Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19316 | 05 Jul 2025
Klinis : Klien mengatakan memiliki rawat kecelakan patah tulang di bahu namun tidak diobat selama 2 minggu kemudian ayah klien meninggal namun klien tidak bisa pulang, hal ini yang membuat klien depresi. Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mau melompat dari gedung kampus namun dicegah oleh dosennya. Kemudian dosen klien mengantarkan klien ke pskiatri. Klien awalnya tinggal di Bali kemudian pindah ke Yogyakarta. Klien sebelumnya pernah mencoba menggunakan sabu-sabu dan ganja selama 2 tahun dipadang. Klien mengatakan saat ini karirnya menurun. Tidak bisa melukis seperti biasa. Klien mengatakan kemarin sempat drop selama 2 minggu tidak bisa ngapain-ngapin dan akhirnya teman klien menyarankan untuk periksa kesehatan. Klien mengatakan tidak kontrol rutin. Klien mengatakan saat ini merasa cemas. badan tarasa lemas. 4. Data Fokus a. DO : - Klien tampak cemas - klien tampak gelisah - klien tampak mondar-mandir seperti orang binggung. - Klien mampu diajak komunikasi b. DS : - Klien mengatakan merasa cemas yang berlebihan - klien mengatakan saat ini karirnya turun. - klien mengatakan tidak bisa melukis seperti biasanya. - Klien mengaatakan minum obat tidak sesuai resep dari dokter - Klien mengatakan jika tidak minum obat klien gelisah dan tidak mampu mengontrol dirinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Resiko Bunuh Diri (00250)**
*(SDKI: Risiko Cedera terhadap Diri)*
**Penjelasan Singkat:**
Klien menunjukkan riwayat percobaan bunuh diri (melompat dari gedung), depresi akibat kehilangan ayah, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan hidup (pindah lokasi, penurunan karir), serta penggunaan zat terlarang (sabu-sabu dan ganja). Gejala saat ini meliputi kecemasan berlebihan, gelisah, dan ketidakpatuhan minum obat.
---
### **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode: 00250 – Risiko Bunuh Diri**
**Definisi:** Kerentanan terhadap tindakan yang dapat mengakhiri hidup sendiri secara disengaja.
**Faktor Risiko pada Klien:**
- Riwayat percobaan bunuh diri.
- Depresi akibat kehilangan signifikan (ayah) dan isolasi sosial.
- Penyalahgunaan zat (sabu-sabu dan ganja).
- Penurunan fungsi sosial dan pekerjaan (tidak bisa melukis).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: 1405 – Perilaku Adaptif terhadap Stres**
**Indikator:**
1. Klien mampu mengidentifikasi pemicu stres (SKP: 1→4).
2. Klien melaporkan penurunan keinginan bunuh diri (SKP: 1→4).
3. Klien menggunakan strategi koping sehat (SKP: 1→4).
*(SKP: Skala Likert 1–4, 1 = tidak pernah, 4 = selalu)*
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: 5270 – Pencegahan Bunuh Diri**
**Intervensi:**
1. **Lakukan kontrak keselamatan** (klien berjanji tidak menyakiti diri).
2. **Pantau tanda-tanda perilaku bunuh diri** (perubahan mood, isolasi).
3. **Kolaborasi dengan psikiater** untuk evaluasi obat antidepresan/ansiolitik.
4. **Terapi kognitif-perilaku** untuk mengatasi distorsi pikiran negatif.
5. **Dukungan sosial** (libatkan teman/dosen dalam pendampingan).
**Kode: 5280 – Manajemen Kecemasan**
**Intervensi:**
1. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam, grounding).
2. Bantu klien mengidentifikasi sumber kecemasan.
3. Anjurkan aktivitas positif (melukis secara bertahap).
---
**Catatan Akademis:**
- **Prioritas:** Risiko bunuh diri memerlukan intervensi segera (kewaspadaan tinggi).
- **Pendekatan Holistik:** Kombinasi terapi farmakologis (obat) dan non-farmakologis (dukungan sosial, terapi seni).
- **Evaluasi:** Pantau kepatuhan minum obat dan perkembangan strategi koping setiap 24 jam.
