Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19327 | 06 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan sesak nafas, terdengar suara whezing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan sesak napas dan wheezing:
---
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode: D.0016** – **Gangguan Pertukaran Gas**
*Definisi:* Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh, atau gangguan eliminasi karbon dioksida.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Obstruksi jalan napas (misalnya: bronkospasme, sekret berlebih).
- Penurunan kapasitas difusi alveolus.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: L.0401** – **Status Pernapasan**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal.
2. Tidak ada bunyi napas abnormal (wheezing, ronki).
3. Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95%.
4. Pasien melaporkan tidak sesak napas.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: I.0901** – **Manajemen Jalan Napas**
*Tindakan:*
1. Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam.
2. Berikan posisi semi-Fowler atau tripod untuk memfasilitasi ekspansi paru.
3. Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
4. Kolaborasi pemberian bronkodilator atau oksigen sesuai indikasi.
**Kode: I.1101** – **Manajemen Oksigenasi**
*Tindakan:*
1. Monitor saturasi oksigen secara berkala.
2. Hindari faktor pemicu (alergen, asap rokok).
3. Berikan edukasi tentang penggunaan inhaler jika diperlukan.
---
### **Catatan Akademis**
- **Wheezing** menunjukkan obstruksi jalan napas kecil (misalnya: asma, COPD).
- **Pertukaran gas terganggu** dipilih karena adanya manifestasi klinis hipoksia (sesak napas) dan gangguan eliminasi CO₂.
- Intervensi difokuskan pada optimasi oksigenasi dan reduksi obstruksi.
Semoga informasi ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian berdasarkan data tambahan (misalnya: hasil ABG, riwayat penyakit), revisi diagnosis dapat dilakukan. -
Article No. 19328 | 06 Jul 2025
Klinis : Pasien An.M dengan diagnosa medis kejang demam kompleks. Keluhan utama kejang di rumah selama sekitar 10 menit, demam sejak pagi hari. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak pagi lalu kejang seluruh badan seperti mengigil dan mulut mengeluarkan cairan, setelah kejang pasien sadar, tidak mual muntah,, saat observasi di igd pasien kejang 1x kelonjotan seluruh badan dan kejang dipotong oleh pemberian diazepam suppo 5mg. Riwayat penyakit dahulu tidak ada dan ini baru pertama x kejang. Pem fisik ttv nadi:132x,suhu 39,2,spo2 98,respirasi 35x. KU: lemah, pucat,composmentis. Pemeiksaan penunjang data laboratorium. Masalah keperawatan yang di temukan: 1. Hipertermia 2. Risiko perfusi serebral tidak efektif 3. Risiko jatuh 4. Risiko cedera 5. Defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien An.M yang mengalami kejang demam kompleks.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh akibat proses infeksi.
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan kejang.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya kejang.
4. Risiko cedera berhubungan dengan kejang.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai manajemen kejang demam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Klien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan usia
2. Perfusi serebral efektif:
- Kesadaran klien membaik
- Tidak ada tanda-tanda gangguan neurologis
- Tidak terjadi kejang
3. Tidak ada risiko jatuh:
- Klien mampu mempertahankan posisi tubuh dengan baik
- Tidak ada riwayat jatuh selama perawatan
4. Tidak ada risiko cedera:
- Tidak terjadi cedera selama perawatan
- Klien tidak mengalami komplikasi akibat kejang
5. Pengetahuan meningkat:
- Klien/keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penanganan kejang demam
- Klien/keluarga mampu melakukan tindakan pencegahan atau penanganan awal kejang demam di rumah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
- Monitoring tanda vital secara berkala
- Pemberian antipiretik sesuai indikasi
- Kompres hangat pada area tubuh
- Edukasi kepada klien/keluarga mengenai manajemen hipertermia
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif:
- Monitoring tanda-tanda vital dan status neurologis
- Pemberian obat antikonvulsan sesuai indikasi
- Penanganan kejang dengan teknik pemberian diazepam suppo
