Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12453 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan kondisi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Purpura dan kondisi lainnya akibat trombositopenia
Penjelasan:
Pasien mengalami perdarahan dari hidung yang tidak berhenti, disertai dengan munculnya bintik-bintik merah kecil (petechiae) di wajah dan dada, serta purpura di belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit yang sangat rendah (25.000/μL), yang mengindikasikan trombositopenia. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis kode ICD-10 D69.6 (Purpura dan kondisi lainnya akibat trombositopenia).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada tindakan medis spesifik yang teridentifikasi dari informasi yang diberikan. Pasien memerlukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut untuk menentukan penyebab trombositopenia dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Dalam kasus ini, pasien perlu segera mendapatkan penanganan di unit gawat darurat. Pemeriksaan dan tindakan medis yang mungkin diperlukan antara lain:
- Pemeriksaan fisik yang lebih rinci
- Pemeriksaan laboratorium tambahan (termasuk profil koagulasi, fungsi hati, dan fungsi ginjal)
- Terapi penghentian perdarahan (misalnya pemberian trombosit, vitamin K, atau obat-obatan lainnya)
- Identifikasi dan penanganan penyebab trombositopenia (misalnya pengobatan hipertensi, penghentian konsumsi NSAID, dll.)
- Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
Penangganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi trombositopenia pada pasien ini dan mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 12454 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Trombositopenia. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana tindakan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan tubuh dari sistem vaskuler yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan normal.
- Faktor Risiko: Penurunan jumlah trombosit, riwayat perdarahan, konsumsi obat-obatan yang memengaruhi pembekuan darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami perdarahan, tidak mengalami komplikasi akibat perdarahan, dan mampu mengontrol faktor risiko perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian terapi farmakologis (misalnya transfusi trombosit), edukasi tentang faktor risiko perdarahan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernapasan.
2. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan, seperti pendarahan dari hidung, gusi, atau luka.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, laboratorium) untuk pemeriksaan hematologi dan penanganan lanjut.
4. Berikan terapi farmakologis sesuai dengan indikasi, misalnya transfusi trombosit.
5. Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang faktor risiko perdarahan, tanda-tanda perdarahan, dan pentingnya menjaga kesehatan.
6. Dorong pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan perdarahan atau hematoma.
7. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk mengurangi kecemasan. -
Article No. 12455 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan aktif berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kondisi di mana terjadi pengeluaran darah yang tidak terkontrol dari pembuluh darah.
Penyebab: Gangguan sistem pembekuan darah, riwayat penyakit, trauma, penggunaan obat-obatan.
Gejala dan Tanda: Perdarahan yang sulit dihentikan, purpura, petechiae, hematoma, pusing, kesulitan bernapas, kelelahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perdarahan terkendali
2. Risiko komplikasi terkait perdarahan menurun
3. Pengetahuan tentang perawatan perdarahan meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan intravena
4. Pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan
5. Edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan perdarahan
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami perdarahan aktif dari hidung yang tidak berhenti selama 3 jam, disertai dengan gejala-gejala seperti pusing, kesulitan bernapas, kelelahan, dan adanya petechiae serta hematoma. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pembekuan darah yang perlu segera ditangani. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mengendalikan perdarahan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang perawatan perdarahan. -
Article No. 12456 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan akut berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit, ditandai dengan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama 3 jam, purpura di leher, dan hematoma di lutut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan darah secara tiba-tiba dan tidak terkendali dari pembuluh darah.
Penyebab: Penurunan jumlah atau fungsi trombosit, kelainan sistem pembekuan darah, atau trauma.
Gejala dan Tanda: Perdarahan yang tidak berhenti, memar, purpura, epistaksis, hematemesis, hematuria, melena.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko perdarahan terkendali
2. Tidak terjadi komplikasi perdarahan
3. Nyeri terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status hemodinamik
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan
3. Pengendalian perdarahan
4. Pemberian cairan dan/atau produk darah, jika diperlukan
5. Pemberian antikoagulan dan antifibrinolitik, jika diperlukan
6. Pengkajian dan pemantauan nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami perdarahan akut yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit (trombositopenia). Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi hipertensi yang tidak terkontrol, konsumsi NSAID, dan merokok. Intervensi keperawatan fokus pada pengendalian perdarahan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen dan cairan, serta pengkajian dan penanganan nyeri. Luaran yang diharapkan adalah risiko perdarahan terkendali, tidak terjadi komplikasi, dan nyeri terkendali. -
Article No. 12457 | 17 Feb 2025
Klinis : Dispepsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi dispepsia.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri abdominal akibat dispepsia.