*(Referensi: PPNI, 2017; SDKI Edisi 4, SLKI-SIKI Edisi 3)*
Format RTF terlampir. -
Article No. 19317 | 05 Jul 2025
Klinis : gangguan nyaman gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan nyaman gatal berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan Gatal (00125)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan iritasi kulit, yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00125
Judul: Gangguan Kenyamanan Gatal
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan iritasi kulit, yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L-06001
Judul: Kenyamanan Kulit
Definisi: Kemampuan individu untuk merasakan, menerima, dan mengontrol sensasi dan iritasi pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I-06001
Judul: Manajemen Gatal
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi sensasi gatal pada kulit.
Secara akademis, sebagai seorang perawat profesional, saya dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi gangguan nyaman gatal pada pasien. Diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang saya paparkan di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 19318 | 05 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 35 tahun, datang kerumah sakit untuk ketiga kalinya. Dokter yang menanganinya mendiagnosa bahwa pasien terserang HIV dan sudah menderita AIDS.Klien mengatakan setelah terdiagnosa penyakit tersebut tidak mau bertemu orang lain, klien mengatakan dirinya tidak lagi berguna, hanya akan menyusahkan keluarga dan memberatkan kerabat sekitarnya, Apakah diagnosa yang tepat terkait kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan meninjau kasus yang Anda berikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Isolasi Sosial (SDKI Kode: 00053)
Definisi: Rentan untuk mengalami keterpisahan yang tidak diinginkan dari hubungan interpersonal yang bermakna serta keterlibatan dalam komunitas.
2. Gangguan Harga Diri (SDKI Kode: 00120)
Definisi: Evaluasi diri yang negatif atau tidak sesuai dengan realita.
Penjelasan:
Pasien ini terdiagnosis dengan HIV dan AIDS, yang dapat menyebabkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Hal ini memicu pasien untuk menarik diri dari interaksi sosial karena merasa tidak berguna dan akan menyusahkan orang lain. Diagnosa Risiko Isolasi Sosial mencerminkan kerentanan pasien untuk mengalami keterpisahan dari hubungan interpersonal yang bermakna.
Selain itu, pasien juga menunjukkan Gangguan Harga Diri, di mana ia menilai dirinya secara negatif dan merasa tidak berharga. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan pasien.
Kode SLKI dan SIKI yang terkait:
- Integrasi Sosial (SLKI Kode: 1707)
- Interaksi Sosial (SIKI Kode: 6450)
- Pengembangan Harga Diri (SLKI Kode: 1708)
- Terapi Harga Diri (SIKI Kode: 6460)
Perawat berperan penting dalam memberikan dukungan emosional, edukasi, dan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosial dan memulihkan harga dirinya. Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya sangat diperlukan dalam memberikan perawatan komprehensif bagi pasien. -
Article No. 19319 | 05 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Kecemasan Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan yang Dihadapi
Klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang signifikan, seperti perasaan takut, gelisah, tegang, sulit tidur, frekuensi napas dan denyut nadi yang meningkat, serta keringat berlebih. Hal ini sesuai dengan kriteria SDKI untuk diagnosa keperawatan Kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan
- Tanda-tanda vital klien (frekuensi napas, denyut nadi, dan keringat) kembali normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan klien dan faktor-faktor yang memengaruhinya
- Berikan informasi yang faktual dan spesifik tentang prosedur pembedahan yang akan dilakukan
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi, untuk membantu klien mengatasi kecemasan
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan ketakutannya secara terbuka
- Berikan dukungan emosional dan dampingi klien selama proses persiapan pembedahan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, psikolog, atau konselor) untuk mendapatkan intervensi tambahan jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Kecemasan Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan yang Dihadapi dipilih karena klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang signifikan, seperti perasaan takut, gelisah, tegang, sulit tidur, serta perubahan tanda-tanda vital. Luaran yang diharapkan adalah tingkat kecemasan klien dapat terkendali, yang ditandai dengan kemampuan klien mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan tanda-tanda vital yang kembali normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kecemasan, seperti pengkajian, pemberian informasi, pelatihan teknik relaksasi, dukungan emosional, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 19320 | 05 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol pada skala nyeri 1-3 dari skala 0-10.
2. Kenyamanan Meningkat: Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kenyamanan yang meningkat, seperti rileks, tenang, dan dapat beristirahat dengan baik.
3. Kepuasan Terhadap Penanganan Nyeri: Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap penanganan nyeri yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri).
