Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13787 | 12 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENANYAKAN KAPAN SEGERA PINDAH RUANGAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang menanyakan kapan segera pindah ruangan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pindah Ruangan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kesiapan Pindah Ruangan merupakan diagnosa keperawatan dengan definisi kondisi individu yang menunjukkan kesiapan untuk berpindah ke lingkungan yang berbeda.
- Karakteristik definisi yang muncul, antara lain: Pasien menanyakan kapan akan pindah ruangan, pasien menunjukkan keinginan untuk pindah ruangan, pasien meminta informasi terkait proses pindah ruangan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dalam diagnosa ini adalah pasien mampu mempersiapkan diri untuk pindah ruangan.
- Kriteria hasil yang dapat diukur, antara lain: Pasien dapat menyebutkan rencana pindah ruangan, pasien dapat mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan untuk pindah ruangan, pasien menunjukkan kesiapan fisik dan psikologis untuk pindah ruangan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini, antara lain: Memberikan informasi dan edukasi terkait proses pindah ruangan, membantu pasien mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan, memfasilitasi pasien untuk menyampaikan pertanyaan dan kekhawatiran terkait pindah ruangan, dan memantau kesiapan pasien secara berkala.
Sebagai perawat, saya akan memastikan bahwa pasien memahami proses pindah ruangan, merasa siap secara fisik dan psikologis, serta dapat berpartisipasi aktif dalam persiapan pindahnya. Hal ini penting untuk memastikan transisi yang lancar dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. -
Article No. 13788 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta pemeriksaan fisik dan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru, diagnosis awalnya adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi dengan biopsi, tidak menggunakan spesimen endobronkial
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
- Kode ICD-9-CM 33.24 adalah untuk prosedur bronkoskopi dengan biopsi, tidak menggunakan spesimen endobronkial. Ini merupakan salah satu tindakan yang mungkin dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan investigasi lesi di paru.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode tersebut untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 13789 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk diagnosa tuberkulosis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif. Ini sesuai dengan gejala pasien yang menunjukkan adanya infeksi paru dan hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 adalah kode untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologi sputum, yang digunakan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan sampel sputum dan melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengidentifikasi bakteri penyebab tuberkulosis.
Sebagai catatan, kode ICD-9-CM hanya digunakan untuk pelaporan dan penagihan tindakan medis di Amerika Serikat, sedangkan kode ICD-10 digunakan secara internasional untuk diagnosis dan prosedur medis. -
Article No. 13790 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien usia 38 tahun,masuk dengan keluhan utama lemas, bab cair lebih dari 10 kali dan pingsan 1 kali di kamar mandi tadi pagi, kepala terasa nyeri dan benjol dibagian kepala belakang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien usia 38 tahun dengan keluhan utama lemas, bab cair lebih dari 10 kali, pingsan 1 kali di kamar mandi, serta nyeri dan benjol di bagian kepala belakang dapat didiagnosis dan dikodekan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis tidak spesifik
Penjelasan:
- Gejala utama pasien adalah diare dengan frekuensi yang tinggi (lebih dari 10 kali bab cair), yang mengarah pada diagnosis gastroenteritis.
- Tidak ada keterangan spesifik mengenai penyebab gastroenteritis, sehingga kode K52.9 (Gastroenteritis dan kolitis tidak spesifik) dapat digunakan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis spesifik yang dilakukan pada pasien ini. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diidentifikasi.
Secara keseluruhan, pasien ini dapat didiagnosis dengan gastroenteritis tidak spesifik (K52.9) berdasarkan gejala diare yang parah. Selain itu, adanya keluhan pingsan dan benjol di kepala belakang juga perlu dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya. -
Article No. 13791 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing dan lemas sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Penjelasan singkat: Pasien mengeluhkan pusing dan lemas selama 1 minggu, yang dapat menandakan adanya ketidakstabilan pada tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, atau pernafasan.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakstabilan dalam satu atau lebih tanda-tanda vital.
- Karakteristik Utama: Fluktuasi dalam satu atau lebih tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan).
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas tanda-tanda vital.
- Kriteria Hasil: Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan berada dalam rentang normal.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, manajemen nyeri, dan intervensi lain yang sesuai.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, serta memberikan intervensi yang tepat untuk membantu stabilisasi kondisi pasien. -
Article No. 13792 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, diagnostik, dengan atau tanpa pengambilan spesimen atau pencitraan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis, yang sesuai dengan gejala dan temuan pemeriksaan pada pasien.
- Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, diagnostik, dengan atau tanpa pengambilan spesimen atau pencitraan) dapat digunakan jika dilakukan prosedur bronkoskopi untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien.
