Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21333 | 01 Sep 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Perfusi Jaringan Otak":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Perfusi Jaringan Otak" adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan atau disfungsi pada jaringan otak.
Definisi dari "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" menurut SDKI adalah: "Penurunan sirkulasi darah yang menyebabkan ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengancam kelangsungan hidup jaringan otak."
Karakteristik definisi ini mencakup gejala-gejala seperti perubahan kesadaran, perubahan fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta tanda-tanda lain yang mengindikasikan gangguan perfusi otak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" adalah:
a. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
b. Fungsi Neurologis Membaik
c. Tidak Terjadi Komplikasi
a. Perfusi Jaringan Serebral Membaik:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa suplai oksigen dan nutrisi ke otak telah membaik, sehingga dapat mempertahankan fungsi normal jaringan otak. Indikator yang dapat diukur meliputi peningkatan kesadaran, fungsi motorik, sensorik, dan kognitif.
b. Fungsi Neurologis Membaik:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi saraf, seperti kesadaran, pergerakan, sensasi, dan kognitif, telah membaik sesuai dengan kondisi pasien. Indikator yang dapat diukur meliputi peningkatan skor Glasgow Coma Scale (GCS), fungsi motorik, sensorik, dan fungsi kognitif.
c. Tidak Terjadi Komplikasi:
Kriteria hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada komplikasi yang timbul akibat gangguan perfusi jaringan otak, seperti kerusakan permanen pada otak, kegagalan organ, atau kematian. Indikator yang dapat diukur meliputi tidak adanya tanda-tanda kerusakan otak, gangguan vital sign, dan komplikasi lainnya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral" meliputi:
a. Pemantauan Perfusi Jaringan Serebral
b. Manajemen Perfusi Jaringan Serebral
c. Manajemen Neurologi
d. Pencegahan Komplikasi
a. Pemantauan Perfusi Jaringan Serebral:
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memantau status perfusi jaringan otak secara komprehensif. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan neurologis, pemantauan kadar oksigen dalam darah, dan pemantauan hasil tes diagnostik lainnya.
b. Manajemen Perfusi Jaringan Serebral:
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan otak. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengaturan posisi pasien, pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan aliran darah dan oksigenasi otak.
c. Manajemen Neurologi:
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi neurologis pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemantauan status mental, fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta pemberian stimulasi yang sesuai untuk meningkatkan fungsi tersebut.
d. Pencegahan Komplikasi:
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan otak. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan cedera kepala, pencegahan infeksi, pencegahan komplikasi pernapasan, serta pemantauan dan penanganan tanda-tanda komplikasi lainnya.
Penerapan intervensi-intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan berkelanjutan diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memulihkan perfusi jaringan otak, meningkatkan fungsi neurologis, dan mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 21334 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis gagal jantung, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50
- Deskripsi: Gagal jantung
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.66
- Deskripsi: Transplantasi jantung
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I50 digunakan untuk diagnosis gagal jantung. Gagal jantung adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif, menyebabkan gejala seperti sesak napas, pembengkakan, dan kelelahan. Kode I50 mencakup berbagai tipe gagal jantung, termasuk gagal jantung kongestif, gagal jantung sistolik, dan gagal jantung diastolik.
2. Kode ICD-9-CM 37.66 adalah untuk prosedur transplantasi jantung. Transplantasi jantung adalah tindakan bedah di mana jantung yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik digantikan dengan jantung yang sehat dari donor. Ini merupakan salah satu pilihan pengobatan untuk pasien dengan gagal jantung stadium akhir yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan lain.
Kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan dan perekam medis untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan prosedur terkait kondisi gagal jantung dalam rekam medis pasien. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat, pengkodean yang konsisten, dan penagihan yang benar untuk layanan kesehatan yang diberikan. -
Article No. 21335 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gagal jantung. Saya akan menyampaikannya dalam nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
2. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer (00211)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: D.1.2.1
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
2. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Kode: D.2.1.1
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer (00211)
Kode: D.3.2.1
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: L.1.2.1
Definisi: Kemampuan pasien untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
2. Keseimbangan Cairan (00026)
Kode: L.2.1.1
Definisi: Keseimbangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
3. Perfusi Jaringan Perifer (00211)
Kode: L.3.2.1
Definisi: Sirkulasi darah ke jaringan perifer.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: I.1.2.1
Definisi: Upaya untuk mengelola ketidakmampuan pasien dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang diharapkan.
