Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12307 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan inflamasi saluran napas akibat tuberkulosis paru.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, inflamasi saluran napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, terapi inhalasi, edukasi manajemen batuk efektif.
2. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan hambatan mekanis akibat lesi di paru.
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu pertukaran gas.
- Faktor yang berhubungan: Hambatan mekanis pada saluran napas.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen oksigenasi, manajemen jalan napas, terapi inhalasi, edukasi pernapasan.
3. Penurunan Intake Nutrisi berhubungan dengan anoreksia akibat tuberkulosis paru.
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Asupan makanan dan cairan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen nutrisi, edukasi diet, konseling gizi.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 12308 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan penyakit pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Indikator:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Kedalaman napas dalam batas normal
c. Tidak ada suara napas tambahan
d. Tidak ada sianosis
e. Tidak ada retraksi otot bantu napas
f. Kemampuan batuk efektif
g. Mampu mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Aktivitas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, suara napas tambahan)
b. Auskultasi suara napas dan bunyi tambahan
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Perbanyak intake cairan untuk mencairkan sekret
e. Berikan latihan batuk efektif
f. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
g. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi sesuai kondisi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, sehingga frekuensi dan kedalaman napas dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada tanda-tanda sianosis, tidak ada retraksi otot bantu napas, kemampuan batuk efektif, dan mampu mengeluarkan sekret. Hal ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 12309 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam SMRS. Keluhan disertai dengan badan yang gemetar (+). Keluhan nyeri dada dan sesak nafas disangkal oleh pasien. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. demam (-), batuk (-) RPD: HT (-), DM (-), Maag (+), CHF, MR, TR severe, rutin kontrol poli dr. Yusuf SpJP RPO: Farmasal 1 x 100 mg, Spironolakton 1 x 25 mg, Ivabradine 2 x ½ tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Perubahan dalam parameter fisiologis, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi, yang berada di luar rentang normal dan dapat mengancam kesehatan.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang berasal dari dalam atau luar diri individu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien mengalami perubahan tanda-tanda vital, seperti denyut jantung yang berdebar-debar, yang dapat mengancam kesehatan.
- Kecemasan: Pasien mengalami gejala fisik (gemetar) dan emosional (cemas) yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital, luaran yang diharapkan adalah Stabilitas Tanda-Tanda Vital, dengan indikator seperti frekuensi nadi, tekanan darah, dan respirasi berada dalam rentang normal.
- Untuk Kecemasan, luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kecemasan Menurun, dengan indikator seperti kecemasan pasien berkurang dan tanda-tanda fisiologis kecemasan menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital dapat meliputi Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Jantung, dan Pemberian Obat sesuai resep.
- Intervensi untuk Kecemasan dapat meliputi Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, dan Dukungan Emosional.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, dan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi ketidakstabilan tanda-tanda vital dan kecemasan pasien. -
Article No. 12310 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam SMRS. Keluhan disertai dengan badan yang gemetar (+). Keluhan nyeri dada dan sesak nafas disangkal oleh pasien. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. demam (-), batuk (-) RPD: HT (-), DM (-), Maag (+), CHF, MR, TR severe, rutin kontrol poli dr. Yusuf SpJP RPO: Farmasal 1 x 100 mg, Spironolakton 1 x 25 mg, Ivabradine 2 x ½ tab
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan berdebar-debar, gemetar, dan disertai dengan riwayat penyakit jantung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat penyakit kardiovaskular (CHF, MR, TR severe).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas meningkat, ditandai dengan:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai keluhan berdebar-debar, sesak napas, atau lelah yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital stabil selama melakukan aktivitas.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas untuk mengurangi keluhan saat beraktivitas.
- Monitoring tanda-tanda vital selama aktivitas.
2. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan kepada pasien pentingnya melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk meningkatkan toleransi.
- Ajarkan pasien tentang manajemen gejala, seperti cara mengatasi keluhan berdebar-debar, sesak napas, dan lelah.
- Dorong pasien untuk rutin melakukan kontrol dan mengikuti regimen pengobatan.
3. Manajemen Jantung
- Monitor tanda-tanda vital dan gejala terkait kondisi kardiovaskular pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli jantung) untuk optimalisasi penanganan.
