Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12206 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien mual, perut kembung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Asupan Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu mual dan perut kembung, dapat diidentifikasi adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi. Pasien kemungkinan tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya secara adekuat, sehingga perlu intervensi keperawatan untuk mencegah malnutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Asupan Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, tidak mengalami malnutrisi, dan memiliki status gizi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Nutrisi, Manajemen Mual, Pengaturan Pola Makan, Pemantauan Asupan Nutrisi, dan Edukasi Gizi. -
Article No. 12207 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien mual, perut kembung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien mual dan perut kembung:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
a. Mual (Nausea)
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
b. Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, durasi, jumlah, konsistensi, atau karakteristik lain dari pengeluaran tinja atau gas.
Kedua diagnosa tersebut sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami mual dan perut kembung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Untuk Diagnosa Mual (Nausea):
- Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mual.
- Pasien dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi mual.
b. Untuk Diagnosa Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired):
- Pasien melaporkan penurunan keluhan perut kembung.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola eliminasi gastrointestinal.
- Pasien dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengembalikan pola eliminasi gastrointestinal yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Diagnosa Mual (Nausea):
- Lakukan pengkajian komprehensif tentang mual, termasuk frekuensi, durasi, faktor pemicu, dan efek terhadap aktivitas.
- Identifikasi dan minimalisasi faktor-faktor pemicu mual, seperti obat-obatan, nyeri, stres, atau makanan tertentu.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis (misalnya antiemetik) jika diperlukan.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengurangi mual, seperti makanan ringan, minuman hangat, atau es batu.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi mual.
b. Untuk Diagnosa Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired):
- Lakukan pengkajian komprehensif tentang pola eliminasi gastrointestinal, termasuk frekuensi, konsistensi, dan karakteristik tinja.
- Identifikasi dan minimalisasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola eliminasi, seperti diet, aktivitas, atau penggunaan obat-obatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis (misalnya laksatif atau antikolinergik) jika diperlukan.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu memulihkan pola eliminasi yang normal, seperti makanan kaya serat, air, atau probiotik.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi perut kembung, seperti melakukan latihan fisik ringan atau mengonsumsi makanan yang dapat mengurangi produksi gas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berfokus pada upaya untuk mengatasi keluhan mual dan perubahan eliminasi gastrointestinal pasien, serta membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk memberikan intervensi yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 12208 | 13 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus diabetes mellitus tipe 2 pada Tn. Y.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sesuai dengan diet DM.
2. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah.
3. Resiko Hiperglikemia berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif.
4. Risiko Jatuh berhubungan dengan pusing dan gangguan keseimbangan.
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai manajemen diabetes mellitus.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan diet DM.
- Pasien dapat menjaga berat badan dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan: Serebral
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat mempertahankan status mental yang baik.
3. Kontrol Kadar Glukosa Darah
- Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengelola regimen terapeutik diabetes mellitus dengan efektif.
4. Pencegahan Jatuh
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang baik.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor risiko jatuh.
5. Pengetahuan: Manajemen Diabetes Mellitus
- Pasien dapat menjelaskan definisi, penyebab, dan komplikasi diabetes mellitus.
- Pasien dapat menjelaskan manajemen diabetes mellitus yang tepat, termasuk diet, aktivitas, dan pengobatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Kaji status nutrisi dan pola makan pasien.
- Berikan edukasi tentang diet DM yang sesuai, meliputi jumlah, jenis, dan jadwal makan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau asupan dan berat badan pasien secara berkala.
2. Perfusi Jaringan: Serebral
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Pantau status mental dan tingkat kesadaran pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
- Berikan intervensi untuk menjaga perfusi serebral yang optimal.
3. Kontrol Kadar Glukosa Darah
- Pantau kadar glukosa darah pasien secara teratur.
- Berikan edukasi tentang manajemen regimen terapeutik DM, termasuk pengobatan, diet, dan aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengelolaan diabetes mellitus.
- Motivasi pasien untuk patuh dalam menjalankan regimen terapeutik.
4. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan keseimbangan dan mobilitas pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah risiko jatuh.
5. Peningkatan Pengetahuan: Manajemen Diabetes Mellitus
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang diabetes mellitus.
- Berikan edukasi tentang definisi, penyebab, komplikasi, dan manajemen diabetes mellitus.