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penanganan kejang
3. Risiko jatuh:
- Pengkajian risiko jatuh secara berkala
- Pemasangan pagar pengaman pada tempat tidur
- Pengaturan lingkungan yang aman
- Edukasi kepada klien/keluarga mengenai pencegahan jatuh
4. Risiko cedera:
- Monitoring status neurologis dan tanda-tanda vital
- Pencegahan trauma selama kejang dengan teknik penanganan yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penanganan komplikasi akibat kejang
5. Defisit pengetahuan:
- Pengkajian pengetahuan klien/keluarga mengenai kejang demam
- Pemberian edukasi mengenai penyebab, tanda-tanda, dan penanganan kejang demam
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk konseling lebih lanjut
Saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien An.M yang mengalami kejang demam kompleks. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan bertanya. -
Article No. 19329 | 06 Jul 2025
Klinis : Pasien An.M dengan diagnosa medis kejang demam kompleks. Keluhan utama kejang di rumah selama sekitar 10 menit, demam sejak pagi hari. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak pagi lalu kejang seluruh badan seperti mengigil dan mulut mengeluarkan cairan, setelah kejang pasien sadar, tidak mual muntah,, saat observasi di igd pasien kejang 1x kelonjotan seluruh badan dan kejang dipotong oleh pemberian diazepam suppo 5mg. Riwayat penyakit dahulu tidak ada dan ini baru pertama x kejang. Pem fisik ttv nadi:132x,suhu 39,2,spo2 98,respirasi 35x. KU: lemah, pucat,composmentis. Pemeiksaan penunjang data laboratorium.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien An.M dengan diagnosa medis kejang demam kompleks adalah:
1. Risiko cedera berhubungan dengan kejang.
Definisi: Risiko terjadinya kerusakan fisik yang disebabkan oleh kontraksi otot yang tidak terkendali.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh proses patologis.
3. Perubahan pola napas berhubungan dengan proses penyakit.
Definisi: Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang disebabkan oleh proses patologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko cedera
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak terjadi cedera selama kejang
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat kejang
2. Hipertermia
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Pola napas
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Irama pernapasan teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko cedera
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan intervensi farmakologis untuk mengatasi kejang (misalnya pemberian diazepam)
- Lindungi pasien dari bahaya dan benda-benda keras selama kejang
- Observasi tanda-tanda komplikasi akibat kejang
2. Hipertermia
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala
- Berikan intervensi untuk menurunkan demam (misalnya kompres hangat, pemberian antipiretik)
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan infeksi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan untuk mencegah dehidrasi
3. Pola napas
- Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Observasi adanya retraksi dinding dada
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien An.M adalah risiko cedera berhubungan dengan kejang, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, dan perubahan pola napas berhubungan dengan proses penyakit. Luaran yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak terjadi cedera selama kejang, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan infeksi, serta frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian intervensi farmakologis untuk mengatasi kejang, lindungi pasien dari bahaya, pemantauan tanda-tanda komplikasi, intervensi untuk menurunkan demam, pemberian cairan sesuai kebutuhan, dan pemantauan serta intervensi untuk mengatasi perubahan pola napas. -
Article No. 19330 | 06 Jul 2025
Klinis : Pasien An.M dengan diagnosa medis kejang demam kompleks. Keluhan utama kejang di rumah selama sekitar 10 menit, demam sejak pagi hari. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak pagi lalu kejang seluruh badan seperti mengigil dan mulut mengeluarkan cairan, setelah kejang pasien sadar, tidak mual muntah,, saat observasi di igd pasien kejang 1x kelonjotan seluruh badan dan kejang dipotong oleh pemberian diazepam suppo 5mg. Riwayat penyakit dahulu tidak ada dan ini baru pertama x kejang. Pem fisik ttv nadi:132x,suhu 39,2,spo2 98,respirasi 35x. KU: lemah, pucat,composmentis. Pemeiksaan penunjang data laboratorium.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kondisi klinis yang diberikan, maka dapat diidentifikasi diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dengan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.3
