Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12357 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.0
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan ketoasidosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan dan evaluasi perawatan diabetes
Penjelasan:
Tn. Y, usia 68 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, muntah, dan gangguan keseimbangan. Berdasarkan riwayat medis, Tn. Y telah didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan (540 mg/dl), yang dapat mengindikasikan adanya ketoasidosis diabetik.
Kode ICD-10 E11.0 (Diabetes melitus tipe 2 dengan ketoasidosis) sesuai dengan kondisi Tn. Y. Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut dari diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang sangat tinggi, disertai dengan gangguan elektrolit dan asam-basa.
Sementara itu, untuk prosedur/tindakan medis yang dilakukan, kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan dan evaluasi perawatan diabetes) dapat digunakan. Hal ini mencakup tindakan pemantauan dan evaluasi kondisi Tn. Y, termasuk pengawasan glukosa darah, pengobatan, dan upaya pengendalian diabetes.
Perlu diperhatikan bahwa kode-kode ini digunakan untuk tujuan klasifikasi dan pelaporan medis, serta dapat membantu dalam proses dokumentasi, pengkodean, dan penagihan layanan kesehatan. -
Article No. 12358 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. Y sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (00179)
- SDKI: Individu mengalami fluktuasi kadar glukosa darah di luar batas normal
- SLKI: Kadar glukosa darah stabil dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Diabetes Mellitus
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Asupan (00001)
- SDKI: Individu mengonsumsi asupan makanan atau minuman melebihi kebutuhan metabolik
- SLKI: Asupan makanan dan minuman sesuai kebutuhan
- SIKI: Manajemen Diet
3. Kurang Pengetahuan (00126)
- SDKI: Individu menunjukkan kurangnya informasi kognitif terkait kondisi/penyakit, perawatan, pengobatan, prosedur, atau kesehatan
- SLKI: Individu menunjukkan pemahaman yang memadai terkait kondisi/penyakit, perawatan, pengobatan, prosedur, atau kesehatan
- SIKI: Edukasi Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
- Tn. Y mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan (540 mg/dl), menunjukkan kontrol glikemik yang buruk.
- Perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk memantau dan menstabilkan kadar glukosa darah Tn. Y.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Asupan:
- Tn. Y memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan manajemen diabetes, dengan asupan makanan dan minuman yang berlebihan.
- Perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatur pola makan dan diet Tn. Y sesuai dengan kebutuhan nutrisi.
3. Kurang Pengetahuan:
- Tn. Y menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan diabetes, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan.
- Perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan Tn. Y tentang manajemen diabetes dan perawatan diri yang tepat.
Dengan demikian, intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk Tn. Y adalah manajemen diabetes, edukasi tentang diabetes, dan pengaturan diet yang sesuai dengan kondisi Tn. Y. -
Article No. 12359 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tn. Y yang disajikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan peningkatan asupan makanan dan minuman manis, aktivitas fisik yang kurang, dan ketidakpatuhan pengobatan.
2. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pengelolaan diabetes melitus.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidakseimbangan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Kadar glukosa darah terkendali dalam rentang normal.
2. Pengetahuan: Pasien mendemonstrasikan pemahaman tentang diabetes melitus dan pengelolaannya.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
a. Pantau kadar glukosa darah secara teratur.
b. Anjurkan pasien untuk mengikuti diet diabetes yang sesuai.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian pengobatan diabetes.
e. Edukasi pasien tentang perawatan diabetes, termasuk pengobatan, diet, dan aktivitas fisik.
2. Untuk Kurang Pengetahuan:
a. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang diabetes melitus.
b. Berikan edukasi tentang diabetes melitus, termasuk penyebab, gejala, komplikasi, dan pengelolaannya.
c. Ajarkan pasien tentang manajemen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik yang tepat.
d. Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung pasien.
e. Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik yang konstruktif.
3. Untuk Risiko Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien saat ini.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien secara bertahap.
c. Ajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana rehabilitasi yang tepat.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas fisik yang teratur.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang teridentifikasi berdasarkan kondisi Tn. Y mencakup risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, kurang pengetahuan, dan risiko intoleransi aktivitas. Masing-masing diagnosa memiliki luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI).
Untuk risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan kadar glukosa darah, penyusunan diet diabetes yang tepat, kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter, serta edukasi pasien tentang perawatan diabetes. Tujuannya adalah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Untuk kurang pengetahuan, intervensi keperawatan meliputi identifikasi tingkat pengetahuan pasien, pemberian edukasi yang komprehensif tentang diabetes melitus, pelatihan manajemen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik, serta melibatkan keluarga. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang pengelolaan diabetes melitusnya.
