri
- Data Objektif: Pasien tampak gelisah, tatapan tajam, dan berbicara tidak jelas, Pasien sering bertanya kapan dia bisa pulang
- Luaran (SLKI): Kontrol Halusinasi - Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami, Pasien dapat menggunakan teknik mengontrol halusinasi, Pasien dapat beristirahat dengan baik
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Halusinasi - Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi, Latih pasien mengenali dan mengontrol halusinasi, Berikan lingkungan yang tenang dan aman, Kolaborasi pemberian terapi farmakologis; Peningkatan Koping - Kaji kemampuan koping pasien, Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif, Dukung penggunaan strategi koping yang positif
2. Diagnosa Keperawatan Lainnya: Ansietas (+)
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Etiologi: Penggunaan zat/obat-obatan, Lingkungan yang tidak mendukung
- Data Subjektif: Pasien tampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang
- Data Objektif: Pasien tampak gelisah, mondar-mandir
- Luaran (SLKI): Tingkat Kecemasan - Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan, Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi, Pasien dapat beristirahat dengan baik
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Ansietas - Kaji tanda dan gejala kecemasan, Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan, Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman, Kolaborasi pemberian terapi farmakologis; Peningkatan Koping - Kaji kemampuan koping pasien, Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif, Dukung penggunaan strategi koping yang positif -
Article No. 13821 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan utama untuk Tn. M adalah:
Diagnosis Keperawatan Utama:
Halusinasi verbal berhubungan dengan penggunaan zat psikoaktif, ditandai dengan pasien sering tertawa sendiri, berbicara tidak jelas, dan perilaku agresif.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman panca indera yang tidak nyata berupa suara-suara yang didengar oleh pasien.
- Faktor yang Berhubungan: Penggunaan zat psikoaktif, stres psikologis, perubahan persepsi.
- Batasan Karakteristik: Melaporkan mendengar suara, tertawa sendiri, berbicara tidak jelas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mengendalikan halusinasi, pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi halusinasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan Utama:
1. Observasi: Kaji tipe, frekuensi, dan karakteristik halusinasi.
2. Terapi Realitas: Bantu pasien menyadari bahwa halusinasi tidak nyata.
3. Distraksi: Arahkan pasien pada aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian dari halusinasi.
4. Terapi Obat: Berikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi halusinasi.
5. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik untuk mengurangi stimulasi yang dapat memicu halusinasi.
Etiologi:
- Penggunaan zat psikoaktif (sabu dan zinet) oleh pasien.
Masalah Keperawatan:
- Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.
Luaran:
- Pasien dapat mengendalikan halusinasi yang dirasakan.
- Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi halusinasi.
Intervensi Utama:
1. Observasi: Kaji tipe, frekuensi, dan karakteristik halusinasi yang dialami pasien.
2. Terapi Realitas: Bantu pasien menyadari bahwa halusinasi yang dirasakan tidak nyata.
3. Distraksi: Arahkan pasien pada aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian dari halusinasi.
4. Terapi Obat: Berikan obat-obatan sesuai resep dokter untuk mengurangi halusinasi.
5. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik untuk mengurangi stimulasi yang dapat memicu halusinasi. -
Article No. 13822 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama yakni ansietas dan rpk melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditentukan diagnosis keperawatan utama dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan Utama:
1. Ansietas (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami individu terkait dengan antisipasi bahaya yang tidak jelas penyebabnya.
2. Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) (SDKI)
Definisi: Adanya risiko individu melakukan tindakan yang dapat membahayakan orang lain yang ditunjukkan dengan sikap, perkataan, atau tindakan yang mengarah pada upaya melukai orang lain.
Analisa Data:
DS: Pasien mengatakan masuk rumah sakit karena mengamuk dan ingin menikah lagi, mengonsumsi sabu-sabu, dan sering meminta uang dalam jumlah banyak kepada orang tua dalam 3 hari terakhir. Pasien tampak gelisah, tatapan tajam, berbicara tidak jelas, dan sering bertanya kapan bisa pulang.
DO: Pasien tampak duduk dan sering mondar-mandir, gelisah, dan sering bertanya kapan bisa pulang. Vital sign: TD 130/89 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,6°C, SpO2 98%, Respirasi 20x/menit.
