Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14305 | 17 Mar 2025
Klinis : Klien mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur, jumlah waktu tidur sesuai dengan usia (8 jam untuk dewasa)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola Tidur Teraturdialah satu diagnosa keperawatan yang mengacu pada kondisi klien yang mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur dan jumlah waktu tidur sesuai dengan usia. Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan atau ketidakseimbangan dalam pola tidur yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan klien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidur yang adekuat: Klien dapat tidur dengan durasi yang sesuai dengan usia (8 jam untuk dewasa) dan merasa cukup istirahat setelah tidur.
2. Pemulihan yang efektif: Klien dapat merasakan pemulihan yang efektif setelah tidur sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik.
3. Kenyamanan: Klien merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan tidurnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pola Tidur
- Kaji pola tidur klien, termasuk durasi, kualitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Bantu klien mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat mengganggu pola tidurnya.
- Berikan pendidikan kepada klien tentang pentingnya pola tidur yang adekuat dan strategi untuk memperbaiki pola tidur.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) jika diperlukan untuk menangani masalah terkait tidur.
2. Promosi Tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk tidur, seperti mengatur suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya deep breathing, visualisasi) untuk membantu klien tidur.
- Berikan aktivitas yang dapat memfasilitasi tidur, seperti aktivitas fisik ringan atau aktivitas rutin sebelum tidur.
- Pantau dan catat pola tidur klien untuk evaluasi dan penyesuaian intervensi yang diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Pola Tidur Terganggu" menggambarkan kondisi klien yang mengalami masalah dalam pola tidurnya, seperti kesulitan untuk tidur, kualitas tidur yang buruk, atau durasi tidur yang tidak sesuai dengan usia. Dalam kasus ini, klien mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur dan jumlah waktu tidur sesuai dengan usia (8 jam untuk dewasa), sehingga diagnosa ini tepat untuk menggambarkan kondisinya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup tiga hal utama: (1) Tidur yang adekuat, yaitu klien dapat tidur dengan durasi yang sesuai usia dan merasa cukup istirahat; (2) Pemulihan yang efektif, di mana klien dapat merasakan pemulihan yang baik setelah tidur sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik; dan (3) Kenyamanan, di mana klien merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan tidurnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi dua komponen utama: (1) Manajemen Pola Tidur, yang mencakup pengkajian, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain; serta (2) Promosi Tidur, yang mencakup penciptaan lingkungan yang kondusif untuk tidur, pemberian teknik relaksasi, aktivitas yang memfasilitasi tidur, serta pemantauan dan evaluasi pola tidur klien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan masalah pola tidur yang dialami klien dapat teratasi, sehingga klien dapat mencapai tidur yang adekuat, pemulihan yang efektif, dan kenyamanan yang diharapkan. -
Article No. 14306 | 17 Mar 2025
Klinis : Tuliskan minimal 3 contoh PENYEBAB munculnya Diagnosis Keperawatan RISIKO yang ada dalam buku SDKI untuk masing-masing kategori diagnosis keperawatan di bawah ini : a. Kategori Fisiologis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda sebutkan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan SLKI/SIKI (Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia).
a. Kategori Fisiologis
1. Diagnosis Keperawatan RISIKO: Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Penyebab:
- Penurunan curah jantung
- Hipovolemia
- Gangguan sistem regulasi tubuh (misalnya, gangguan hormonal)
2. Diagnosis Keperawatan RISIKO: Risiko Gangguan Perfusi Jaringan
Penyebab:
- Penurunan curah jantung
- Vasokonstriksi perifer
- Hipovolemia
3. Diagnosis Keperawatan RISIKO: Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penyebab:
- Asupan cairan tidak adekuat
- Kehilangan cairan yang berlebihan
- Gangguan mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Stabilitas tanda-tanda vital
- Perfusi jaringan yang adekuat
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen cairan
- Terapi cairan/elektrolit
- Promosi perfusi jaringan
- Edukasi pasien dan keluarga terkait kondisi kesehatan
Penjelasan rinci:
Pada kategori fisiologis, diagnosis keperawatan risiko yang mungkin muncul adalah risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital, risiko gangguan perfusi jaringan, dan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama dari masing-masing diagnosis tersebut dapat berupa penurunan curah jantung, hipovolemia, gangguan sistem regulasi tubuh, vasokonstriksi perifer, asupan cairan tidak adekuat, dan gangguan mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya stabilitas tanda-tanda vital, perfusi jaringan yang adekuat, dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, terapi cairan/elektrolit, promosi perfusi jaringan, serta edukasi pasien dan keluarga terkait kondisi kesehatan.