Sementara itu, untuk risiko intoleransi aktivitas, intervensi keperawatan mencakup pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien, pemberian latihan fisik yang sesuai, pembelajaran teknik manajemen dan konservasi energi, kolaborasi dengan fisioterapis, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan Tn. Y dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas kadar glukosa darah, peningkatan pengetahuan tentang diabetes melitus, dan peningkatan toleransi aktivitas. -
Article No. 12360 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diderita oleh Tn. Y, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan hiperglikemia krisis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemantauan dan pengaturan glukosa darah
Penjelasan:
Tn. Y, 68 tahun, didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Saat ini, beliau dirawat di rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, muntah, dan ketidakseimbangan saat berjalan, serta memiliki kadar glukosa darah yang tinggi (540 mg/dl). Berdasarkan informasi yang diberikan, Tn. Y memiliki pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan tidak teratur dalam pengobatan. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah E11.65 (Diabetes mellitus tipe 2 dengan hiperglikemia krisis).
Selain itu, prosedur medis yang mungkin dilakukan adalah pemantauan dan pengaturan glukosa darah (kode ICD-9-CM 99.19), yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemberian insulin atau obat antidiabetes untuk mengendalikan kadar glukosa darah. -
Article No. 12361 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. Y yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, ditandai dengan kadar glukosa darah 540 mg/dl.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan pusing.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang pengelolaan diabetes mellitus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas kadar gula darah
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-180 mg/dl)
- Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia
2. Tidak ada kejadian jatuh
- Pasien dapat berjalan dengan stabil dan seimbang
- Tidak ada cedera akibat jatuh
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri
- Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan diabetes mellitus
- Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait diabetes secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Gula Darah
- Monitor kadar glukosa darah secara rutin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi insulin/obat antidiabetes
- Edukasi tentang diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat untuk mengontrol kadar gula darah
2. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh (pusing, gangguan keseimbangan)
- Berikan bantuan dan alat bantu untuk mobilisasi yang aman
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Diabetes
- Asesmen pemahaman pasien tentang diabetes mellitus
- Edukasi tentang patofisiologi, tanda-tanda komplikasi, dan pengelolaan yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (ahli gizi, ahli terapi) untuk konseling komprehensif
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan untuk pasien
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, ditandai dengan kadar glukosa darah 540 mg/dl.
- Kondisi ini menggambarkan bahwa Tn. Y mengalami hiperglikemia yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (540 mg/dl). Hal ini disebabkan oleh manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, seperti ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat diabetes, aktivitas fisik yang kurang, dan pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan pusing.
- Tn. Y mengalami gejala pusing dan tidak bisa berjalan dengan seimbang, yang meningkatkan risiko terjadinya jatuh. Gangguan keseimbangan dan pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, komplikasi diabetes, atau masalah neurologis.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang pengelolaan diabetes mellitus.
- Berdasarkan informasi yang diberikan, Tn. Y memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan diabetes, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat. Hal ini menyebabkan adanya defisit perawatan diri dalam mengelola kondisi diabetesnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas kadar gula darah
- Kadar glukosa darah yang stabil dalam rentang normal (80-180 mg/dl) menandakan bahwa pengaturan regimen terapeutik, seperti pengobatan, diet, dan aktivitas fisik, telah dilakukan secara efektif. Tidak adanya tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia menunjukkan kontrol glikemik yang baik.
2. Tidak ada kejadian jatuh
- Pasien dapat berjalan dengan stabil dan seimbang, serta tidak mengalami cedera akibat jatuh. Hal ini menandakan bahwa risiko jatuh telah berhasil diatasi melalui intervensi yang tepat.
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri
- Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan diabetes mellitus, termasuk pengaturan diet, aktivitas fisik, pengobatan, dan pemantauan kadar gula darah. Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait diabetes secara mandiri, menandakan peningkatan kemampuan self-care.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Gula Darah
- Pemantauan kadar glukosa darah secara rutin memungkinkan identifikasi pola fluktuasi gula darah dan penentuan intervensi yang tepat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan, seperti dokter dan ahli gizi, untuk pengaturan terapi insulin atau obat antidiabetes yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat dalam mengontrol kadar gula darah.
2. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh, seperti pusing dan gangguan keseimbangan, untuk menentukan intervensi yang sesuai.
- Pemberian bantuan dan alat bantu mobilisasi yang aman, seperti kursi roda atau walker, untuk mengurangi risiko jatuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik berjalan yang aman dan langkah-langkah pencegahan jatuh.