- Bantu pasien dalam manajemen obat-obatan, seperti mengingat jadwal minum obat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena pasien mengalami keluhan berdebar-debar, gemetar, dan riwayat penyakit jantung yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Luaran/output yang diharapkan adalah peningkatan toleransi aktivitas, yang ditandai dengan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan yang berlebihan, stabilnya tanda-tanda vital, dan istirahat yang cukup. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, edukasi kesehatan, dan manajemen jantung untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas dan mengelola gejala yang muncul. -
Article No. 12311 | 15 Feb 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan lemas, mual, perut terasa penuh, kembung Pasien baru dari IGD 14/2/2025 jam 19.00 Pasien tidak makan sejak 1 minggu SMRS. Intake per oral menurun, napsu makan berkurang. Minum masih bisa. Keluhan diawali dengan nyeri perut kanan sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti melilit , penjalaran-, migration of pain -, durasi nyeri 5 menit. Mual-, muntah-. Penurunan BB + 7 kg dalam 6 bulan. Lemas+. BAB BAK dbn. Demam-. Alergi : - RPD: BPH Riw Operasi : post OP TURP dengan dr. Benny sp.U → mengeluh nyeri perut, dilakukan USG prostat, ginjal dan buli tel 6/2/2025, namun hasil belum keluar. RPK : - RPO : Dexketoprofen 2x25mg Urief 2x4mg, Farlosin tab 1x1
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal Berhubungan dengan Penurunan Asupan Makanan
- Definisi: Gangguan fungsi pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan makanan dari saluran gastrointestinal.
- Tanda dan Gejala: Lemas, mual, perut terasa penuh, kembung, penurunan berat badan, nyeri perut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengembalian Fungsi Eliminasi Gastrointestinal
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengatakan nyeri perut berkurang.
b. Pasien dapat mengatakan mual dan kembung berkurang.
c. Pasien dapat mengatakan nafsu makan meningkat.
d. Pasien dapat mengatakan berat badan mulai meningkat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi:
a. Kaji asupan nutrisi pasien.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet.
c. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala.
2. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien.
- Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
3. Manajemen Mual dan Muntah
- Tujuan: Mengurangi mual dan muntah yang dialami pasien.
- Intervensi:
a. Kaji penyebab dan karakteristik mual dan muntah.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering.
d. Berikan terapi kompres hangat pada perut pasien.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Gangguan Eliminasi Gastrointestinal Berhubungan dengan Penurunan Asupan Makanan
- Definisi: Gangguan fungsi pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan makanan dari saluran gastrointestinal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan asupan makanan, obstruksi usus, atau kondisi medis lainnya.
- Tanda dan Gejala: Pada kasus ini, pasien mengeluhkan lemas, mual, perut terasa penuh, kembung, penurunan berat badan, dan nyeri perut. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada eliminasi gastrointestinal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Pengembalian Fungsi Eliminasi Gastrointestinal
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengatakan nyeri perut berkurang. Hal ini menunjukkan perbaikan pada kondisi gastrointestinal.
b. Pasien dapat mengatakan mual dan kembung berkurang. Ini menunjukkan perbaikan fungsi pencernaan.
c. Pasien dapat mengatakan nafsu makan meningkat. Ini menunjukkan peningkatan asupan nutrisi.
d. Pasien dapat mengatakan berat badan mulai meningkat. Ini menunjukkan perbaikan status nutrisi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi:
a. Kaji asupan nutrisi pasien untuk mengetahui penyebab penurunan berat badan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi agar dapat memulihkan status nutrisinya.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala untuk memantau efektivitas intervensi.
- Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien.
- Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien, seperti lokasi, intensitas, durasi, dan pola nyeri.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
- Manajemen Mual dan Muntah
- Tujuan: Mengurangi mual dan muntah yang dialami pasien.
- Intervensi:
a. Kaji penyebab dan karakteristik mual dan muntah yang dialami pasien.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik yang sesuai.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering untuk mengurangi mual.