- Deskripsi: Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleks merupakan jenis kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh yang cepat, infeksi, atau gangguan metabolik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 97.59
- Deskripsi: Pemberian obat antikonvulsan lainnya, per rectum
Pada kasus ini, pasien diberikan diazepam suppositoria 5 mg untuk menghentikan kejang. Pemberian obat antikonvulsan per rektal merupakan tindakan medis yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 97.59. -
Article No. 19331 | 06 Jul 2025
Klinis : Pasien An.M dengan diagnosa medis kejang demam kompleks. Keluhan utama kejang di rumah selama sekitar 10 menit, demam sejak pagi hari. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak pagi lalu kejang seluruh badan seperti mengigil dan mulut mengeluarkan cairan, setelah kejang pasien sadar, tidak mual muntah,, saat observasi di igd pasien kejang 1x kelonjotan seluruh badan dan kejang dipotong oleh pemberian diazepam suppo 5mg. Riwayat penyakit dahulu tidak ada dan ini baru pertama x kejang. Pem fisik ttv nadi:132x,suhu 39,2,spo2 98,respirasi 35x. KU: lemah, pucat,composmentis. Pemeiksaan penunjang data laboratorium.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien dengan Kejang Demam Kompleks**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan kondisi pasien **An.M** dengan kejang demam kompleks, beserta penjelasan singkat terkait **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**, **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**, dan **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera (SDKI Code: 0020)**
**Definisi:** Risiko meningkatnya kerentanan terhadap cedera fisik selama atau setelah kejang.
**Faktor yang Mendukung:**
- Riwayat kejang tonik-klonik selama ±10 menit.
- Kejang berulang saat observasi di IGD.
- Penurunan kesadaran sementara pasca-kejang.
**SLKI:**
- **Kode 2701 (Perlindungan dari Cedera):**
- Pasien bebas dari trauma fisik selama/setelah kejang.
- Lingkungan aman dari benda berbahaya.
**SIKI:**
- **Kode 4200 (Pengendalian Risiko):**
- Mempertahankan posisi lateral selama/setelah kejang.
- Hindari restrain berlebihan.
- Observasi tanda vital dan durasi kejang.
- **Kode 4230 (Manajemen Kejang):**
- Pemberian diazepam sesuai protokol.
- Monitoring efek sedatif pasca-antikonvulsan.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia (SDKI Code: 0007)**
**Definisi:** Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal akibat proses infeksi/demam.
**Data Klinis:**
- Suhu 39,2°C (demam tinggi).
- Riwayat demam sebelum kejang.
**SLKI:**
- **Kode 0803 (Termoregulasi):**
- Suhu tubuh kembali normal (36,5–37,5°C).
- Pasien tidak menunjukkan tanda distress termal.
**SIKI:**
- **Kode 3920 (Manajemen Hipertermia):**
- Kompres hangat/antipiretik (parasetamol).
- Hidrasi adekuat.
- Monitor suhu tiap 2 jam.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas Orang Tua (SDKI Code: 0014)**
**Definisi:** Perasaan khawatir berlebihan pada orang tua terkait kondisi anak.
**Data Pendukung:**
- Ibu melaporkan kejang pertama kali dengan gejala mulut mengeluarkan cairan.
- Ketidaktahuan tentang penanganan kejang demam.
**SLKI:**
- **Kode 1301 (Koping Keluarga):**
- Orang tua mampu mendeskripsikan tindakan pertama saat kejang.
- Mengungkapkan perasaan dengan adaptif.
**SIKI:**
- **Kode 5270 (Edukasi Kesehatan):**
- Ajarkan manajemen kejang di rumah (posisi aman, tidak memasukkan benda ke mulut).
- Jelaskan penyebab dan prognosis kejang demam.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan (SDKI Code: 00126)** *(Opsional)*
**Definisi:** Ketidakmampuan keluarga memahami penyebab dan penanganan kejang demam.
**SIKI:**
- **Kode 5602 (Edukasi Penyakit):**
- Berikan informasi tentang *febrile seizure* dan pencegahan rekurensi.
- Ajarkan kapan harus mencari bantuan medis.
---
### **Catatan Penting:**
- **Prioritas Intervensi:** Fokus pada pencegahan cedera dan penurunan suhu tubuh.