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Diabetes
- Asesmen pemahaman pasien tentang diabetes mellitus, termasuk patofisiologi, tanda-tanda komplikasi, dan pengelolaan yang tepat.
- Edukasi komprehensif tentang pengelolaan diabetes, meliputi diet, aktivitas fisik, pengobatan, pemantauan kadar gula darah, dan pencegahan komplikasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi dan ahli terapi, untuk memberikan konseling yang lebih spesifik dan holistik.
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan memberikan dukungan untuk pasien dalam menerapkan manajemen diabetes yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan Tn. Y dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu stabilitas kadar gula darah, -
Article No. 12362 | 16 Feb 2025
Klinis : Ds : - Penolong mengatakan pasien muntah darah Do : - Suara napas ngorok - Terdapat lendir dan gumpalan darah di mulut pasien - Frekuensi napas 35x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ini.
Diagnosis Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membesihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih, serta menunjukkan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau status pernapasan, mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan oksigen tambahan, dan melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan saluran napas.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala muntah darah, suara napas ngorok, dan frekuensi napas yang cepat, yang mengindikasikan adanya obstruksi dan ketidakefektifan dalam bersihan jalan napas. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Perawat perlu segera melakukan intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih, serta memantau status pernapasan pasien secara berkala. -
Article No. 12363 | 16 Feb 2025
Klinis : Ds : - Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil sebelum mengalami penurunan kesadaran - Penolong mengatakan pasien bernapas cepat (sesak) Do : - Suara napas ronchi dan gurgling - pola napas cepat (Takipnea ) - Pasien bernapas menggunakan cuping hidung dan oto-otot pernapasan - Frekuensi napas 35x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menggunakan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak teratur atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Pertukaran Gas Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Pernafasan
2. Manajemen Jalan Napas
3. Manajemen Oksigenasi
Pada kasus ini, pasien mengalami gangguan pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara napas ronchi dan gurgling, pola napas cepat (takipnea), pasien bernapas menggunakan cuping hidung dan otot-otot pernapasan, serta frekuensi napas yang meningkat (35x/menit). Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan yang perlu segera ditangani. -
Article No. 12364 | 16 Feb 2025
Klinis : pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
Berdasarkan kondisi pemantauan respirasi, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas. Diagnosis ini didasarkan pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Penjelasan:
Gangguan Pola Napas adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan irama, kedalaman, atau frekuensi pernafasan yang efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit pernapasan, gangguan neurologis, atau perubahan pada sistem pernapasan.
Dalam standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang terkait dengan diagnosis ini adalah Perbaikan Pola Napas, yang diharapkan dapat tercapai melalui intervensi keperawatan yang tepat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) antara lain:
1. Pemantauan Respirasi
2. Manajemen Jalan Napas
3. Terapi Oksigen
4. Edukasi Kesehatan Pernapasan
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu memperbaiki pola napas pasien. Tujuan akhirnya adalah mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 12365 | 16 Feb 2025
Klinis : pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemantauan respirasi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menarik napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Pola Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, yang menyebabkan pertukaran gas yang tidak optimal.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah Ventilasi Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan pertukaran gas yang adekuat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Respirasi, yang meliputi observasi dan pencatatan frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas pasien. Selain itu, dapat dilakukan juga intervensi lain seperti Terapi Oksigen, Manajemen Jalan Napas, dan Manajemen Ventilasi Mekanis.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien untuk membantu memulihkan pola napas yang efektif. -
Article No. 12366 | 16 Feb 2025
Klinis : KOLITIS UlSERATIF
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "KOLITIS ULSERATIF":
1. Kode ICD-10:
- Kode: K51.9
- Deskripsi: Kolitis ulseratif, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolektomi total, dengan ileum-rektostomi
Penjelasan:
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar yang kronis dan idiopatik, yang ditandai dengan ulserasi mukosa usus besar. Kode ICD-10 K51.9 digunakan untuk menggambarkan keadaan kolitis ulseratif yang tidak dispesifikasikan lebih lanjut.
Dalam penanganan kolitis ulseratif, salah satu prosedur yang dapat dilakukan adalah kolektomi total, yaitu pengangkatan seluruh usus besar, diikuti dengan pembentukan ileum-rektostomi, yaitu penyambungan usus halus (ileum) langsung ke rektum. Kode ICD-9-CM 45.23 menggambarkan prosedur ini.
Pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan, serta untuk keperluan penagihan dan pencatatan data medis yang akurat.