d. Berikan terapi kompres hangat pada perut pasien untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pengembalian fungsi eliminasi gastrointestinal, sehingga nyeri perut, mual, dan kembung dapat berkurang, nafsu makan meningkat, dan berat badan mulai meningkat. -
Article No. 12312 | 15 Feb 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan lemas, mual, perut terasa penuh, kembung Pasien baru dari IGD 14/2/2025 jam 19.00 Pasien tidak makan sejak 1 minggu SMRS. Intake per oral menurun, napsu makan berkurang. Minum masih bisa. Keluhan diawali dengan nyeri perut kanan sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti melilit , penjalaran-, migration of pain -, durasi nyeri 5 menit. Mual-, muntah-. Penurunan BB + 7 kg dalam 6 bulan. Lemas+. BAB BAK dbn. Demam-. Alergi : - RPD: BPH Riw Operasi : post OP TURP dengan dr. Benny sp.U → mengeluh nyeri perut, dilakukan USG prostat, ginjal dan buli tel 6/2/2025, namun hasil belum keluar. RPK : - RPO : Dexketoprofen 2x25mg Urief 2x4mg, Farlosin tab 1x1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan pada tingkat (kecepatan, durasi, frekuensi) yang diharapkan.
SLKI: Daya tahan fisik, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan atau mempertahankan kapasitas fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluhkan lemas, yang menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan asupan nutrisi akibat penurunan nafsu makan dan keluhan gastrointestinal seperti mual, perut terasa penuh, dan kembung.
2. Nyeri Akut
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI: Kemampuan mengenali dan melaporkan rasa nyeri.
SIKI: Intervensi untuk membantu pasien mengurangi atau mengatasi rasa nyeri.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan yang hilang timbul, dirasakan seperti melilit, dengan durasi selama 5 menit. Nyeri ini merupakan keluhan utama pasien yang telah berlangsung selama 2 bulan.
3. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan atau mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami penurunan asupan makanan dan berat badan sejak 1 minggu SMRS. Hal ini dapat disebabkan oleh keluhan gastrointestinal seperti mual, perut terasa penuh, dan kembung yang mengganggu intake oral pasien. -
Article No. 12313 | 15 Feb 2025
Klinis : Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan susah BAB - Pasien mengejan saat defekasi Do: - TD 112/72, nadi 110, RR 22, suhu 38 Saturasi roomair 96% - Distensi abdomen - Teraba massa pada rektal Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: - Hb 8.6 g/dL L 11.7-15.5 - Natrium 121 mEq/L L 135-147 - Kalium 4.60 mEq/L 3.50-5.00 - Chlorida 91 mEq/L L 95-105
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permintaan Anda. Berdasarkan data kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengalaman subyektif dan obyektif dari kesulitan defekasi yang persisten dan/atau tidak teratur.
Karakteristik Definisi: Pasien mengeluh susah BAB dan mengejan saat defekasi, distensi abdomen, dan teraba massa pada rektal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Eliminasi Gastrointestinal (0501)
Indikator:
- Frekuensi defekasi dalam rentang normal
- Konsistensi feses normal
- Tidak ada distensi abdomen
- Tidak ada rasa tidak nyaman pada abdomen
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Konstipasi (3540)
Aktivitas:
- Kaji riwayat eliminasi pasien
- Pantau tanda-tanda vital dan berat badan
- Berikan makanan dan cairan yang meningkatkan fungsi bowel
- Ajarkan teknik defekasi yang benar
- Berikan obat yang meningkatkan motilitas usus jika diperlukan
- Lakukan manipulasi manual/digital untuk membantu pengeluaran feses jika perlu
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Konstipasi
Kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda konstipasi seperti kesulitan defekasi, mengejan saat BAB, distensi abdomen, dan teraba massa pada rektal. Diagnosa ini tepat untuk menggambarkan masalah kesehatan yang dialami pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Eliminasi Gastrointestinal
Indikator yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah frekuensi defekasi dalam rentang normal, konsistensi feses normal, tidak ada distensi abdomen, dan tidak ada rasa tidak nyaman pada abdomen. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi eliminasi gastrointestinal pasien telah membaik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Konstipasi
Intervensi ini terdiri dari berbagai aktivitas untuk mengatasi masalah konstipasi pada pasien, seperti mengkaji riwayat eliminasi, memantau tanda-tanda vital, memberikan nutrisi dan cairan yang meningkatkan fungsi bowel, mengajarkan teknik defekasi yang benar, memberikan obat untuk meningkatkan motilitas usus, dan melakukan manipulasi manual/digital jika diperlukan. Intervensi ini bertujuan untuk memulihkan fungsi eliminasi gastrointestinal pasien.