Penjelasan singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Etiologi: Nyeri abdominal akibat dispepsia.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Indikator: Lama waktu beristirahat sesuai kebutuhan, Tingkat kelelahan saat beraktivitas, Kemampuan melakukan aktivitas rutin.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mengenali, mengurangi, dan mengatasi nyeri yang dialami.
- Aktivitas/Istirahat: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Edukasi Kesehatan: Tindakan yang dilakukan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait kondisi kesehatan dan perawatannya.
Dengan memahami standar-standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan dispepsia. -
Article No. 12458 | 17 Feb 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Infark miokard akut.
- Karakteristik: Pasien mengeluhkan nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri.
2. Gangguan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Infark miokard akut.
- Karakteristik: Pasien mengalami sesak napas.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Infark miokard akut.
- Karakteristik: Pasien mengalami kelemahan umum akibat infark miokard.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengelolaan Nyeri
- Definisi: Kemampuan pasien untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pasien dapat melaporkan pengurangan tingkat nyeri.
2. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas.
3. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Pasien menunjukkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep.
- Ajarkan teknik non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Monitor respons terhadap intervensi.
2. Manajemen Jalan Nafas
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator atau pelembab udara sesuai resep.
3. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Ajarkan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan ringan.
- Monitor tanda-tanda vital saat beraktivitas.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah nyeri akut, gangguan pola napas, dan intoleransi aktivitas. Luaran yang diharapkan adalah pengelolaan nyeri, pola napas efektif, dan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen jalan napas, dan manajemen aktivitas. Implementasi intervensi yang tepat akan membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 12459 | 17 Feb 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Pasien mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan gejala-gejala lain seperti sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hal ini menunjukkan adanya kondisi yang mengancam nyawa, yaitu infark miokard akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Tingkat Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dari berat menjadi sedang atau ringan.
2. Perbaikan Perfusi Jaringan Kardiak: Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan jantung, seperti penurunan keluhan sesak napas, perbaikan irama jantung, dan peningkatan saturasi oksigen.
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Penyakit: Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor risiko, gejala, dan tindakan yang perlu dilakukan dalam manajemen infark miokard akut.
4. Peningkatan Kemampuan Adaptasi: Pasien dan keluarga dapat menunjukkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi kondisi kesehatan yang mengancam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor yang mempengaruhi).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik dan terapi non-farmakologis (misalnya relaksasi, terapi panas/dingin).
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan mandiri.
2. Manajemen Perfusi Jaringan Kardiak:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan hemodinamik secara ketat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi oksigen, nitrat, antiplatelet, dan antikoagulan sesuai indikasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perlunya istirahat, pembatasan aktivitas, dan pengelolaan faktor risiko (hipertensi, diabetes).
3. Edukasi Manajemen Penyakit:
- Berikan informasi tentang infark miokard akut, termasuk penyebab, gejala, dan komplikasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen faktor risiko, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan.
- Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk memastikan pemahaman pasien dan keluarga.
4. Dukungan Koping:
- Identifikasi respons emosional pasien dan keluarga terhadap kondisi yang mengancam.
- Berikan dukungan psikologis dan emosional, serta libatkan keluarga dalam proses perawatan.