- **Kolaborasi:** Dokter untuk evaluasi pemberian antikonvulsan jangka panjang jika diperlukan.
- **Evaluasi:** Pantau frekuensi kejang, suhu, dan respons terapi.
Semua diagnosa dan intervensi di atas mengacu pada **PPNI (2017–2019)** dan disesuaikan dengan kondisi klinis pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi. -
Article No. 19332 | 06 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, dahak tidak bisa keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien merasa nyaman dengan posisi duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat lelah. Dari pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus kanan atas, pernafasan 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah 130/80mm Hg. Hasil pemeriksaan AGD : pH 7,40, pO2 80 mmHg, pCO2 35 mmHg, HCO3 26 mmol. Apa Diagnosa keperawatan utama pada pasien dan tuliskan Intervensi nya ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode: 00031 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Intervensi Keperawatan:
a. Intervensi SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 30113
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas yang efektif.
- Kode: 30114
Judul: Oksigenasi
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan transport oksigen.
b. Intervensi SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10006
Judul: Bersihan Jalan Napas
Definisi: Tercapainya kemampuan dalam mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
- Kode: 10007
Judul: Status Pernapasan
Definisi: Tercapainya pola pernapasan yang efektif.
c. Intervensi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 30113
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas yang efektif.
- Kode: 30114
Judul: Manajemen Oksigen
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan transport oksigen.
Tujuan intervensi ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas yang efektif, mempertahankan atau meningkatkan transport oksigen, serta mencapai kemampuan dalam mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi dan pola pernapasan yang efektif. -
Article No. 19333 | 06 Jul 2025
Klinis : sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul memberat 1 hari sebelum masuk RS, nyeri dada tidak ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas hilang timbul yang memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan tidak ada nyeri dada, diagnosis keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Gejala dan tanda mayor: Sesak napas, produksi sekret berlebih, penggunaan otot bantu napas.
Gejala dan tanda minor: Orthopnea, sianosis, produksi suara napas abnormal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Tingkat bersihan jalan napas meningkat
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Tidak ada tanda-tanda gagal napas
- Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penggunaan terapi inhalasi, jika diperlukan
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau status oksigenasi (saturasi oksigen, gas darah)
- Pantau dan atur ventilasi mekanis, jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengaturan ventilasi mekanis, jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri
- Pantau tanda-tanda vital dan ekspresi nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami sesak napas yang hilang timbul dan memberat, yang merupakan gejala mayor dari diagnosis tersebut. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memulihkan bersihan jalan napas, mempertahankan ventilasi yang adekuat, dan mengelola nyeri (jika ada).
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas (pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, suction, latihan pernapasan), manajemen ventilasi (pemantauan status oksigenasi, pengaturan ventilasi mekanis), dan manajemen nyeri (pemantauan tanda-tanda vital, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik).
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu tingkat bersihan jalan napas yang meningkat, tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas dan gagal napas, serta pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat. -
Article No. 19334 | 06 Jul 2025
Klinis : sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul memberat 1 hari sebelum masuk RS, nyeri dada ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul, memberat 1 hari sebelum masuk RS, serta adanya nyeri dada, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Hambatan struktur pernapasan, kelelahan otot pernapasan, nyeri, dan ansietas.
Gejala dan Tanda: Sesak nafas, bunyi napas tambahan, perubahan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan bunyi napas abnormal.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Agen cedera fisik.
Gejala dan Tanda: Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, perilaku protektif, perubahan tanda-tanda vital, dan mengeluh nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan usaha napas.
- Pasien dapat menunjukkan perbaikan pertukaran gas.
2. Nyeri Akut
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mengarah pada penurunan nyeri.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pantau pola napas, kedalaman, dan irama.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan obat-obatan lain sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab gangguan pernapasan.
2. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis (analgesik) sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (distraksi, relaksasi, dan terapi komplementer).