Semua intervensi keperawatan tersebut harus dilakukan secara terencana, sistematis, dan berkesinambungan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan dan meningkatkan status kesehatan pasien. -
Article No. 14307 | 17 Mar 2025
Klinis : Tuliskan minimal 3 contoh PENYEBAB munculnya Diagnosis Keperawatan RISIKO yang ada dalam buku SDKI untuk masing-masing kategori diagnosis keperawatan di bawah ini : b. Kategori Psikologis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, penyebab, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda berikan.
Kategori Psikologis:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan
2. Depresi
3. Gangguan Citra Tubuh
Penyebab Risiko Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan
a. Perubahan status kesehatan
b. Perubahan lingkungan
c. Perubahan peran dan tanggung jawab
2. Depresi
a. Kehilangan atau duka cita
b. Perubahan status kesehatan
c. Perubahan dukungan sosial
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Perubahan fungsi tubuh
b. Pengalaman traumatis
c. Penyakit kronis atau disabilitas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kecemasan
a. Tingkat kecemasan menurun
b. Kemampuan mengontrol kecemasan meningkat
c. Kemampuan beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan meningkat
2. Depresi
a. Suasana hati membaik
b. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas meningkat
c. Kemampuan mengatasi depresi meningkat
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Penerimaan terhadap perubahan fungsi tubuh meningkat
b. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan citra tubuh meningkat
c. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kecemasan
a. Identifikasi faktor penyebab kecemasan
b. Berikan dukungan emosional
c. Ajarkan teknik relaksasi
2. Depresi
a. Identifikasi faktor penyebab depresi
b. Berikan dukungan emosional dan psikologis
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Identifikasi faktor penyebab gangguan citra tubuh
b. Berikan informasi dan edukasi terkait perubahan citra tubuh
c. Fasilitasi aktivitas yang dapat meningkatkan penerimaan diri
Setiap diagnosa keperawatan, penyebab, luaran, dan intervensi yang saya sampaikan membutuhkan penjelasan yang lebih terperinci berdasarkan kondisi spesifik pasien. Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien. -
Article No. 14308 | 17 Mar 2025
Klinis : pola tidur terganggu kode berapa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "pola tidur terganggu" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Pola Tidur Terganggu:
Kode: 00198
Definisi: Gangguan pengalaman perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
Karakteristik Utama:
- Sulit untuk jatuh atau tetap tidur
- Sering terbangun di malam hari
- Bangun lebih cepat dari yang diinginkan
- Tidur tidak menyegarkan
Faktor Terkait:
- Kecemasan
- Nyeri
- Stres
- Lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Kode: 0004 Tidur
Definisi: Periode istirahat dan relaksasi yang memulihkan energi fisik dan mental.
Indikator:
- Durasi tidur yang adekuat
- Kualitas tidur yang baik
- Tidak mengalami kesulitan untuk jatuh atau tetap tidur
- Merasa segar setelah bangun tidur
- Tidur tanpa terganggu
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Kode: 5820 Manajemen Tidur
Definisi: Memfasilitasi pola tidur yang adekuat dan menyegarkan.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien
- Membuat lingkungan yang kondusif untuk tidur (cahaya redup, suhu nyaman, suara minimal)
- Mengajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, visualisasi, meditasi)
- Mengatur jadwal tidur yang teratur
- Memberikan edukasi tentang higiene tidur yang baik
- Memantau dan mendokumentasikan pola tidur pasien
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan, misalnya pemberian obat-obatan.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Pola Tidur Terganggu" menggambarkan gangguan dalam pengalaman dan kualitas tidur pasien, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kecemasan, nyeri, stres, atau lingkungan yang tidak kondusif. Diagnosa ini membantu perawat mengidentifikasi dan fokus pada masalah tidur yang dialami pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) "Tidur" menggambarkan kondisi ideal yang ingin dicapai, yaitu pasien dapat memperoleh tidur yang adekuat, berkualitas, dan menyegarkan. Indikator-indikator tersebut menjadi target yang harus dipenuhi dalam proses asuhan keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) "Manajemen Tidur" mencakup serangkaian aktivitas keperawatan yang ditujukan untuk memfasilitasi pola tidur yang baik pada pasien. Intervensi ini berfokus pada identifikasi faktor penyebab, pengaturan lingkungan, pengajaran teknik relaksasi, serta pemantauan dan dokumentasi pola tidur pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dilakukan jika diperlukan.
Penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus untuk mengatasi masalah pola tidur terganggu pada pasien. -
Article No. 14309 | 17 Mar 2025
Klinis : penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0006 Risiko Aspirasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0006 Risiko Aspirasi
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko aspirasi adalah:
D.0006 Risiko Aspirasi
Definisi: Rentan terhadap masuknya benda asing (cairan, makanan, sekret) ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi.
Penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0006 Risiko Aspirasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Gangguan mekanisme protektif: Refleks batuk, menelan, dan glotis yang tidak adekuat dapat menyebabkan rentan terhadap aspirasi.
b. Disfungsi neuromuskular: Penyakit neuromuskular seperti stroke, Parkinson, atau penyakit lain yang mempengaruhi koordinasi menelan dan refleks batuk.
c. Obstruksi jalan napas: Adanya benda asing, tumor, atau kelainan struktural yang menghambat aliran udara.
d. Penurunan kesadaran: Kondisi seperti koma, sedasi, atau gangguan mental yang dapat menurunkan refleks protektif.
e. Disfagia: Kesulitan menelan yang dapat menyebabkan makanan atau cairan masuk ke saluran pernapasan.
f. Gastroesofageal Reflux Disease (GERD): Refluks cairan lambung ke esofagus dapat masuk ke saluran pernapasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko aspirasi, diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
L.0008 Aspirasi Terkontrol
Definisi: Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda aspirasi selama perawatan.
Kriteria Hasil:
a. Pasien tidak mengalami episoda batuk, tersedak, atau gejala lain yang menunjukkan aspirasi.
b. Tidak ada bunyi napas tambahan (ronki, krekels) yang mengindikasikan adanya sekret di saluran pernapasan.
c. Hasil tes fungsional menelan (swallowing assessment) menunjukkan tidak ada tanda-tanda aspirasi.
d. Tidak ada perubahan suara (disfoni) atau kesulitan menelan (disfagia) yang berlanjut.
e. Tidak ada infeksi saluran pernapasan (pneumonia) yang terkait dengan aspirasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran aspirasi terkontrol pada pasien dengan risiko aspirasi, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
I.0017 Manajemen Jalan Napas
Definisi: Mempertahankan dan menjaga keterbukaan jalan napas untuk memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
Aktivitas:
a. Memantau status pernapasan dan oksigenasi pasien.
b. Memposisikan pasien dalam posisi yang memfasilitasi ventilasi dan drainase sekret.
c. Memfasilitasi pembersihan jalan napas dengan suction atau batuk.
d. Memberikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
e. Mempertahankan integritas mukosa jalan napas dengan humidifikasi udara.
I.0101 Manajemen Disfagia
Definisi: Mencegah atau mengatasi kesulitan menelan untuk mencegah komplikasi.
Aktivitas:
a. Menilai kemampuan menelan pasien menggunakan tes fungsional menelan.
b. Memodifikasi konsistensi dan tekstur makanan/cairan sesuai kemampuan menelan pasien.
c. Mengatur posisi dan teknik makan/minum yang aman.
d. Memantau tanda-tanda aspirasi selama makan/minum.
e. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (ahli gizi, terapis wicara) untuk perawatan disfagia.
I.0130 Pencegahan Aspirasi
Definisi: Mencegah masuknya benda asing (cairan, makanan, sekret) ke dalam saluran pernapasan.