- Gunakan media edukasi yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman pasien.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung manajemen diabetes mellitus.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien Tn. Y dengan diabetes mellitus tipe 2. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 12209 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien sulit beraktivitas post orif femur, masih terasa nyeri saat bergerak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan sulit beraktivitas post operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) femur dan masih terasa nyeri saat bergerak adalah "Pergerakan Terbatas" (Impaired Physical Mobility). Diagnosa ini mencerminkan keterbatasan dalam kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan yang disebabkan oleh nyeri dan status fungsional yang terganggu akibat prosedur operasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Pasien dapat melakukan mobilisasi secara bertahap dan meningkatkan rentang gerak sendi (Range of Motion/ROM) dengan tingkat nyeri yang terkontrol.
2. Pasien dapat mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living/ADL) sesuai dengan kemampuannya.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri saat beraktivitas.
4. Pasien dan keluarga dapat menunjukkan pemahaman yang baik tentang proses pemulihan, program rehabilitasi, dan strategi untuk mencegah komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, durasi, dll.)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik non-farmakologis manajemen nyeri (distraksi, relaksasi, kompres dingin/hangat, dll.)
- Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Kaji kemampuan pergerakan dan rentang gerak sendi pasien
- Berikan latihan ROM aktif dan pasif secara bertahap sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan dan damping pasien dalam melakukan latihan ambulasi dan transfer dengan alat bantu (walker, kruk, dll.)
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai
3. Peningkatan Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari (ADL)
- Kaji tingkat kemandirian pasien dalam melakukan ADL (mandi, berpakaian, toileting, makan, dll.)
- Ajarkan dan damping pasien dalam melakukan ADL dengan modifikasi alat bantu jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam proses pelatihan dan dukungan ADL pasien
4. Edukasi dan Konseling
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses pemulihan, program rehabilitasi, dan pencegahan komplikasi
- Diskusikan ekspektasi dan strategi untuk mencapai tujuan pemulihan yang realistis
- Berikan konseling psikologis untuk meningkatkan motivasi dan manajemen stres pasien
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien selama proses pemulihan. -
Article No. 12210 | 13 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Etiologi: Pola makan yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan tentang diet diabetes, konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula.
2. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, pola makan yang tidak tepat, kurangnya aktivitas fisik.
3. Defisit Perawatan Diri
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau mengelola perawatan diri (pemeliharaan kesehatan, kebersihan, dan keamanan) secara mandiri.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, kurangnya motivasi untuk melakukan perawatan diri.
4. Risiko Komplikasi
Definisi: Rentan mengalami komplikasi terkait penyakit diabetes mellitus.
Etiologi: Kurangnya kontrol terhadap kadar glukosa darah, adanya komplikasi yang sudah terjadi (hipertrofi otot jantung).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan dan rekomendasi diet diabetes.
- Pasien dapat mengelola berat badan sesuai target.
2. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengenali dan mengatasi episode hipoglikemia atau hiperglikemia.
3. Perawatan Diri yang Efektif
- Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait manajemen diabetes secara mandiri.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku hidup sehat sesuai rekomendasi.
4. Pencegahan Komplikasi
- Pasien dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi diabetes.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan tanda-tanda komplikasi diabetes.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan riwayat diet pasien.
- Edukasi tentang diet diabetes yang sesuai.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Monitoring asupan nutrisi dan berat badan pasien.
2. Manajemen Kadar Glukosa Darah
- Kaji pemahaman pasien tentang diabetes dan manajemen kadar glukosa darah.
- Edukasi tentang pemantauan kadar glukosa darah dan pengenalan tanda-tanda hipo/hiperglikemia.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi obat antidiabetes.
- Monitoring kadar glukosa darah secara berkala.
3. Promosi Perawatan Diri
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri terkait diabetes.
- Edukasi tentang perawatan diri yang tepat, seperti perawatan kaki, pemantauan kadar glukosa, dan pengobatan.
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri.
- Monitoring kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri.
4. Pencegahan Komplikasi
- Kaji adanya tanda-tanda komplikasi diabetes pada pasien.
- Edukasi tentang komplikasi diabetes dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan tatalaksana komplikasi.
- Monitoring perkembangan kondisi pasien dan deteksi dini komplikasi.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. -
Article No. 12211 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien sulit beraktivitas post orif femur, masih terasa nyeri saat bergerak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang sulit beraktivitas post operasi internal fiksasi (ORIF) femur, masih terasa nyeri saat bergerak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hambatan Mobilitas Fisik (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, koordinasi, atau fleksibilitas.
- Karakteristik Mayor: Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, penurunan rentang gerak, dan nyeri saat bergerak.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan nyeri yang dialami pasien.
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien sehingga dapat meningkatkan mobilitas fisik.
- Aktivitas: Pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri, dan teknik nonfarmakologis.
2. Mobilisasi (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan.
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik pasien.
- Aktivitas: Latihan rentang gerak, latihan penggunaan alat bantu, dan edukasi aktivitas sehari-hari.
3. Perawatan Pasca Operasi (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pemulihan pasien setelah prosedur operasi.
- Tujuan: Memfasilitasi pemulihan pasien pascaoperasi ORIF femur.
- Aktivitas: Pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka operasi, dan rehabilitasi fisik.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk menangani hambatan mobilitas fisik pada pasien post ORIF femur, sehingga dapat meningkatkan pemulihan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12212 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien penurunan kesadaran post kll dengan ckb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat (CKB).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan penurunan kesadaran post CKB adalah Gangguan Perfusi Jaringan Serebral. Kondisi ini ditandai dengan adanya penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan disfungsi saraf dan penurunan kesadaran. Diagnosa ini mencerminkan perubahan fisiologis yang terjadi akibat cedera kepala berat.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mempertahankan Fungsi Serebral: Pasien menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran dan kemampuan respon terhadap lingkungan, serta tidak mengalami komplikasi neurologis lanjut.
2. Mempertahankan Pertukaran Gas: Pasien mempertahankan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah sesuai nilai normal.
3. Mempertahankan Perfusi Serebral: Pasien mempertahankan tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam rentang normal, serta tidak mengalami edema serebral.
4. Mencegah Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi seperti infeksi, aspirasi, dan perdarahan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Neurologi: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial secara berkala.
2. Manajemen Oksigenasi: Mempertahankan oksigenasi yang adekuat melalui pemberian oksigen, pengaturan posisi, dan suction jika diperlukan.
3. Manajemen Perfusi: Mempertahankan perfusi serebral yang adekuat melalui pengaturan posisi, pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan vasoaktif jika diperlukan.
4. Pencegahan Komplikasi: Melakukan tindakan pencegahan komplikasi seperti perawatan luka, perawatan jalan napas, dan pemberian nutrisi enteral.
5. Edukasi dan Dukungan Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien, prognosis, dan peran keluarga dalam perawatan.
Penjelasan di atas didasarkan pada pendekatan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada upaya mempertahankan fungsi serebral, perfusi jaringan, dan pencegahan komplikasi. Tujuan akhirnya adalah untuk memaksimalkan pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12213 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien penurunan kesadaran post kll dengan ckb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian penjelasan yang diminta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat (CKB), diagnosa keperawatan yang sesuai sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan/atau nutrisi ke otak.
Faktor yang Berhubungan: Cedera kepala berat.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut sesuai Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Perfusi Serebral Membaik
Kriteria Hasil:
a. Tekanan intrakranial membaik
b. Fungsi motorik membaik
c. Fungsi sensorik membaik
d. Tingkat kesadaran membaik
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Mencegah dan mengelola peningkatan tekanan intrakranial.
Aktivitas:
a. Kaji tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
b. Posisikan kepala pasien elevasi 30 derajat
c. Lakukan hiperventilasi terkontrol
d. Berikan obat-obatan penurun tekanan intrakranial sesuai instruksi medis
e. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen Penurunan Kesadaran
Definisi: Mencegah dan mengelola penurunan kesadaran.
Aktivitas:
a. Kaji tingkat kesadaran pasien secara berkala
b. Pertahankan jalan napas pasien tetap terbuka
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan lebih lanjut
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika masih ada yang belum jelas. -
Article No. 12214 | 13 Feb 2025
Klinis : Penampilan Klinis Pasien: Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan sesak napas - Pasien mengatakan badan lemas - Pasien mengatakan badannya gemetar Do: - TD 138/114, nadi 120, RR 30, suhu 36.2 Saturasi roomair 91% saturasi nk 3 lpm 97% - Pasien tampak tremor Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: - Hb 8.6 g/dL L 11.7-15.5 - Hematokrit 26% L 35-47 - Trombosit 864 10^3/UL H 150-440 - Eritrosit 3.42 10^6/uL L 3.80-5.20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, peningkatan frekuensi napas, saturasi oksigen menurun.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Karakteristik Definisi: Pasien mengeluh badan lemas, tremor, peningkatan denyut jantung.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan asam-basa yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
Karakteristik Definisi: Hematokrit menurun, trombosit meningkat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas
- Pasien melaporkan peningkatan energi
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
- Nilai laboratorium elektrolit, hematokrit, dan trombosit dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Lakukan suction bila perlu
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan perawatan lanjut
2. Intoleransi Aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai
- Berikan dukungan emosional dan edukasi pada pasien dan keluarga
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- Monitor input dan output cairan
- Lakukan pemantauan laboratorium secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Evaluasi secara kontinyu untuk mencegah komplikasi
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas, badan lemas, gemetar, serta adanya gangguan nilai laboratorium seperti penurunan hemoglobin, hematokrit, dan peningkatan trombosit. Hal ini menunjukkan adanya kondisi klinis yang mengancam, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang komprehensif.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Ketidakseimbangan Cairan. Masing-masing diagnosa memiliki karakteristik definisi yang sesuai dengan data yang diperoleh dari pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup:
1. Pola Napas Efektif, dengan kriteria hasil yang menunjukkan perbaikan status pernapasan pasien.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat, dengan kriteria hasil yang menunjukkan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara, dengan kriteria hasil yang menunjukkan stabilitas nilai laboratorium dan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi:
1. Pola Napas Tidak Efektif: Memantau status pernapasan, memberikan oksigen, mengajarkan teknik pernapasan, melakukan suction jika perlu, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Intoleransi Aktivitas: Memantau tanda-tanda vital, mengatur aktivitas sesuai toleransi, memberikan istirahat yang cukup, berkolaborasi dengan fisioterapis, serta memberikan dukungan emosional dan edukasi.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Memantau input dan output cairan, melakukan pemantauan laboratorium, memberikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, berkolaborasi dengan ahli gizi, serta melakukan evaluasi secara kontinyu.
Intervensi keperawatan yang dilakukan harus berpusat pada pasien, mempertimbangkan kondisi klinis, dan dilakukan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12215 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. P berusia 43 tahun dengan solusio plasenta, beragama Islam sebagai ibu rumah tangga dengan G3 P2 A0. Pasien tinggal di daerah Lajung RT 02/RW 05. Kehamilannya saat ini berusia 37 minggu 5 hari. Suaminya, Tn H berusia 46 tahun, pekerjaan sebagai buruh, Keduanya dari suku Sunda dan beragama Islam. Pasien MRS tanggal 15 Maret 2017, pukul 08.10 WIB. Ny. P mengeluh nyeri perut bagian atas disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalab berwarna kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum kerluar air – air dan ingin meneran, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,7 0 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian Ny. P dirujuk ke RSUD Cibinong. Pasien inpartu kala I fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss. Pada kala II bahwa keadaan umum Ny. P tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit. Pada pemeriksaan genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan Ny. P siap untuk dipimpin persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan 73 74 dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ± 100 cc.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Manajemen nyeri, pengurangan nyeri, pemantauan nyeri
- SIKI: Pengelolaan nyeri, edukasi manajemen nyeri, kolaborasi intervensi analgesik
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital
- SLKI: Manajemen perdarahan, pemantauan perdarahan, kolaborasi intervensi antihemoragik
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pemberian obat oksitosin, kolaborasi tindakan pemberian cairan/darah
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum:
- SDKI: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan
- SLKI: Manajemen infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, kolaborasi terapi antibiotik
- SIKI: Perawatan luka, pencegahan infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan fetal
- SLKI: Pemantauan kesejahteraan janin, manajemen distres janin, kolaborasi intervensi kelahiran
- SIKI: Pemantauan DJJ, intervensi untuk mempertahankan kesejahteraan janin, kolaborasi tindakan kelahiran
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen
- SLKI: Manajemen ventilasi, pemantauan pola napas, kolaborasi pemberian oksigen
- SIKI: Pemberian oksigen, stimulasi pernapasan, kolaborasi intubasi
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan emosional antara ibu dan bayi
- SLKI: Promosi bounding attachment, dukungan peran orangtua, kolaborasi konseling
- SIKI: Fasilitasi kontak kulit, edukasi peran orangtua, kolaborasi konseling bounding attachment