Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12152 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.9
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopis sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.9 (Tuberkulosis paru, tidak dispesifikasi) digunakan untuk menggambarkan kondisi tuberkulosis paru pada pasien pria usia 45 tahun dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta ditemukannya lesi di paru pada pemeriksaan rontgen.
Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan mikroskopis sputum untuk bakteri tuberkulosis) merupakan prosedur yang mungkin dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru, yaitu dengan pemeriksaan mikroskopis sputum untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru biasanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pemeriksaan bakteriologis, tes sensitivitas obat, dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis definitif dan merencanakan pengobatan yang sesuai. -
Article No. 12153 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang diminta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Karakteristik: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, kesulitan bernafas, bunyi napas bronkial.
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik: Sesak napas, letih, lemah, gangguan nafsu makan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator:
1) Batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
2) Tidak ada suara napas abnormal
3) Tidak ada sianosis
4) Frekuensi napas dalam batas normal
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator:
1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas
2) Tidak ada keluhan kelelahan saat beraktivitas
3) Nafsu makan membaik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Memantau status pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Memberikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Melakukan suction bila diperlukan
- Mempertahankan posisi yang memfasilitasi ekspansi paru
b. Intoleransi Aktivitas
- Memantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas
- Memberikan asuhan keperawatan yang membantu memulihkan energi (istirahat yang cukup, diet bergizi)
- Mengajarkan teknik manajemen energi (pembagian aktivitas, istirahat yang cukup)
- Memberikan dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan peningkatan toleransi aktivitas, sehingga dapat mendukung pemulihan kondisi pasien dengan diagnosa tuberkulosis paru. -
Article No. 12154 | 12 Feb 2025
Klinis : Klien mengatakan pusing dan badannya lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak pasien yang terhormat. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu pusing dan badan terasa lemas, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan ketidakstabilan aktivitas fisik.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Elektrolit adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan komposisi dan konsentrasi normal elektrolit dalam cairan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian cairan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Pengaturan aktivitas sesuai toleransi pasien
4. Edukasi tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan elektrolit.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 12155 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut seperti menyesak, ada riwayat sakit magh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pasien datang dengan keluhan sakit perut seperti menyesak dan memiliki riwayat sakit maag, maka Diagnosa Keperawatan yang dapat diterapkan adalah:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan.
- Gejala khas: Pasien mengeluhkan rasa sakit pada perut yang terasa seperti menyesak.
2. Gangguan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Gejala khas: Pasien memiliki riwayat sakit maag yang dapat mempengaruhi asupan makanan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons pasien terhadap masalah kesehatan.
- Terdiri dari definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang menyebabkan diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional.
Dalam konteks kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12156 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut seperti menyesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda jabarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Pasien mendemonstrasikan perilaku untuk mengatasi nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Distraksi
Dengan tone akademis, persona pakar, dan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit perut seperti menyesak, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah nyeri akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan terapi distraksi untuk membantu pasien mengatasi nyeri yang dirasakan. -
Article No. 12157 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan riwayat pijat kaki sampe 5 orang dan mengatakan tidak tau bagaimana cara mengobatinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan integritas kulit. Kondisi ini terjadi akibat paparan trauma atau cedera pada kaki pasien yang disebabkan oleh aktivitas pijat yang dilakukan oleh beberapa orang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan integritas kulit didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa, yang merupakan hasil dari faktor internal dan/atau eksternal. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari perawatan pasien dengan gangguan integritas kulit adalah tercapainya pemulihan integritas kulit, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan integritas kulit pada pasien ini meliputi:
1. Perawatan luka: Membersihkan, mendebridan, dan menutup luka dengan balutan yang sesuai.
2. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik dan menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit.
3. Edukasi dan konseling: Mengajarkan pasien tentang perawatan kulit yang tepat dan pencegahan infeksi.
4. Pemantauan tanda-tanda vital dan komplikasi.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Kami akan melakukan penilaian yang komprehensif, memberikan perawatan yang sesuai, dan melibatkan pasien dalam proses pemulihan. -
Article No. 12158 | 12 Feb 2025
Klinis : 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi HMPV
Definisi: Rentan terhadap masuknya dan multiplikasi organisme patogen (HMPV) yang dapat mengakibatkan penyakit, yang dapat diidentifikasi dan dapat dikurangi.
Faktor Risiko:
a. Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan dan penularan HMPV
b. Kurangnya upaya promotif dan preventif dari pihak terkait (dinas kesehatan)
c. Keterbatasan dana untuk melakukan upaya pencegahan
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Definisi: Tindakan individu yang tidak konsisten untuk mempertahankan kondisi kesehatan.
Faktor Berhubungan:
a. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan
b. Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tangan dan menjaga jarak fisik
c. Kebiasaan warga untuk berkumpul dan mengakses tempat umum tanpa menerapkan protokol
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan: Pencegahan Penularan HMPV
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang cara mencegah penularan HMPV.
Kriteria hasil:
a. Individu dapat menjelaskan cara penularan HMPV
b. Individu dapat menjelaskan tindakan pencegahan penularan HMPV
c. Individu dapat menjelaskan pentingnya penerapan protokol kesehatan
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Definisi: Tindakan yang dilakukan individu untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatannya.
Kriteria hasil:
a. Individu dapat menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah
b. Individu dapat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda
c. Individu dapat menerapkan physical distancing saat berinteraksi dengan orang lain
d. Individu dapat menghindari penggunaan tempat umum atau ibadah saat pandemi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Pencegahan Penularan HMPV
Definisi: Memberikan informasi dan penjelasan kepada individu atau kelompok tentang cara mencegah penularan HMPV.