Catatan: Kode ICD-9-CM prosedur hanya akan digunakan jika benar-benar dilakukan tindakan medis tersebut pada pasien. Jika tidak, tidak perlu mencantumkan kode ICD-9-CM prosedur. -
Article No. 13793 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Ibu Nurjanah, perawat senior di Rumah Sakit Pelita Harapan. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Etiologi: Produksi dahak yang berlebihan, kekuatan batuk yang tidak efektif.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
- Etiologi: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan fisik.
3. Kekurangan volume cairan (SDKI)
- Definisi: Berkurangnya volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Etiologi: Intake yang tidak adekuat, peningkatan kehilangan cairan.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan bersihan jalan napas
- Intervensi: Auskultasi suara napas, lakukan fisioterapi dada, berikan bronkodilator.
2. Meningkatkan toleransi aktivitas
- Intervensi: Evaluasi status fungsional, atur aktivitas bertahap, berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
- Intervensi: Monitor intake dan output cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena.
Implementasi dan Evaluasi (SIKI):
- Lakukan intervensi keperawatan sesuai rencana untuk memulihkan status kesehatan pasien.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Tujuan akhir adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas, toleransi aktivitas, dan keseimbangan cairan yang optimal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13794 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pemantauan fungsi pernapasan, Bantuan pembersihan jalan napas, Terapi oksigen.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigenasi, Manajemen ventilasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen energi, Peningkatan aktivitas.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan, Peningkatan kapasitas aktivitas.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
- SLKI: Pemantauan tanda dan gejala infeksi, Pencegahan infeksi, Pengendalian infeksi.
- SIKI: Manajemen infeksi, Manajemen isolasi, Edukasi pencegahan infeksi.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya lesi di paru, maka diagnosa awal tuberkulosis paru dapat ditetapkan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jarak Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi. -
Article No. 13795 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pembesarn kelenjar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pembesaran kelenjar, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan tanda-tanda pembesaran kelenjar yang dapat mengindikasikan ketidakseimbangan nutrisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang diperlukan dapat berupa pengkajian status nutrisi, pemberian edukasi tentang nutrisi yang sesuai, dan pemantauan asupan nutrisi pasien.
2. Gangguan citra tubuh
Penjelasan:
- SDKI: Persepsi diri yang negatif atau distorsi dari penampilan atau fungsi tubuh.
- SLKI: Pasien mungkin mengalami perubahan penampilan fisik akibat pembesaran kelenjar, yang dapat mempengaruhi citra tubuhnya.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, edukasi tentang perubahan fisik, dan membantu pasien menerima perubahan yang terjadi.
3. Risiko infeksi
Penjelasan:
- SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh organisme patogen.
- SLKI: Pembesaran kelenjar dapat meningkatkan risiko infeksi pada area yang terkena.
- SIKI: Intervensi yang diperlukan dapat berupa pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik jika diperlukan, dan perawatan luka yang tepat.
Harapnya, penjelasan ini dapat memberikan gambaran tentang diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan keluhan pembesaran kelenjar. Silakan jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 13806 | 12 Mar 2025
Klinis : tentukan diagnosa utama dari data berikut ini lengkap dengan analisa data : Data Subjektif dan Objektif, Etiologi, dan masalah keperawatan yang diangkat , lalu dari diagnosa prioritas, buatkan luaran, dan rencana intervensi berdasarkan SIKI dan SLIK b. Hasil Pengkajian Kesehatan dan Keperawatan Jiwa (Tuliskan hasil pengkajian kesehatan dan keperawatan jiwa dalam kolom yang telah disediakan. Tuliskan hasil yang abnormal atau temuan yang penting diperhatikan) Alasan Masuk: Pada hari Rabu, 26 Febuari 2025, Jam 20:30 WITA, Tn. A dibawa oleh Keluarga ke RSJ SL. Hasil pengkajian perawat di IGD: Pasien penyalahgunaan nafza. (Alkohol, Zineth) mengamuk, bicara sendiri. Keluhan Utama: Pada hari Selasa, 04 Maret 2025 jam 09:00 WITA (2 hari perawatan), Mahasiswa (Yosua Ryco Susanto/113063J124046) bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian: pasien koperatif saja saat di ajak berbicara dan menjawab dengan jelas saat ditanya terkait kenapa meminum alkohol dan obat zineth pasien mengatakan salah satu pelarian dari