2. Manajemen Cairan (00026)
Kode: I.2.1.1
Definisi: Upaya untuk mengelola keseimbangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
3. Manajemen Perfusi Jaringan Perifer (00211)
Kode: I.3.2.1
Definisi: Upaya untuk mengelola sirkulasi darah ke jaringan perifer. -
Article No. 21336 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi gagal jantung, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Gagal Jantung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi gagal jantung berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi terhadap keterbatasan. Pada pasien dengan gagal jantung, kondisi ini terjadi akibat ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh saat melakukan aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi gagal jantung adalah:
1. Toleransi Aktivitas: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi kesehatannya tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
2. Manajemen Energi: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengatur penggunaan energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Koping: Pasien menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi secara efektif terhadap perubahan yang disebabkan oleh kondisi gagal jantung.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan kondisi gagal jantung adalah:
1. Manajemen Aktivitas: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengatur dan mengelola aktivitasnya sehari-hari agar sesuai dengan kondisi kesehatannya. Contoh tindakan dalam intervensi ini adalah mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan, mengatur jadwal aktivitas, dan memantau respons pasien terhadap aktivitas.
2. Manajemen Energi: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengatur penggunaan energi selama melakukan aktivitas. Contoh tindakan dalam intervensi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan energi, memberikan edukasi tentang konservasi energi, dan memantau penggunaan energi pasien.
3. Peningkatan Koping: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengembangkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi perubahan yang terjadi akibat kondisi gagal jantung. Contoh tindakan dalam intervensi ini adalah mengidentifikasi strategi koping yang digunakan, memberikan dukungan emosional, dan mengajarkan teknik relaksasi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dengan kondisi gagal jantung dapat meningkatkan toleransi aktivitas, manajemen energi, dan kemampuan koping, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 21337 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi gagal jantung:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50
- Deskripsi: Gagal jantung
Gagal jantung (heart failure) adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kardiomiopati, atau kelainan struktural jantung lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 37.66
- Deskripsi: Implantasi alat bantu jantung, tidak dinyatakan lain
Jika pasien dengan gagal jantung membutuhkan intervensi medis, seperti pemasangan alat bantu jantung (ventricular assist device), maka dapat digunakan kode ICD-9-CM 37.66 untuk mencatat prosedur tersebut.
Pengkodean yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, dan analisis data epidemiologi yang baik. Pengetahuan yang baik tentang sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM sangat berguna bagi dokter, perekam medis, dan profesional kesehatan lainnya. -
Article No. 21338 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gagal jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Gagal Jantung (00029)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gagal Jantung (00029)
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Adaptasi Kardiovaskular (00903)
Definisi: Kemampuan sistem kardiovaskular untuk beradaptasi dengan perubahan fisiologis dan/atau patologis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Gagal Jantung (6650)
Definisi: Pemberian asuhan keperawatan untuk mengelola gejala dan komplikasi pada pasien dengan gagal jantung.
Sebagai pakar keperawatan, saya dapat menjelaskan bahwa diagnosa keperawatan "Gagal Jantung" mengacu pada ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Luaran yang diharapkan adalah Adaptasi Kardiovaskular, yaitu kemampuan sistem kardiovaskular untuk beradaptasi dengan perubahan fisiologis dan/atau patologis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Gagal Jantung, yang bertujuan untuk mengelola gejala dan komplikasi pada pasien dengan gagal jantung. -
Article No. 21339 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien kontrol epilepsi saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. pertama kali kejang pada bulan desember 2024, dengan bentuk kejangnya adalah kedua mata melotot melirik keatas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, sebelum kejang pasien akan merasakan pandangan mata buram, dan melamun. kejang paling lama berlangsung sekitar 30 - 60 detik. kejang terakhir pada bulan juni 2025 dengan bentuk kejang yang sama. Hasil EEG pada tanggal 20 Februari 2025 EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasi adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. Keadaan umum baik, BB 41 kg, tb 141 cm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis (jika ada) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.209
- Deskripsi: Epilepsi, tidak terkontrol, dengan jenis kejang tidak spesifik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalogram (EEG)
Penjelasan:
Kode ICD-10 G40.209 (Epilepsi, tidak terkontrol, dengan jenis kejang tidak spesifik, tidak diklasifikasikan di tempat lain) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami epilepsi dengan bentuk kejang berupa kedua mata melotot melirik ke atas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, serta adanya gejala aura berupa pandangan mata buram dan melamun. Pasien mengalami kejang pertama kali pada Desember 2024 dan kejang terakhir pada Juni 2025, sehingga diklasifikasikan sebagai epilepsi yang tidak terkontrol.