Etiologi:
1. Ansietas: Penggunaan zat (sabu-sabu), hospitalisasi yang pertama kali, perubahan perilaku.
2. Risiko Perilaku Kekerasan: Penggunaan zat (sabu-sabu), keinginan yang tidak terpenuhi (ingin menikah lagi, meminta uang), perubahan perilaku.
Masalah Keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan perilaku akibat penggunaan zat.
2. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan penggunaan zat dan keinginan yang tidak terpenuhi.
Luaran (NOC):
1. Ansietas: Tingkat Ansietas, Kendali Rasa Cemas, Relaksasi.
2. Risiko Perilaku Kekerasan: Kontrol Agresi, Perilaku Kekerasan, Keselamatan Diri.
Intervensi Utama (NIC):
1. Ansietas:
- Manajemen Ansietas
- Terapi Relaksasi
- Terapi Kognitif
2. Risiko Perilaku Kekerasan:
- Manajemen Perilaku
- Restrain Fisik
- Terapi Wicara -
Article No. 13823 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur 4 jam SMRS. Pasien terjatuh ditemukan dengan posisi terlentang. Pasien masih mau menyusu (+) dan tidak tampak mengantuk. Penurunan kesadaran (-), keluar cairan dari hidung dan telinga (-).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat saya akan memberikan penjelasan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yakni muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur, serta ditemukan dalam posisi terlentang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Cedera Otak Traumatis (SDKI 2017)
Definisi: Rentan mengalami kerusakan pada struktur atau fungsi otak akibat trauma mekanik.
Faktor berhubungan: Trauma kepala, Jatuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Cedera Otak Traumatis
Definisi: Mempertahankan atau memulihkan fungsi otak setelah cedera.
Indikator:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran
b. Mempertahankan refleks pupil
c. Mempertahankan kemampuan berbicara dan berkomunikasi
d. Mempertahankan kemampuan motorik
e. Mempertahankan fungsi sensorik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
Definisi: Pengumpulan dan analisis data mengenai parameter fisiologis untuk memantau dan mengevaluasi kondisi kesehatan.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu)
b. Pantau saturasi oksigen
c. Pantau adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, muntah, perubahan pupil, perubahan tingkat kesadaran)
2. Manajemen Cedera Kepala
Definisi: Pemberian perawatan untuk mencegah komplikasi dan memfasilitasi pemulihan setelah cedera kepala.
Aktivitas:
a. Pertahankan posisi kepala netral
b. Hindari manipulasi leher yang berlebihan
c. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
d. Berikan oksigen sesuai indikasi
e. Pertahankan suhu tubuh normal
f. Lakukan tindakan pencegahan infeksi
g. Lakukan pemeriksaan neurologis secara teratur
h. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan penunjang dan penanganan lanjut
3. Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan komprehensif untuk memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri.
Aktivitas:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, durasi)
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (relaksasi, kompres dingin)
d. Evaluasi efektivitas tindakan pengelolaan nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 13671 | 11 Mar 2025
Klinis : Hapus kode tindakan Laparotomi Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover). Kode harus dirubah sesuai temuan sistem, tidak bisa dilaykan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi tersebut, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K35.8
- Deskripsi: Acute appendicitis, unspecified
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode prosedur untuk Appendectomy karena tindakan ini sedang tertunda (pending).
Penjelasan:
- Kode ICD-10 K35.8 (Acute appendicitis, unspecified) sesuai dengan diagnosis akut pada apendiks, yang merupakan temuan utama dari kondisi yang diberikan.
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk tindakan Appendectomy karena tindakan tersebut sedang tertunda (pending) dan tidak dilakukan.