Aktivitas:
a. Memantau faktor risiko aspirasi, seperti penurunan kesadaran, disfagia, refluks gastroesofageal.
b. Menjaga posisi pasien yang tepat untuk mencegah aspirasi selama tidur, makan, dan aktivitas.
c. Memberikan perawatan mulut untuk menjaga integritas mukosa.
d. Memastikan peralatan untuk makan/minum bersih dan aman.
e. Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret saluran napas yang berlebihan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan menurut SLKI, serta intervensi keperawatan yang diperlukan menurut SIKI untuk menangani kondisi risiko aspirasi pada pasien. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami manajemen keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan risiko aspirasi. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 14310 | 17 Mar 2025
Klinis : diagnosa keperawatan pada bayi ketidakmampuan sirkulasi darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana bayi mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Adapun penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:
SDKI:
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian data pasien. Diagnosa Keperawatan "Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif" merupakan salah satu contoh dari SDKI.
SLKI:
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Dalam kasus Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif, luaran yang diharapkan dapat berupa peningkatan sirkulasi darah ke jaringan perifer, perbaikan warna kulit, hangat pada ekstremitas, dan lain-lain.
SIKI:
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Contoh intervensi yang dapat dilakukan pada kasus Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif dapat berupa pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, dan lain-lain.
Dalam praktik keperawatan, penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sangat penting untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 14311 | 17 Mar 2025
Klinis : penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0012 risiko pendarahan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan risiko perdarahan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan risiko perdarahan adalah D.0012 Risiko Perdarahan. Diagnosis ini menggambarkan adanya risiko peningkatan kehilangan cairan darah dari sistem vaskuler, yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pasien. Penyebab munculnya diagnosis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan tekanan darah, cedera, penggunaan antikoagulan, atau kondisi medis lainnya yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Pasien tidak mengalami perdarahan aktif.
3. Pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
4. Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi akibat perdarahan.
5. Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor risiko perdarahan dan cara mencegahnya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara teratur, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
- Mengidentifikasi adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat menunjukkan perdarahan.
2. Manajemen Perdarahan
- Mengkaji sumber dan jumlah perdarahan yang terjadi.
- Melakukan kompresi pada area yang mengalami perdarahan.
- Memberikan cairan intravena atau produk darah sesuai indikasi.
- Memantau dan mencatat jumlah cairan yang masuk dan keluar.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor risiko perdarahan.
- Mengajarkan teknik pencegahan perdarahan, seperti penggunaan alat bantu mobilisasi, pengelolaan antikoagulan, dan perawatan luka.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif memantau tanda-tanda perdarahan dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan
- Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk mengevaluasi dan mengelola penyebab risiko perdarahan.
- Memastikan pemberian terapi yang sesuai, seperti penggunaan obat-obatan, prosedur pembedahan, atau intervensi lainnya.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mencegah terjadinya komplikasi akibat perdarahan pada pasien. -
Article No. 14312 | 17 Mar 2025
Klinis : penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif. Diagnosis ini didefinisikan sebagai risiko terjadinya penurunan suplai darah dan oksigen ke saluran pencernaan yang dapat menyebabkan disfungsi saluran pencernaan.
Penyebab munculnya diagnosis ini dapat berasal dari berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor fisiologis, seperti perubahan aliran darah, peningkatan tekanan intraabdominal, dan disfungsi motorik saluran pencernaan.
2. Faktor hemodinamik, seperti penurunan curah jantung, hipovolemia, dan gangguan kontrol autoregulasi.
3. Faktor nutrisi, seperti konsumsi makanan yang tidak adekuat dan malabsorpsi.
4. Faktor penyakit, seperti peritonitis, obstruksi usus, dan penyakit vaskuler.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan untuk pasien dengan risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif adalah:
1. Perfusi Gastrointestinal Efektif (L.0143)
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi gastrointestinal yang adekuat, seperti peristaltik usus yang normal, frekuensi buang air besar yang normal, dan tidak ada tanda-tanda malabsorpsi.
2. Integritas Mukosa Gastrointestinal (L.0121)
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan mukosa gastrointestinal yang utuh, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, atau ulserasi.
3. Keseimbangan Cairan (L.0035)
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan status cairan yang adekuat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif adalah:
1. Pemantauan Perfusi Gastrointestinal (I.0370)
- Tujuan: Memantau tanda-tanda perfusi gastrointestinal yang adekuat.
- Aktivitas: Memantau peristaltik usus, frekuensi dan konsistensi buang air besar, serta tanda-tanda malabsorpsi.
2. Manajemen Nutrisi (I.0246)
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien secara adekuat.
- Aktivitas: Mengatur pola makan, memberikan nutrisi enteral atau parenteral jika diperlukan, dan memantau toleransi pasien terhadap asupan nutrisi.