masalahnya dan beranggapan ketika meminum alkohol dan meminum obat zineth pasien merasa tenang dan rilex. Pasien mengatakan bahwa ia bekerja apa saja untuk kehidupan sehari hari ketika saat merasa stress timbul lah ingin mengkonsumsi alkohol dan obat zineth dan keluarga sudah berusaha untuk memberitau bahaya untuk meminum alkohol dan obat zineth namun pasien masih saja melakukan nya ketika merasa stres dan tidak mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi diri nya Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum tampak lesu dan lebih banyak untuk tidur TD: 110/80 mmHg, N: 21x/menit, P: 82x/menit, S: 36.2 derajat celcius, SpO2: 99%, TB:165 cm, BB: 60 kg. Faktor Predisposisi: Pasien mengatakan mengapa memilih untuk meminum obat zinth dari pada obat rehabilitas nya karena faktor dari pergaulan yang sesama mengkonsumsi alkohol dan obat zineth Faktor Presipitasi: Pasien adalah anak kelima dari lima bersaudara. Tinggal sendiri kedua orang tua sudah meninggal. Pasien belum menikah. Pasien mengatakan mengapa ia meminum obat zineth karena terpengruh dari teman nya saat meminum obat tersebut pasien mengatakan badan rileks dan pikiran tenang ketika meminum obat zineth sehingga keluarga pasien mengantar untuk dirawat di RSJ SL. Pasien mangtakan Orang yang berarti dalam hidupnya adalah kaka nya. Pasien tampak baik baik saja ketika ditanya tentang keadaan saat dirawat. perawatan, pasien tidak memiliki banyak teman, lebih banyak tidur, dan menyatakan “sulit untuk memulai percakapan” dengan orang lain. Ketika dalam ruang perawatan tidak pernah berdoa atau melalukan ritual keagamaan, dengan alasan “banyak pasien lain yang mengganggu dan ribut”. Hasil Pengkajian Status Mental: Aktivitas motorik lesu dan tidak berintraksi sesama teman satu kamar nya saat di rawat pasien lebih banyak mengahbiskan waktu nya untuk tidur. Kebutuhan persiapan pulang (fokus): Pasien dengan disiplin mengonsumsi obat sesuai dengan jadwal, dan mengonsumsi sesuai dosis yang diberikan. Mekanisme Koping: Ketika mendapatkan masalah, pasien lebih suka menghindar. Dan meminum alkohol dan obat zineth Masalah Psikososial dan Lingkungan: Tidak merasakan perlu untuk ikut serta secara sukarela dalam kegiatan kelompok di ruang perawatan. Lebih memilih untuk mengurus urusan sendiri dan tidur. Aspek Medik: Diagnosis penyakit, F.19.2 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat dan Penggunaan Zat Psikoatif. Terapi yang diberikan adalah Clobazam 10 mg (siang)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditentukan diagnosis keperawatan SDKI utama yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan Utama: Risiko Perilaku Kekerasan
Data Subjektif:
- Pasien mengamuk dan bicara sendiri
- Pasien mengatakan meminum alkohol dan obat zineth sebagai pelarian dari masalahnya
- Pasien merasa tenang dan rileks saat meminum alkohol dan obat zineth
Data Objektif:
- Pasien tampak lesu dan sering tidur
- Tanda-tanda vital: TD 110/80 mmHg, N 21x/menit, P 82x/menit, S 36,2°C, SpO2 99%
- Pasien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan tidak berinteraksi dengan sesama pasien
- Pasien tidak melakukan ibadah atau ritual keagamaan
Etiologi:
- Penggunaan alkohol dan obat zineth secara berlebihan
- Masalah psikososial dan lingkungan (tinggal sendiri, tidak memiliki banyak teman, dan kurang aktif dalam kegiatan kelompok)
- Mekanisme koping yang kurang adaptif (cenderung menghindari masalah dan meminum alkohol/obat zineth)
Masalah Keperawatan yang Diangkat:
Risiko Perilaku Kekerasan
Luaran (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengendalikan perilaku agresif/kekerasan selama perawatan
- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengendalikan perilaku agresif/kekerasan
2. Perilaku Patuh
- Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan jadwal dan dosis yang diberikan
- Pasien aktif berpartisipasi dalam kegiatan terapeutik di ruang perawatan
Rencana Intervensi (SIKI):
1. Manajemen Perilaku
- Kaji faktor pencetus perilaku kekerasan
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya: deep breathing, visualisasi)
- Berikan lingkungan terapeutik yang aman dan nyaman
- Lakukan intervensi farmakologis sesuai indikasi
2. Edukasi Obat
- Jelaskan manfaat, dosis, cara penggunaan, dan efek samping obat
- Pantau kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
3. Terapi Kelompok
- Libatkan pasien dalam kegiatan terapeutik kelompok (misalnya: psikoedukasi, terapi aktivitas)
- Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok
4. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar (makan, minum, personal hygiene)
- Ajarkan keterampilan perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien
Dengan intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, patuh dalam pengobatan, dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan terapeutik selama perawatan di rumah sakit jiwa.