Secara keseluruhan, pendekatan ini memberikan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah konstipasi yang dialami oleh pasien berdasarkan data kondisi yang diberikan. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12314 | 15 Feb 2025
Klinis : Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan susah BAB - Pasien mengejan saat defekasi Do: - TD 112/72, nadi 110, RR 22, suhu 38 Saturasi roomair 96% - Distensi abdomen - Teraba massa pada rektal Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: - Hb 8.6 g/dL L 11.7-15.5 - Natrium 121 mEq/L L 135-147 - Kalium 4.60 mEq/L 3.50-5.00 - Chlorida 91 mEq/L L 95-105
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K59.0
- Deskripsi: Konstipasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.04
- Deskripsi: Pemeriksaan rektum
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, pasien mengeluhkan susah BAB dan mengejan saat defekasi, serta ditemukan adanya distensi abdomen dan massa pada rektal. Hasil laboratorium menunjukkan anemia (Hb 8.6 g/dL) dan elektrolit yang tidak seimbang (natrium rendah, klorida rendah). Secara klinis, pasien tampak sakit sedang dengan status mental yang baik (compos mentis, GCS 15).
Kode ICD-10 yang sesuai untuk diagnosis utama adalah K59.0 (Konstipasi). Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diet rendah serat, dehidrasi, gangguan metabolik, maupun obstruksi mekanik di saluran cerna.
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 98.04 (Pemeriksaan rektum). Pemeriksaan rektum perlu dilakukan untuk mengetahui adanya massa atau kelainan lain yang menyebabkan konstipasi.
Selanjutnya, penatalaksanaan dapat meliputi koreksi faktor-faktor predisposisi, pemberian laksatif, dan tindakan untuk mengatasi obstruksi (jika ditemukan). Pemantauan elektrolit dan status hidrasi juga penting dilakukan. -
Article No. 12315 | 15 Feb 2025
Klinis : Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan susah BAB - Pasien mengejan saat defekasi Do: - TD 112/72, nadi 110, RR 22, suhu 38 Saturasi roomair 96% - Distensi abdomen - Teraba massa pada rektal Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: - Hb 8.6 g/dL L 11.7-15.5 - Natrium 121 mEq/L L 135-147 - Kalium 4.60 mEq/L 3.50-5.00 - Chlorida 91 mEq/L L 95-105
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah gangguan eliminasi berupa sulit, tidak lancar, atau tidak teratur dalam defekasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Defekasi Lancar
2. Nyeri Abdomen Berkurang
3. Tingkat Kecemasan Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Konstipasi
2. Manajemen Nutrisi
3. Manajemen Nyeri
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengeluhkan susah BAB dan mengejan saat defekasi, disertai dengan distensi abdomen dan adanya massa pada rektal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya hiponatremia, sehingga diagnosis keperawatan yang tepat adalah Konstipasi. -
Article No. 12316 | 15 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn. Y:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan manajemen diet yang tidak efektif, ditandai dengan kadar glukosa darah 540 mg/dl.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah, ditandai dengan keluhan pusing, mual, muntah, dan ketidakseimbangan saat berjalan.
3. Kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes melitus berhubungan dengan kurangnya informasi, ditandai dengan pernyataan Tn. Y tidak mengetahui cara mengatur diet dan hal lain terkait penyakitnya.
4. Aktivitas fisik kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan gaya hidup tidak aktif, ditandai dengan pernyataan Tn. Y lebih banyak diam di rumah sambil menjaga warung dan jarang mengikuti kegiatan sosial.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah:
- SDKI: Keadaan dimana kadar glukosa darah melebihi atau di bawah rentang normal.
- SLKI: Mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi untuk menstabilkan kadar glukosa darah melalui manajemen diet, aktivitas fisik, dan pengobatan.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral:
- SDKI: Keadaan yang menunjukkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- SLKI: Mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan perfusi serebral, seperti pengaturan posisi, monitor tanda vital, dan pengelolaan kadar glukosa darah.
3. Kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes melitus:
- SDKI: Keadaan dimana individu menunjukkan kurangnya informasi tentang penyakit dan pengelolaannya.
- SLKI: Peningkatan pengetahuan tentang manajemen diabetes melitus.
- SIKI: Intervensi edukasi tentang diabetes melitus, termasuk diet, pengobatan, dan pemantauan gula darah.
4. Aktivitas fisik kurang dari yang dibutuhkan:
- SDKI: Keadaan dimana individu menunjukkan penurunan aktivitas fisik di bawah kebutuhan.
- SLKI: Peningkatan aktivitas fisik sesuai kebutuhan.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan aktivitas fisik, seperti pemberian edukasi, perencanaan, dan pemberian motivasi.