3. Manajemen Cairan (I.0239)
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan pasien.
- Aktivitas: Memantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan, memberikan cairan sesuai kebutuhan, dan memantau input-output cairan.
4. Pencegahan Komplikasi Gastrointestinal (I.0373)
- Tujuan: Mencegah komplikasi gastrointestinal yang dapat terjadi.
- Aktivitas: Memantau tanda-tanda inflamasi atau perdarahan pada saluran pencernaan, dan melakukan tindakan pencegahan sesuai kondisi pasien.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif untuk mencapai perbaikan kondisi dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 14313 | 17 Mar 2025
Klinis : Konstipasi b.d. ketidakcukupan asupan cairan d.d. defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, mengejan saat defekasi, dan distensi abdomen(perut buncit).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi yang Anda deskripsikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K59.0
- Deskripsi: Konstipasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan konstipasi.
Penjelasan:
Kode ICD-10 K59.0 "Konstipasi" adalah diagnosis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu:
- Konstipasi yang disebabkan oleh ketidakcukupan asupan cairan, yang mengakibatkan defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses yang lama dan sulit, feses yang keras, mengejan saat defekasi, dan distensi abdomen (perut buncit).
Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan konstipasi, karena kondisi ini umumnya dikelola dengan perubahan gaya hidup, konsumsi suplemen serat, dan penggunaan laksatif jika diperlukan. Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan fisik, evaluasi riwayat pasien, dan pemeriksaan penunjang (seperti tes laboratorium atau pemeriksaan pencitraan) untuk mengidentifikasi penyebab konstipasi dan menentukan penatalaksanaan yang sesuai. -
Article No. 14314 | 17 Mar 2025
Klinis : penyebab munculnya diagnosis keperawatan D.0015 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi dengan risiko perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Salah satu diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan risiko perfusi perifer tidak efektif adalah D.0015 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif. Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan". Penyebab utama munculnya diagnosa ini dapat meliputi:
1. Penyakit Pembuluh Darah Perifer: Kondisi seperti aterosklerosis, tromboangiitis obliterans, atau penyakit Raynaud dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ekstremitas.
2. Gangguan Sirkulasi: Kondisi yang menghambat sirkulasi darah seperti hipoperfusi, hipovolemia, atau gangguan saraf otonom dapat berkontribusi terhadap risiko perfusi perifer tidak efektif.
3. Trauma atau Cedera: Kerusakan pada pembuluh darah perifer akibat trauma atau cedera juga dapat menyebabkan gangguan perfusi.
4. Faktor Risiko Kardiovaskular: Kondisi seperti hipertensi, diabetes, merokok, atau obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan perfusi perifer.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Perfusi Perifer Adekuat: Klien menunjukkan tanda-tanda perfusi perifer yang adekuat, seperti warna kulit normal, suhu ekstremitas hangat, dan tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
2. Integritas Kulit Utuh: Kulit klien tetap utuh dan tidak terjadi kerusakan akibat gangguan perfusi.
3. Pengetahuan Manajemen Kondisi: Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman yang baik tentang kondisi dan dapat melakukan manajemen yang tepat.
4. Status Mobilitas Optimal: Klien dapat melakukan aktivitas dan mobilisasi secara optimal tanpa hambatan akibat gangguan perfusi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah:
1. Monitoring Tanda-Tanda Vital dan Perfusi Perifer: Melakukan pemantauan rutin terhadap tanda-tanda vital dan kondisi perfusi perifer klien, seperti warna, suhu, dan sensasi ekstremitas.
2. Manajemen Aktivitas dan Mobilisasi: Mengatur dan memfasilitasi aktivitas dan mobilisasi klien sesuai dengan toleransinya untuk meningkatkan sirkulasi.
3. Perawatan Kulit dan Ekstremitas: Melakukan perawatan kulit dan ekstremitas untuk menjaga integritas kulit dan mendeteksi dini tanda-tanda gangguan perfusi.
4. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Edukasi Manajemen Kondisi: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen kondisi, seperti pengaturan diet, aktivitas, dan pencegahan komplikasi.
6. Kolaborasi dengan Profesional Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk memberikan penanganan komprehensif.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif untuk mengelola risiko perfusi perifer tidak efektif pada klien.