Kode ICD-9-CM 89.14 (Elektroensefalogram [EEG]) sesuai dengan prosedur pemeriksaan EEG yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2025, yang menunjukkan hasil abnormal yang mengindikasikan adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. -
Article No. 21340 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gagal jantung, dengan nada akademis dan persona pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gagal jantung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gagal jantung berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Penurunan curah jantung
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, yang tidak memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
b. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan perifer.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan curah jantung
Definisi: Peningkatan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, yang memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
b. Peningkatan toleransi aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang sesuai dengan kapasitas fisik.
c. Peningkatan perfusi jaringan perifer
Definisi: Kemampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan perifer.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk peningkatan curah jantung:
i. Pemantauan tanda-tanda vital
ii. Terapi oksigen
iii. Manajemen cairan
iv. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
b. Untuk peningkatan toleransi aktivitas:
i. Pengaturan aktivitas dan istirahat
ii. Latihan fisik bertahap
iii. Manajemen energi
iv. Edukasi tentang aktivitas yang aman
c. Untuk peningkatan perfusi jaringan perifer:
i. Pengaturan posisi
ii. Terapi kompres dingin/hangat
iii. Pemantauan sirkulasi perifer
iv. Edukasi tentang perawatan kulit dan ekstremitas
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk gagal jantung menggambarkan permasalahan kesehatan utama yang dialami oleh pasien, yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, dan perfusi jaringan perifer yang tidak efektif. Diagnosa ini akan menjadi dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencerminkan tujuan akhir dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Dalam kasus gagal jantung, tujuan utamanya adalah peningkatan curah jantung, peningkatan toleransi aktivitas, dan peningkatan perfusi jaringan perifer. Pencapaian luaran yang diharapkan akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) merupakan tindakan-tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan pasien dengan gagal jantung. Intervensi ini meliputi pemantauan tanda-tanda vital, terapi oksigen, manajemen cairan, pemberian obat-obatan, pengaturan aktivitas dan istirahat, latihan fisik bertahap, manajemen energi, pengaturan posisi, terapi kompres, pemantauan sirkulasi perifer, dan edukasi terkait aktivitas aman serta perawatan kulit dan ekstremitas. Penerapan intervensi yang tepat akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 21341 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien kontrol epilepsi saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. pertama kali kejang pada bulan desember 2024, dengan bentuk kejangnya adalah kedua mata melotot melirik keatas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, sebelum kejang pasien akan merasakan pandangan mata buram, dan melamun. kejang paling lama berlangsung sekitar 30 - 60 detik. kejang terakhir pada bulan juni 2025 dengan bentuk kejang yang sama. Hasil EEG pada tanggal 20 Februari 2025 EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasi adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. Keadaan umum baik, BB 41 kg, tb 141 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Cedera: Kejang (00155)
Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00155
b. Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal.
c. Faktor Risiko: Riwayat kejang, perubahan neurologis, paparan bahaya.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1851
b. Judul: Kontrol Kejang
c. Definisi: Kemampuan individu untuk mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan atau penanganan yang tepat.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 4920
b. Judul: Manajemen Kejang
c. Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan kejang.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan riwayat epilepsi yang saat ini tidak memiliki keluhan dapat ditetapkan dengan diagnosa keperawatan "Risiko Cedera: Kejang". Hal ini dikarenakan pasien memiliki faktor risiko berupa riwayat kejang yang terjadi sebelumnya. Luaran keperawatan yang dapat diterapkan adalah "Kontrol Kejang", dimana pasien diharapkan mampu mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan atau penanganan yang tepat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Kejang", yang mencakup serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan kejang. -
Article No. 21342 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi gagal jantung, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Penurunan Curah Jantung (Kode: D.0016)\par
\b Definisi:\b0 Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
- \b Kode: L.03021 (Status Sirkulasi: Curah Jantung)\b0 \par
\b Kriteria Luaran:\b0 \par
1. Denyut nadi perifer teraba.\par
2. Tekanan darah dalam rentang normal.\par
3. Tidak terjadi dyspnea atau orthopnea.\par
4. Edema perifer tidak terjadi.\par
5. Output urine adekuat (\>30 mL/jam).\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
- \b Kode: I.09226 (Manajemen Curah Jantung)\b0 \par
\b Aktivitas:\b0 \par
1. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) setiap 2-4 jam.\par
2. Auskultasi bunyi jantung dan paru untuk mendeteksi abnormalitas (seperti gallop, murmur, ronki).\par
3. Observasi adanya edema perifer, jugular venous distention (JVD), atau ascites.\par
4. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (seperti diuretik, vasodilator, inotropik) sesuai resep.\par
5. Edukasi pasien mengenai pembatasan cairan dan natrium, serta aktivitas fisik yang sesuai.\par
6. Pantau balance cairan (intake dan output) setiap 24 jam.\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 \par
Pada gagal jantung, terjadi penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah, sehingga curah jantung tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Hal ini mengakibatkan gejala seperti dyspnea, fatigue, edema, dan penurunan perfusi organ. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan status hemodinamik, manajemen gejala, serta edukasi untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendekatan kolaboratif dengan tim kesehatan lain sangat penting dalam tatalaksana gagal jantung.\par
}