- Kode tindakan Laparotomi dihilangkan sesuai dengan instruksi soal.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya telah mengidentifikasi kode diagnosis ICD-10 yang sesuai dengan kondisi yang diberikan dan menghilangkan kode tindakan Laparotomi sesuai permintaan. Informasi ini dapat digunakan untuk dokumentasi medis yang akurat dan sesuai dengan standar. -
Article No. 13672 | 11 Mar 2025
Klinis : Hapus kode tindakan Laparotomi Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover). Kode harus dirubah sesuai temuan sistem, tidak bisa dilaykan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan respons dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat untuk kondisi yang anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu hapus kode tindakan Laparotomi, Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover), dan kode harus diubah sesuai temuan sistem yang tidak bisa dilaykan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan: Kondisi pasien menunjukkan adanya intervensi medis yang telah dilakukan, seperti laparotomi dan appendektomi, yang dapat menyebabkan nyeri akut pada pasien. Selain itu, adanya perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan pada pasien, sehingga nyeri akut menjadi diagnosa keperawatan yang sesuai.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk diagnosa Nyeri Akut adalah:
SLKI: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi rasa sakit hingga ke tingkat yang dapat diterima.
Penjelasan: Setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan akibat intervensi medis dan perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan. Pasien dapat menggunakan strategi yang efektif untuk mengurangi rasa sakit hingga ke tingkat yang dapat diterima.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran Kontrol Nyeri adalah:
SIKI: Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengenali dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pada individu.
Intervensi yang dapat dilakukan:
a. Identifikasi karakteristik nyeri: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi musik.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
e. Berikan dukungan emosional dan informasi terkait nyeri yang dialami pasien.
Penjelasan: Melalui Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri, perawat dapat membantu pasien mengidentifikasi karakteristik nyeri yang dialami, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat, serta mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Evaluasi dan modifikasi rencana asuhan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas intervensi. Selain itu, perawat juga perlu memberikan dukungan emosional dan informasi terkait nyeri yang dialami pasien.
Dengan demikian, melalui Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut, Luaran Kontrol Nyeri, dan Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri yang dialami akibat intervensi medis dan perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan. -
Article No. 13673 | 11 Mar 2025
Klinis : anda seorang perawat profesional di bidang kardiovaskuler buatkan tujuan, kriteria dan intervensi serta rasional dari diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan pada pasien dengan coronary artery disease STEMI INFERIOR sesuai standar SDKI, SLKI, SIKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria, intervensi, serta rasional untuk pasien dengan penyakit arteri koroner STEMI inferior sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Gangguan Perfusi Jaringan: Kardiak
Tujuan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dalam batas normal selama perawatan.
2. Pasien melaporkan tidak ada gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam jaringan selama perawatan.
3. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Pasien menunjukkan tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Pasien melaporkan tidak ada keluhan nyeri dada, sesak napas, atau palpitasi.
3. Pasien menunjukkan tidak ada perubahan warna kulit, suhu, dan turgor kulit.
4. Pasien menunjukkan tidak ada edema perifer.
Intervensi Keperawatan (SIKI) dan Rasional:
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
Rasional: Untuk mendeteksi adanya perubahan status hemodinamik yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
2. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Rasional: Untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang mungkin muncul akibat gangguan perfusi jaringan.
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Untuk menjaga suplai oksigen ke jaringan yang terganggu.
4. Posisikan pasien dengan kepala sedikit terangkat
Rasional: Untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan beban kerja jantung.
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi (antiplatelet, antikoagulan, trombolitik)
Rasional: Untuk membantu mengatasi penyumbatan pembuluh darah koroner dan memperbaiki perfusi jaringan.
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, gejala, dan penanganannya
Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga serta partisipasi dalam perawatan.
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dalam batas normal selama perawatan.
2. Pasien melaporkan tidak ada gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam jaringan selama perawatan.
3. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Posisikan pasien dengan kepala sedikit terangkat
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi (antiplatelet, antikoagulan, trombolitik)
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, gejala, dan penanganannya
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat profesional di bidang kardiovaskuler, saya telah mengidentifikasi diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan penyakit arteri koroner STEMI inferior sebagai "Gangguan Perfusi Jaringan: Kardiak". Ini didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami sumbatan pada arteri koroner yang dapat mengganggu suplai oksigen ke jaringan jantung.
Tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai adalah agar pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, tidak lagi merasakan gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, serta tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien harus menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada keluhan gejala, tidak ada perubahan tanda klinis, dan tidak ada edema perifer.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pengkajian gejala, pemberian oksigen, pengaturan posisi pasien, kolaborasi pemberian terapi farmakologi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Semua intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat gangguan suplai oksigen ke jantung.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, tidak lagi merasakan gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, serta tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan.