Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12301 | 15 Feb 2025
Klinis : Seorang perempuan, berusia 60 tahun, mengeluh bahwa penglihatan pada mata kanan telah memburuk selama beberapa bulan terakhir. Dia mengatakan bahwa penglihatan menjadi kabur dan sering merasa seperti ada bayangan di bidang penglihatan mata kanannya. Dia juga mengatakan bahwa ia mengalami sakit kepala terutama saat membantu atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan fokus visual. Riwayat kesehatan pasien tersebut memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan diabetes. Ayahnya juga didiagnosis menderita glaukoma pada usia lanjut. Hasil pemeriksaan fisik TD: 150/90 mmHg, HR: 110x/menit, RR: 20 x/menit, Temp: 37oC. Pada pemeriksaan mata didapat tekanan intraokuler mata kanan tercatat 25 mmHg sedangkan mata kiri 14 mmHg, dan terdapat pelebaran cup-disc ratio pada mata kanan. Terapi medis yang telah diberikan yaitu pemberian obat tetes mata untuk menurunkan tekanan intraokular.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular dan perubahan struktur mata (pelebaran cup-disc ratio) yang ditandai dengan penglihatan kabur, bayangan, dan sakit kepala.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Domain: Persepsi-Kognisi
- Kelas: Fungsi Sensori
- Diagnosis Keperawatan: Gangguan Penglihatan
SLKI:
- Domain: Kesehatan Sensori-Perseptual
- Kelas: Fungsi Penglihatan
- Luaran Keperawatan: Fungsi Penglihatan Membaik
SIKI:
- Domain: Fisiologis: Kompleks
- Kelas: Manajemen Penglihatan
- Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tekanan intraokular
2. Pemberian terapi obat tetes mata
3. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit mata dan pentingnya kontrol rutin
Pasien ini memiliki riwayat tekanan darah tinggi, diabetes, dan riwayat keluarga dengan glaukoma, sehingga peningkatan tekanan intraokular pada mata kanan perlu diwaspadai dan dikelola dengan pemberian terapi obat tetes mata untuk menurunkan tekanan intraokular. Selain itu, edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit mata dan pentingnya kontrol rutin sangat penting untuk memantau kondisi dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12302 | 15 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. CARIKAN DIAGNOSA NYA SESUAI BAHASA DIAGNOSA BESERTA LUARAN DAN INTERVENSINYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan sesuai dengan kasus Tn. Y dengan diabetes mellitus tipe II, disertai dengan luaran dan intervensi berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat ditandai dengan penurunan berat badan.
- Luaran: Keseimbangan Nutrisi
- Intervensi: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi, Pemantauan Nutrisi
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang Pengelolaan Diabetes Mellitus.
- Luaran: Stabilitas Kadar Gula Darah
- Intervensi: Manajemen Diabetes, Edukasi Pengelolaan Diabetes, Pemantauan Kadar Gula Darah
3. Aktivitas Intoleransi berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan kebugaran ditandai dengan mudah lelah dan tidak dapat berjalan dengan seimbang.
- Luaran: Toleransi Aktivitas
- Intervensi: Peningkatan Aktivitas, Manajemen Energi, Latihan Fisik
4. Risiko Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus berhubungan dengan Kontrol Glikemik yang Buruk.
- Luaran: Pencegahan Komplikasi Diabetes
- Intervensi: Manajemen Komplikasi Diabetes, Edukasi Pencegahan Komplikasi Diabetes
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur, serta konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak yang berlebihan. Hal ini menyebabkan penurunan berat badan.
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah terjadi karena Tn. Y kurang memahami pengelolaan diabetes mellitus yang baik, seperti diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan.
3. Aktivitas Intoleransi terjadi karena kelemahan fisik dan penurunan kebugaran akibat dari buruknya kontrol glikemik.
4. Risiko Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus terjadi karena kontrol glikemik yang buruk, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti retinopati, nefropati, neuropati, dan kardiovaskular.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi pengelolaan diabetes, konseling gizi, peningkatan aktivitas fisik, pemantauan kadar gula darah, serta pencegahan dan deteksi dini komplikasi diabetes mellitus. -
Article No. 12303 | 15 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. CARIKAN DIAGNOSA NYA SESUAI BAHASA DIAGNOSA BESERTA LUARAN DAN INTERVENSINYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. Y yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan Diri berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang Manajemen Diabetes Mellitus.
- SDKI: Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan Diri
- SLKI: Perilaku Sehat
- SIKI: Edukasi Manajemen Diabetes Mellitus
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan berhubungan dengan Pola Makan yang Tidak Sehat.
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
- SLKI: Status Gizi
- SIKI: Manajemen Diet Diabetes Mellitus
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan Diri berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang Manajemen Diabetes Mellitus:
- Tn. Y tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen diabetes mellitus, seperti pengaturan diet, pemantauan gula darah, dan kepatuhan pengobatan.
- Intervensi keperawatan: Edukasi Manajemen Diabetes Mellitus, meliputi edukasi tentang penyakit, pengaturan diet, pemantauan gula darah, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan berhubungan dengan Pola Makan yang Tidak Sehat:
- Tn. Y memiliki pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi nasi, lauk-pauk, dan gorengan yang berlebihan, serta kurang mengkonsumsi buah-buahan.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Diet Diabetes Mellitus, meliputi edukasi tentang diet yang sesuai untuk diabetes mellitus, pengaturan porsi makan, dan pemilihan makanan yang tepat.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik:
- Tn. Y mengalami gejala yang mengganggu aktivitas, seperti pusing, mual, dan muntah, serta kesulitan berjalan secara seimbang.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Aktivitas, meliputi pengkajian kemampuan aktivitas, pemberian istirahat yang cukup, dan perencanaan aktivitas yang sesuai dengan kondisi Tn. Y.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat, diharapkan Tn. Y dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat, perbaikan status gizi, serta peningkatan kemampuan aktivitas. -
Article No. 12304 | 15 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. CARIKAN DIAGNOSA NYA SESUAI BAHASA DIAGNOSA BESERTA LUARAN DAN INTERVENSINYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kasus Diabetes Mellitus Tipe II pada Tn. Y.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI)
- Definisi: Pola hidup yang tidak sesuai dengan rencana pengobatan/perawatan yang disarankan oleh tenaga kesehatan profesional untuk mencapai tujuan kesehatan yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, regimen pengobatan, dan perawatan diri; Persepsi yang salah tentang penyakit; Kurangnya motivasi untuk mengubah perilaku.
- Luaran (SLKI): Perilaku Kesehatan, Pengetahuan Penyakit, Kontrol Glukosa Darah.
- Intervensi (SIKI): Edukasi Manajemen Penyakit Kronis, Manajemen Diet, Konseling Kesehatan.
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI)
- Definisi: Risiko penurunan atau peningkatan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
- Faktor yang berhubungan: Regimen pengobatan yang tidak adekuat, Ketidakpatuhan dalam menjalankan diet, Kurangnya aktivitas fisik.
- Luaran (SLKI): Kontrol Glukosa Darah, Stabilitas Kadar Glukosa Darah.
- Intervensi (SIKI): Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Edukasi Manajemen Diabetes, Pemberian Insulin/Obat Antidiabetes.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan fisik, ketidakseimbangan, riwayat jatuh.
- Luaran (SLKI): Mobilitas, Kestabilan Tubuh, Risiko Jatuh.
- Intervensi (SIKI): Pelatihan Mobilitas, Pemberian Alat Bantu, Manajemen Lingkungan.
Dalam kasus ini, Tn. Y mengalami kondisi yang tidak terkontrol dengan baik, seperti asupan makanan yang tidak sesuai diet, kurangnya aktivitas fisik, dan ketidakpatuhan dalam pengobatan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang relevan adalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan, Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah, dan Gangguan Mobilitas Fisik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah edukasi manajemen penyakit kronis, manajemen diet, konseling kesehatan, pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin/obat antidiabetes, serta pelatihan mobilitas dan manajemen lingkungan. -
Article No. 12305 | 15 Feb 2025
Klinis : Ny. P, 65 tahun datang ke poli bedah tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kanan terdapat benjolan leher sebelah kanan. Kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang, tidak ada mual muntah, klien tampak meringis kesakitan, klien mengatakan nyeri di daerah leher sebelah kanan, skala nyeri 5, setelah dilakukan pemeriksaaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 C. Tampak ada benjolan besar dibagian leher sebelah kanan, klien tampak pucat. Klien kemudian dirujuk untuk di rawat dalam persiapan operasi. Klien menyatakan cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik baik saja dan bisa pulang. Saat ini klien terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri, hasil Lab: HB : 11,3 g/dl, Hematokrit : 30%, Eritrosit : 3,8 juta /ul, Leukosit : 9.200/ul , Trombosit 200.000/ul. CARIKAN DIAGNOSA NYA SESUAI BAHASA DIAGNOSA BESERTA LUARAN DAN INTERVENSINYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. P yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di leher sebelah kanan.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Cemas berhubungan dengan kondisi kesehatan dan proses pengobatan.
- SDKI: Cemas
- SLKI: Penurunan Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pencegahan Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya benjolan di leher sebelah kanan:
- Luaran: Penurunan Nyeri
- Intervensi: Manajemen Nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, teknik relaksasi, dan edukasi tentang nyeri.
2. Cemas berhubungan dengan kondisi kesehatan dan proses pengobatan:
- Luaran: Penurunan Kecemasan
- Intervensi: Manajemen Kecemasan, seperti diskusi tentang prosedur dan hasil yang diharapkan, teknik relaksasi, dan dukungan emosional.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan:
- Luaran: Pencegahan Perdarahan
- Intervensi: Manajemen Perdarahan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, observasi perdarahan, pengelolaan cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang tepat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam menentukan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. P. Hal ini akan memastikan kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 12307 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan inflamasi saluran napas akibat tuberkulosis paru.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, inflamasi saluran napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, terapi inhalasi, edukasi manajemen batuk efektif.
2. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan hambatan mekanis akibat lesi di paru.
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu pertukaran gas.
- Faktor yang berhubungan: Hambatan mekanis pada saluran napas.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen oksigenasi, manajemen jalan napas, terapi inhalasi, edukasi pernapasan.
3. Penurunan Intake Nutrisi berhubungan dengan anoreksia akibat tuberkulosis paru.
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Asupan makanan dan cairan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen nutrisi, edukasi diet, konseling gizi.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 12308 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan penyakit pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Indikator:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Kedalaman napas dalam batas normal
c. Tidak ada suara napas tambahan
d. Tidak ada sianosis
e. Tidak ada retraksi otot bantu napas
f. Kemampuan batuk efektif
g. Mampu mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Aktivitas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, suara napas tambahan)
b. Auskultasi suara napas dan bunyi tambahan
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Perbanyak intake cairan untuk mencairkan sekret
e. Berikan latihan batuk efektif
f. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
g. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi sesuai kondisi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, sehingga frekuensi dan kedalaman napas dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada tanda-tanda sianosis, tidak ada retraksi otot bantu napas, kemampuan batuk efektif, dan mampu mengeluarkan sekret. Hal ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 12309 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam SMRS. Keluhan disertai dengan badan yang gemetar (+). Keluhan nyeri dada dan sesak nafas disangkal oleh pasien. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. demam (-), batuk (-) RPD: HT (-), DM (-), Maag (+), CHF, MR, TR severe, rutin kontrol poli dr. Yusuf SpJP RPO: Farmasal 1 x 100 mg, Spironolakton 1 x 25 mg, Ivabradine 2 x ½ tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Perubahan dalam parameter fisiologis, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi, yang berada di luar rentang normal dan dapat mengancam kesehatan.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang berasal dari dalam atau luar diri individu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien mengalami perubahan tanda-tanda vital, seperti denyut jantung yang berdebar-debar, yang dapat mengancam kesehatan.
- Kecemasan: Pasien mengalami gejala fisik (gemetar) dan emosional (cemas) yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital, luaran yang diharapkan adalah Stabilitas Tanda-Tanda Vital, dengan indikator seperti frekuensi nadi, tekanan darah, dan respirasi berada dalam rentang normal.
- Untuk Kecemasan, luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kecemasan Menurun, dengan indikator seperti kecemasan pasien berkurang dan tanda-tanda fisiologis kecemasan menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital dapat meliputi Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Jantung, dan Pemberian Obat sesuai resep.
- Intervensi untuk Kecemasan dapat meliputi Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, dan Dukungan Emosional.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, dan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi ketidakstabilan tanda-tanda vital dan kecemasan pasien. -
Article No. 12310 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam SMRS. Keluhan disertai dengan badan yang gemetar (+). Keluhan nyeri dada dan sesak nafas disangkal oleh pasien. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. demam (-), batuk (-) RPD: HT (-), DM (-), Maag (+), CHF, MR, TR severe, rutin kontrol poli dr. Yusuf SpJP RPO: Farmasal 1 x 100 mg, Spironolakton 1 x 25 mg, Ivabradine 2 x ½ tab
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan berdebar-debar, gemetar, dan disertai dengan riwayat penyakit jantung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat penyakit kardiovaskular (CHF, MR, TR severe).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas meningkat, ditandai dengan:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai keluhan berdebar-debar, sesak napas, atau lelah yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital stabil selama melakukan aktivitas.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas untuk mengurangi keluhan saat beraktivitas.
- Monitoring tanda-tanda vital selama aktivitas.
2. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan kepada pasien pentingnya melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk meningkatkan toleransi.
- Ajarkan pasien tentang manajemen gejala, seperti cara mengatasi keluhan berdebar-debar, sesak napas, dan lelah.
- Dorong pasien untuk rutin melakukan kontrol dan mengikuti regimen pengobatan.
3. Manajemen Jantung
- Monitor tanda-tanda vital dan gejala terkait kondisi kardiovaskular pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli jantung) untuk optimalisasi penanganan.
- Bantu pasien dalam manajemen obat-obatan, seperti mengingat jadwal minum obat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena pasien mengalami keluhan berdebar-debar, gemetar, dan riwayat penyakit jantung yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Luaran/output yang diharapkan adalah peningkatan toleransi aktivitas, yang ditandai dengan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan yang berlebihan, stabilnya tanda-tanda vital, dan istirahat yang cukup. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, edukasi kesehatan, dan manajemen jantung untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas dan mengelola gejala yang muncul. -
Article No. 12311 | 15 Feb 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan lemas, mual, perut terasa penuh, kembung Pasien baru dari IGD 14/2/2025 jam 19.00 Pasien tidak makan sejak 1 minggu SMRS. Intake per oral menurun, napsu makan berkurang. Minum masih bisa. Keluhan diawali dengan nyeri perut kanan sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti melilit , penjalaran-, migration of pain -, durasi nyeri 5 menit. Mual-, muntah-. Penurunan BB + 7 kg dalam 6 bulan. Lemas+. BAB BAK dbn. Demam-. Alergi : - RPD: BPH Riw Operasi : post OP TURP dengan dr. Benny sp.U → mengeluh nyeri perut, dilakukan USG prostat, ginjal dan buli tel 6/2/2025, namun hasil belum keluar. RPK : - RPO : Dexketoprofen 2x25mg Urief 2x4mg, Farlosin tab 1x1
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal Berhubungan dengan Penurunan Asupan Makanan
- Definisi: Gangguan fungsi pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan makanan dari saluran gastrointestinal.
- Tanda dan Gejala: Lemas, mual, perut terasa penuh, kembung, penurunan berat badan, nyeri perut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengembalian Fungsi Eliminasi Gastrointestinal
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengatakan nyeri perut berkurang.
b. Pasien dapat mengatakan mual dan kembung berkurang.
c. Pasien dapat mengatakan nafsu makan meningkat.
d. Pasien dapat mengatakan berat badan mulai meningkat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi:
a. Kaji asupan nutrisi pasien.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet.
c. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala.
2. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien.
- Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
3. Manajemen Mual dan Muntah
- Tujuan: Mengurangi mual dan muntah yang dialami pasien.
- Intervensi:
a. Kaji penyebab dan karakteristik mual dan muntah.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering.
d. Berikan terapi kompres hangat pada perut pasien.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Gangguan Eliminasi Gastrointestinal Berhubungan dengan Penurunan Asupan Makanan
- Definisi: Gangguan fungsi pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan makanan dari saluran gastrointestinal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan asupan makanan, obstruksi usus, atau kondisi medis lainnya.
- Tanda dan Gejala: Pada kasus ini, pasien mengeluhkan lemas, mual, perut terasa penuh, kembung, penurunan berat badan, dan nyeri perut. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada eliminasi gastrointestinal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Pengembalian Fungsi Eliminasi Gastrointestinal
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengatakan nyeri perut berkurang. Hal ini menunjukkan perbaikan pada kondisi gastrointestinal.
b. Pasien dapat mengatakan mual dan kembung berkurang. Ini menunjukkan perbaikan fungsi pencernaan.
c. Pasien dapat mengatakan nafsu makan meningkat. Ini menunjukkan peningkatan asupan nutrisi.
d. Pasien dapat mengatakan berat badan mulai meningkat. Ini menunjukkan perbaikan status nutrisi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi:
a. Kaji asupan nutrisi pasien untuk mengetahui penyebab penurunan berat badan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi agar dapat memulihkan status nutrisinya.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala untuk memantau efektivitas intervensi.
- Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien.
- Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien, seperti lokasi, intensitas, durasi, dan pola nyeri.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
- Manajemen Mual dan Muntah
- Tujuan: Mengurangi mual dan muntah yang dialami pasien.
- Intervensi:
a. Kaji penyebab dan karakteristik mual dan muntah yang dialami pasien.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik yang sesuai.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering untuk mengurangi mual.
d. Berikan terapi kompres hangat pada perut pasien untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pengembalian fungsi eliminasi gastrointestinal, sehingga nyeri perut, mual, dan kembung dapat berkurang, nafsu makan meningkat, dan berat badan mulai meningkat.