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
- Pantau efektivitas intervensi dan respons pasien terhadap nyeri.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan didasarkan pada kondisi klinis pasien yang mencakup gejala sesak napas dan nyeri dada. Ketidakefektifan Pola Napas sebagai diagnosa utama karena pasien mengalami gangguan dalam mempertahankan pola napas yang efektif, dengan penyebab utama kemungkinan adalah hambatan struktur pernapasan, kelelahan otot pernapasan, dan nyeri. Nyeri Akut sebagai diagnosa sekunder karena adanya keluhan nyeri dada yang menyertai kondisi pasien.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup perbaikan pola napas, peningkatan usaha napas, dan perbaikan pertukaran gas untuk mengatasi ketidakefektifan pola napas. Sementara untuk nyeri akut, luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat nyeri, perilaku yang mengarah pada penurunan nyeri, dan stabilitas tanda-tanda vital.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan pola napas, pemberian oksigen, edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif, kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan farmakologis, serta intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk mengatasi penyebab mendasar dari gangguan pernapasan dan nyeri yang dialami pasien.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien pulih dari kondisi sesak napas dan nyeri dada yang dialaminya. -
Article No. 19335 | 06 Jul 2025
Klinis : sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul memberat 1 hari sebelum masuk RS, ekg nstemi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul, dan memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit, serta hasil EKG yang menunjukkan NSTEMI (Non-ST Elevation Myocardial Infarction), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
Faktor yang berhubungan: Penyakit kardiovaskular (NSTEMI)
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Faktor yang berhubungan: Penyakit kardiovaskular (NSTEMI)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan dengan efektif.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Lakukan monitoring respirasi dan oksigenasi secara berkala.
b. Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
d. Lakukan suction atau fisioterapi dada jika diperlukan untuk membantu mengeluarkan sekret.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
2. Pola Napas Tidak Efektif
a. Lakukan monitoring respirasi dan oksigenasi secara berkala.
b. Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
d. Ajarkan teknik-teknik pernapasan yang benar kepada pasien.
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen penyakit kardiovaskular.
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang dipilih berdasarkan kondisi pasien yang mengalami sesak napas dan hasil EKG NSTEMI adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Pola Napas Tidak Efektif. Kedua diagnosa ini berkaitan dengan penyakit kardiovaskular yang dialami pasien.
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, serta pola napas yang efektif. Hal ini ditandai dengan kemampuan pasien mengeluarkan sekret, mempertahankan saturasi oksigen, tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas, serta pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa mengalami sesak napas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi monitoring respirasi dan oksigenasi, pemberian posisi semi-fowler, pemberian oksigen, suction atau fisioterapi dada jika diperlukan, serta edukasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas dan mempertahankan ventilasi yang adekuat pada pasien. -
Article No. 19336 | 06 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 22 tahun masuk RS dengan keluhan diare selama 4 hari. Saat dikaji klien tampak lemah dan muntah-muntah, feses klien tampak cair. Suhu tubuh klien 380C, frekuensi denyut jantung 98x/menit dan frek pernafasan 30x/menit, mata klien tampak cekung, bibir tampak kering dan turgor kulit buruk Apa Diagnosa Utama pada pasien dan tuliskan Intervensinya ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Defisit Volume Cairan (00027)
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SDKI:
- Indikator: Dehidrasi, turgor kulit buruk, mata cekung, bibir kering.
- Penyebab: Kehilangan cairan melalui diare dan muntah.
SLKI:
- Hasil yang Diharapkan: Pasien mencapai keseimbangan cairan yang adekuat.
- Intervensi: Pantau intake dan output cairan, berikan cairan intravena, monitor tanda-tanda vital, dan kolaborasi pemberian obat antidiare.
SIKI:
- Kode: 6220 Manajemen Cairan
- Definisi: Mempertahankan dan memulihkan keseimbangan cairan yang optimal.
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor intake dan output cairan secara ketat.
2. Berikan cairan intravena untuk mengganti kehilangan cairan akibat diare dan muntah.
3. Monitor tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, dan frekuensi napas.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antidiare yang sesuai.
5. Dokumentasikan semua intervensi dan respons pasien.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat dan mengatasi dehidrasi yang terjadi.