- Ajarkan strategi koping yang efektif, seperti relaksasi, visualisasi, dan manajemen stres.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai luaran yang optimal, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa. -
Article No. 12460 | 17 Feb 2025
Klinis : Bacalah kasus berikut ini dengan teliti Tn. X datang ke poli bedah tgl 1 januari dengan keluhan adanya luka di kaki kiri karena tertusuk paku sejak 1 bulan yang lalu. Selama 1 bulan ini luka dirawat sendiri dengan revanol. Akan tetapi semakin hari semakin memburuk kakinya bengkak. Hasil anamnesa diperoleh nyeri disekitar tusukan, berbau, mengeluarkan cairan berwarna kuning, volume 50 cc.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
Definisi SDKI:
Risiko untuk terpapar patogen mikroorganisme, yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko SDKI:
- Tidak adekuatnya sistem pertahanan tubuh
- Kerusakan integritas kulit
- Prosedur invasif
Tujuan SLKI:
- Tidak terjadi infeksi pada luka
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
Intervensi SIKI:
- Perawatan luka
- Pemberian antibiotik
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
2. Nyeri Akut
Definisi SDKI:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor Berhubungan SDKI:
- Cedera fisik (tusukan paku)
- Inflamasi
Tujuan SLKI:
- Nyeri terkontrol
- Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami nyeri yang mengganggu
Intervensi SIKI:
- Manajemen nyeri
- Pemberian analgesik
- Kompres hangat/dingin
3. Gangguan Integritas Kulit
Definisi SDKI:
Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Faktor Berhubungan SDKI:
- Cedera fisik (tusukan paku)
- Infeksi
Tujuan SLKI:
- Tidak terjadi komplikasi pada luka
- Luka membaik
Intervensi SIKI:
- Perawatan luka
- Debridemen
- Aplikasi balutan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12325 | 16 Feb 2025
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat ahli, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi ansietas.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Ansietas:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ansietas adalah "Ansietas" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons otonom (sumber atau penyebabnya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Ansietas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stresor psikologis, perubahan status kesehatan, atau kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran atau hasil yang diharapkan untuk kondisi ansietas adalah:
1. Kecemasan Terkendali: Klien mampu mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab kecemasan, serta menunjukkan tanda-tanda fisik dan perilaku yang mengindikasikan penurunan kecemasan.
2. Stabilitas Emosi: Klien dapat menunjukkan emosi yang stabil, mampu mengungkapkan perasaan secara tepat, dan meminimalkan respons emosional yang berlebihan.
3. Manajemen Stres: Klien dapat menerapkan strategi manajemen stres yang efektif, seperti relaksasi, distraksi, atau latihan kognitif, untuk mengelola kecemasan dan ketegangan.
4. Peningkatan Koping: Klien dapat mengidentifikasi dan menerapkan mekanisme koping yang adaptif untuk mengatasi ansietas, serta menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi situasi yang menimbulkan kecemasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi ansietas, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Ansietas:
- Identifikasi faktor-faktor penyebab ansietas pada klien.
- Bantu klien untuk mengenali dan mengungkapkan perasaan cemas yang dialami.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi, untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk memfasilitasi penurunan ansietas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan, untuk memberikan terapi farmakologis.
2. Peningkatan Koping:
- Identifikasi mekanisme koping yang telah digunakan klien dan evaluasi efektivitasnya.
- Ajarkan strategi koping yang adaptif, seperti manajemen waktu, problem-solving, atau dukungan sosial.
- Dorong klien untuk menggunakan sumber daya dan dukungan yang ada untuk mengatasi ansietas.
- Bantu klien untuk mengembangkan rencana tindakan untuk mengelola situasi yang menimbulkan kecemasan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan informasi kepada klien dan keluarga mengenai ansietas, penyebab, dan dampaknya.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang dapat diterapkan di rumah.
- Dorong klien dan keluarga untuk terlibat aktif dalam proses perawatan dan pemulihan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dengan kondisi ansietas dapat mengalami perbaikan dalam mengelola kecemasan, memiliki stabilitas emosi, dan meningkatkan kemampuan koping yang efektif. -
Article No. 12326 | 16 Feb 2025
Klinis : Saat ini ibu mengatakan berada di kehamilan trimester III dengan keluhan terkadang pusing saat beraktivitas. Ny C mengaku saat awal kehamilan tidak rutin minum tablet tambah darah setelah mengetahui kadar Hb rendah Ny C mulai rutin minum TTD 2x/hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan: Ibu dalam kehamilan trimester III mengalami keluhan terkadang pusing saat beraktivitas, serta awal kehamilan tidak rutin minum tablet tambah darah setelah mengetahui kadar Hb rendah. Hal ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan zat gizi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Penurunan asupan makanan, penyakit kronis, kehamilan.
- Gejala dan Tanda: Pusing, letih, lemah, pucat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan nutrisi terpenuhi.
- Indikator: Berat badan sesuai usia kehamilan, tidak ada tanda-tanda kurang gizi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan nutrisi, edukasi gizi seimbang, pemberian suplementasi zat besi.
Persona: Sebagai perawat profesional, saya akan bekerja sama dengan ibu untuk memantau asupan nutrisi, memberikan edukasi gizi seimbang, dan memastikan ibu rutin mengonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran. Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal selama kehamilan trimester III.