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kecemasan, ketakutan, dan stres.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker, fisioterapis, dan lain-lain) untuk menentukan terapi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Lakukan intervensi farmakologis sesuai dengan resep dokter.
- Monitor efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan evaluasi secara berkala.
2. Peningkatan Kenyamanan:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
- Fasilitasi istirahat yang cukup.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi faktor-faktor yang mengganggu kenyamanan, seperti masalah tidur atau gangguan psikologis.
3. Dukungan Emosional:
- Berikan empati dan dukungan emosional kepada pasien.
- Identifikasi dan bantu pasien mengatasi kecemasan, ketakutan, atau stres yang berkaitan dengan nyeri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu nyeri terkontrol, kenyamanan meningkat, dan kepuasan terhadap penanganan nyeri. -
Article No. 19262 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien korban kecelakaan lalu lintas dengan fraktur femur dextra pasien mengatakan nyeri pada paha sebelah kanan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dipaparkan, maka diagnosis dan kode terkait adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S72.40
- Deskripsi: Fraktur tertutup pada bagian tengah femur, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.15
- Deskripsi: Pembedahan terbuka untuk fraktur femur, termasuk pemasangan internal fiksasi seperti pin, sekrup, atau plat.
Penjelasan:
Pasien ini mengalami fraktur femur dextra (kanan) akibat kecelakaan lalu lintas. Kode ICD-10 S72.40 digunakan untuk menggambarkan fraktur tertutup pada bagian tengah femur, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pada kasus ini, intervensi medis yang umum dilakukan adalah pembedahan terbuka untuk fraktur femur, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 79.15. -
Article No. 19263 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien korban kecelakaan lalu lintas dengan fraktur femur dextra pasien mengatakan nyeri pada paha sebelah kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan kondisi pasien korban kecelakaan lalu lintas dengan fraktur femur dextra adalah:
1. Nyeri Akut
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Kode SDKI: 00085
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan mandiri pada tubuh atau salah satu bagian tubuh.
3. Risiko Cedera
- Kode SDKI: 00218
- Definisi: Rentan terhadap cedera fisik yang dapat memengaruhi kesehatan.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan/risiko untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan untuk masing-masing luaran keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan kriteria intervensi untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 19264 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan sesak napas sejak tadi pagi,batuk sejak sebulan yang lalu,mual muntah+
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada tingkat normal.
Karakteristik Definisi:
- Pasien mengeluh sesak napas
- Adanya batuk yang berlangsung lama
- Mual dan muntah yang dapat mengganggu kemampuan untuk bernapas secara efektif
2. Risiko Aspirasi
Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, makanan, benda padat, atau sekresi ke dalam saluran pernapasan.
Karakteristik Definisi:
- Adanya mual dan muntah yang dapat menyebabkan aspirasi
- Batuk kronis yang dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan meningkatkan risiko aspirasi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen
- Pasien melaporkan napas yang lebih lega
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Pasien tidak mengalami episode aspirasi
- Pasien tidak mengalami infeksi saluran pernapasan akibat aspirasi
- Pasien mampu menelan dengan aman
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan pasien
- Memposisikan pasien dengan posisi yang nyaman untuk pernapasan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Melakukan suction jika diperlukan
2. Manajemen Mual dan Muntah
- Mengevaluasi penyebab mual dan muntah
- Memberikan antiemetik sesuai resep
- Mengatur pola makan dan diet pasien
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
3. Pencegahan Aspirasi
- Memantau tanda-tanda aspirasi
- Mengatur posisi pasien saat makan dan minum
- Memberikan makanan dan cairan sesuai kemampuan menelan pasien
- Mengajarkan teknik menelan yang aman