Aktivitas:
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang HMPV, termasuk pengertian, cara penularan, dan tindakan pencegahan
b. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penularan HMPV
c. Memfasilitasi pemasangan media informasi (poster, spanduk) tentang pencegahan HMPV di tempat umum
2. Fasilitasi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Definisi: Membantu individu atau kelompok untuk melakukan tindakan dalam mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatannya.
Aktivitas:
a. Mendorong penggunaan masker saat beraktivitas di luar rumah
b. Memfasilitasi penyediaan sarana cuci tangan di tempat umum
c. Mendorong penerapan physical distancing saat berinteraksi dengan orang lain
d. Mendorong pembatasan akses ke tempat umum atau ibadah selama pandemi
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi HMPV dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Pengetahuan: Pencegahan Penularan HMPV dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Edukasi Pencegahan Penularan HMPV dan Fasilitasi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan. Semua intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan perilaku masyarakat dalam mencegah penularan HMPV selama pandemi. -
Article No. 12159 | 12 Feb 2025
Klinis : tuliskan 3 diagnosa keperawatan 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 3 diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi tersebut:
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV
Definisi: Kurangnya informasi atau pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat mengenai pencegahan dan penularan HMPV.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV
Definisi: Tindakan atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan penularan HMPV.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai
Definisi: Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung perilaku cuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan HMPV di lingkungan masyarakat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penularan HMPV.
- Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan penularan HMPV.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Meningkatnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan HMPV (penggunaan masker, physical distancing, cuci tangan).
- Menurunnya frekuensi kegiatan yang melibatkan kerumunan massa.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Tersedianya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat-tempat umum atau titik kumpul masyarakat.
- Meningkatnya perilaku cuci tangan di kalangan masyarakat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Edukasi kesehatan tentang pencegahan dan penularan HMPV.
- Penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik, atau kampanye.
- Kolaborasi dengan pemangku kepentingan (RT, dinas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Konseling dan monitoring kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
- Advokasi kepada pihak terkait (RT, pemerintah daerah) untuk mendukung penerapan protokol kesehatan.
- Pemberian insentif atau penghargaan bagi masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Peningkatan koordinasi dengan pihak RT, pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan di tempat-tempat umum.
- Pemberian edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas cuci tangan yang tersedia.
- Pengadaan sarana cuci tangan portable di titik-titik strategis.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Definisi: Kurangnya informasi atau pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat mengenai pencegahan dan penularan HMPV. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ketua RT bahwa masih banyak warga yang belum paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV.
- Luaran/Output: Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penularan HMPV, serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan penularan HMPV.
- Intervensi Keperawatan: Edukasi kesehatan tentang pencegahan dan penularan HMPV, penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik, atau kampanye, serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan (RT, dinas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Definisi: Tindakan atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan penularan HMPV. Hal ini ditunjukkan oleh data survei yang menunjukkan banyak warga yang tidak menggunakan masker, tidak melakukan cuci tangan, dan tidak menerapkan physical distancing.
- Luaran/Output: Meningkatnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan HMPV (penggunaan masker, physical distancing, cuci tangan), serta menurunnya frekuensi kegiatan yang melibatkan kerumunan massa.
- Intervensi Keperawatan: Konseling dan monitoring kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, advokasi kepada pihak terkait (RT, pemerintah daerah) untuk mendukung penerapan protokol kesehatan, serta pemberian insentif atau penghargaan bagi masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Definisi: Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung perilaku cuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan HMPV di lingkungan masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat-tempat di mana warga sering berkumpul.
- Luaran/Output: Tersedianya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat-tempat umum atau titik kumpul masyarakat, serta meningkatnya perilaku cuci tangan di kalangan masyarakat.
- Intervensi Keperawatan: Peningkatan koordinasi dengan pihak RT, pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan di tempat-tempat umum, pemberian edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas cuci tangan yang tersedia, serta pengadaan sarana cuci tangan portable di titik-titik strategis. -
Article No. 12160 | 12 Feb 2025
Klinis : tuliskan diagnosa dan prioritas diagnosa keperawatannya minimal 3: 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
c. Risiko penularan HMPV
2. Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
- SDKI: Pengetahuan Kurang
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan
- SIKI: Edukasi Kesehatan
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
- SDKI: Perilaku Kesehatan Kurang
- SLKI: Peningkatan Perilaku Kesehatan
- SIKI: Promosi Kesehatan
c. Risiko penularan HMPV
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan Kasus Penyakit Menular
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
c. Risiko penularan HMPV
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang paling prioritas adalah "Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)" karena pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan dan penularan HMPV merupakan faktor kunci yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan risiko penularan HMPV. Oleh karena itu, fokus utama intervensi keperawatan harus ditujukan pada peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai HMPV. -
Article No. 12161 | 12 Feb 2025
Klinis : HIPERTERMIA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyajikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Hipertermia, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu atau peningkatan produksi panas.
SDKI:
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Batasan Karakteristik:
1. Suhu tubuh > 38°C
2. Kulit hangat
3. Wajah tampak kemerahan
4. Berkeringat
5. Nadi cepat
6. Pernapasan cepat
SLKI:
Kode: 10015
Judul: Termoregulasi Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Kulit berwarna normal
3. Tidak ada tanda-tanda hipertermia
SIKI:
Kode: 00592
Judul: Manajemen Hipertermia
Definisi: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas batas normal.
Aktivitas Keperawatan:
1. Monitor suhu tubuh secara teratur
2. Berikan cairan intravenous yang cukup
3. Kompres hangat pada dahi, leher, dan ketiak
4. Kurangi jumlah pakaian atau selimut
5. Tingkatkan asupan cairan oral
6. Observasi tanda-tanda dehidrasi
7. Berikan antipiretik sesuai resep
Dengan demikian, diagnosa keperawatan, definisi, dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Hipertermia telah saya sampaikan. Jika ada pertanyaan lain, silakan diajukan.