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Pasien mengalami sesak napas, batuk lama, dan mual muntah, yang menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas dan risiko aspirasi. Gangguan pertukaran gas terjadi karena ketidakmampuan pasien untuk melakukan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida secara efektif, yang ditunjukkan oleh keluhan sesak napas dan batuk. Risiko aspirasi terjadi karena adanya mual dan muntah yang dapat menyebabkan masuknya cairan atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pertukaran gas pasien dapat membaik, yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen, keluhan napas yang lebih lega, dan peningkatan toleransi aktivitas. Selain itu, diharapkan tidak terjadi aspirasi, yang ditandai dengan tidak adanya episode aspirasi, infeksi saluran pernapasan akibat aspirasi, dan pasien mampu menelan dengan aman.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi manajemen jalan napas, manajemen mual dan muntah, serta pencegahan aspirasi. Manajemen jalan napas dilakukan untuk memantau status pernapasan, memberikan oksigen, dan melakukan suction jika diperlukan. Manajemen mual dan muntah dilakukan untuk mengevaluasi penyebab, memberikan antiemetik, dan mengatur pola makan. Pencegahan aspirasi dilakukan dengan memantau tanda-tanda aspirasi, mengatur posisi pasien, dan mengajarkan teknik menelan yang aman.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pengelolaan gangguan pertukaran gas dan pencegahan aspirasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan pertukaran gas dan tidak terjadi aspirasi. -
Article No. 19265 | 04 Jul 2025
Klinis : Suhu 38,1 Ada riwayat kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu suhu 38,1 °C dan adanya riwayat kejang, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
- Kode SDKI: 00007
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
Penjelasan Singkat:
Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, trauma, atau kondisi lainnya. Hipertermia perlu diatasi untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh
- Kode SLKI: 00006
- Definisi: Tingkat suhu tubuh yang dipertahankan dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Kode SIKI: 00007
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Selain itu, mengingat adanya riwayat kejang, dapat dipertimbangkan untuk menambahkan diagnosa keperawatan lain, yaitu:
2. Risiko Kejang
- Kode SDKI: 00155
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak terkontrol dan berulang.
Penjelasan Singkat:
Risiko Kejang merupakan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kejang, seperti riwayat kejang sebelumnya. Perawatan yang tepat diperlukan untuk mencegah dan mengelola kejang.
Luaran Keperawatan (SLKI):
2. Kontrol Kejang
- Kode SLKI: 00076
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan aktivitas listrik otak yang tidak terkontrol dan berulang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
2. Manajemen Kejang
- Kode SIKI: 00155
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah dan mengelola kejang.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan disampaikan. -
Article No. 19266 | 04 Jul 2025
Klinis : bayi usia 11 hari diruang nicu lahir prematur pada usia kehamilan 28-29 minggu, pasien dalam inkubator dan menggunakan ventilator cpap, peep 5 fio2 21% retraksi ringan dan dengan berat badan lahir 715
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi bayi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk bayi usia 11 hari di ruang NICU dengan kondisi lahir prematur usia kehamilan 28-29 minggu, berada dalam inkubator dan menggunakan ventilator CPAP dengan PEEP 5, FiO2 21%, serta retraksi ringan dan berat badan lahir 715 gram adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan saluran napas terbuka untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Surfaktan tidak adekuat, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen yang adekuat ke jaringan.
Penyebab: Proses penyakit, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, gangguan perfusi.
3. Risiko Hipotermia
Definisi: Berisiko mengalami suhu tubuh di bawah rentang normal.
Faktor Risiko: Prematuritas, lingkungan yang tidak hangat, gangguan kontrol suhu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
- Jalan napas paten
- Tidak ada sianosis
- Pernapasan spontan dan efektif
- Bunyi napas bersih
2. Perfusi Jaringan Adekuat
Kriteria hasil:
- Kualitas denyut nadi adekuat
- Tekanan darah dalam batas normal
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda syok
3. Tidak Terjadi Hipotermia
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak terjadi menggigil
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, retraksi)
- Pertahankan posisi tidur yang tepat (posisi semi-Fowler)
- Lakukan suction dengan hati-hati untuk membersihkan jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian surfaktan
- Pantau dan atur parameter ventilator (PEEP, FiO2)
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi cairan dan obat-obatan
- Pantau input dan output cairan
- Lakukan perawatan inkubator untuk menjaga suhu dan kelembaban
3. Risiko Hipotermia
- Pertahankan suhu inkubator dalam rentang normal
- Pantau suhu tubuh bayi secara berkala
- Kenakan pakaian atau selimut yang sesuai untuk menjaga kehangatan
- Hindari paparan lingkungan yang dingin
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi penghangatan jika diperlukan
Penjelasan ini didasarkan pada kondisi klinis bayi yang Anda paparkan dan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk bayi tersebut. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang masih kurang jelas.