Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12382 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi post SC dengan IDO, dengan tone akademis dan persona pakar nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut ini dapat disebabkan oleh prosedur pembedahan seksio sesarea (SC) dan adanya IDO (Infeksi Daerah Operasi).
b. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri akut:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri dan menggunakan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi pada daerah operasi.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka yang baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, distraksi, dan teknik kognitif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan nyeri dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Risiko Infeksi:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi secara berkala, seperti peningkatan suhu tubuh, perubahan warna, edema, dan drainage pada luka operasi.
- Berikan perawatan luka operasi secara aseptik sesuai prosedur.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Pantau tanda-tanda vital pasien dan lakukan tindakan yang sesuai jika ditemukan penyimpangan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan Risiko Infeksi sesuai dengan kondisi pasien post SC dengan IDO. Nyeri akut dapat disebabkan oleh prosedur pembedahan dan adanya infeksi pada luka operasi. Risiko infeksi juga tinggi pada kondisi ini, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi.
Luaran/output yang diharapkan adalah penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta tidak terjadi infeksi pada daerah operasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri dan tanda-tanda infeksi, pemberian analgesik, teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis, perawatan luka operasi secara aseptik, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 12383 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi post SC dengan IDO pus purulent:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi post SC dengan IDO pus purulent adalah Integritas Kulit Terganggu. Definisi dari diagnosa ini adalah perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat mengganggu penyembuhan luka. Kondisi post SC dengan IDO pus purulent menunjukkan adanya gangguan pada integritas kulit, ditandai dengan adanya infeksi pada luka operasi. Hal ini dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan adalah Penyembuhan Luka: Sekunder. Definisi dari luaran ini adalah pemulihan keutuhan dan fungsi kulit setelah mengalami kerusakan dengan penyembuhan secara bertahap. Pada kondisi post SC dengan IDO pus purulent, diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luka operasi dapat sembuh secara sekunder, yaitu dengan penyembuhan yang bertahap.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah:
1. Perawatan Luka: Terbuka
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah komplikasi, mempercepat penyembuhan, dan meminimalkan risiko infeksi pada luka terbuka. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain membersihkan luka, mengganti balutan, memantau tanda-tanda infeksi, dan mengatur posisi pasien.
2. Manajemen Infeksi
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola infeksi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi tanda dan gejala infeksi, memantau hasil pemeriksaan laboratorium, memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi, dan melakukan debridemen luka jika diperlukan.
3. Manajemen Nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi nyeri yang muncul akibat luka operasi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi intensitas nyeri, memberikan analgetik sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mencapai luaran penyembuhan luka secara sekunder pada pasien post SC dengan IDO pus purulent. -
Article No. 12384 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent dilakukan kultur pus kelbsiela pnemonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Tone saya akan akademis dan persona saya akan sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Post SC dengan IDO pus purulent dilakukan kultur pus Klebsiella pneumoniae:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Risiko Infeksi" (Infection Risk). Kondisi ini menunjukkan adanya infeksi pada luka operasi sesar (Post SC) dengan karakteristik pus purulent yang diidentifikasi sebagai Klebsiella pneumoniae melalui kultur pus. Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang tepat karena pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap invasi dan replikasi organisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi: Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi sesar, seperti tidak ada kemerahan, pembengkakan, nyeri, atau peningkatan suhu tubuh.
2. Integritas Kulit: Luka operasi sesar akan sembuh dengan baik, tanpa komplikasi, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Manajemen Nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri pada luka operasi sesar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada luka operasi sesar, seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, peningkatan suhu, dan drainase.
- Kaji hasil kultur pus untuk mengidentifikasi patogen penyebab infeksi.
- Kaji riwayat medis pasien, termasuk riwayat alergi dan pengobatan sebelumnya.
2. Intervensi Terapeutik:
- Berikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur pus dan sensitivitas.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik, termasuk pembersihan luka dan penggantian balutan.
- Berikan analgesik untuk mengelola nyeri pada luka operasi sesar.
3. Edukasi dan Kolaborasi:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan luka.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan regimen antibiotik yang tepat dan pemantauan perkembangan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti ahli gizi, untuk mendukung proses penyembuhan luka.
4. Pemantauan dan Evaluasi:
- Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Evaluasi perkembangan luka operasi sesar dan penurunan tingkat nyeri.
- Lakukan pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan ulang kultur pus, untuk memastikan efektivitas pengobatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol infeksi, integritas kulit yang baik, dan manajemen nyeri yang efektif. -
Article No. 12385 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Post sc dengan ido pus purulent
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu post sc (post sectio caesarea) dengan ido (infeksi daerah operasi) pus purulent, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Risiko Infeksi Luka Operasi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengakibatkan komplikasi pada luka operasi.
Penyebab Risiko Infeksi Luka Operasi pada pasien post sc dengan ido pus purulent antara lain:
- Prosedur pembedahan
- Adanya kontaminasi bakteri pada saat pembedahan
- Penurunan sistem imun
- Hygiene yang tidak adekuat
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko infeksi luka operasi, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1) Status Penyembuhan Luka
Kriteria hasil:
- Luka operasi tampak bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada drainase/eksudat pus dari luka operasi
- Tidak ada rubor, kalor, dolor, dan tumor pada luka operasi
2) Pengendalian Infeksi
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan pemahaman tentang pencegahan infeksi
- Pasien menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko infeksi luka operasi, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1) Manajemen Luka Operasi
- Melakukan perawatan luka operasi secara aseptik
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi luka operasi
- Melakukan perawatan drainase/eksudat luka operasi
- Mengajarkan pasien cara perawatan luka operasi yang tepat
2) Edukasi Pencegahan Infeksi
- Memberikan edukasi tentang faktor risiko dan tanda-tanda infeksi
- Mengajarkan teknik cuci tangan yang benar
- Mengajarkan teknik perawatan luka operasi yang aseptik
- Mendorong pasien untuk mempertahankan hygiene yang baik
3) Pemantauan Tanda Vital
- Mengobservasi tanda-tanda vital pasien secara berkala
- Memantau adanya tanda-tanda infeksi sistemik
- Mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan risiko infeksi luka operasi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu status penyembuhan luka yang baik dan pengendalian infeksi yang efektif. -
Article No. 12386 | 17 Feb 2025
Klinis : pasien post operasi laparatomy dengan ido pus purulent
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien post operasi laparatomy dengan ido pus purulent:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah "Risiko Infeksi". Pasien post operasi laparatomy memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi, terutama pada area luka operasi, yang ditandai dengan adanya ido pus purulent (cairan nanah).
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2016). Pada pasien post operasi laparatomy dengan ido pus purulent, risiko infeksi dapat terjadi karena adanya luka terbuka dan akumulasi cairan purulent yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi: Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kontrol infeksi yang adekuat, ditandai dengan:
- Tanda-tanda peradangan pada luka operasi menurun
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik (demam, leukositosis, dll.)
- Hasil pemeriksaan mikrobiologis negatif untuk infeksi
2. Integritas Kulit: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang baik, ditandai dengan:
- Luka operasi terawat dan mengalami penyembuhan yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit lainnya
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang baik tentang pencegahan dan penanganan infeksi, ditandai dengan:
- Dapat menjelaskan faktor-faktor risiko infeksi
- Dapat menjelaskan tanda-tanda infeksi dan tindakan yang harus dilakukan
- Dapat menjelaskan pentingnya kebersihan tangan dan perawatan luka
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah)
- Identifikasi adanya tanda-tanda infeksi sistemik (demam, peningkatan leukosit, dll.)
2. Perawatan Luka
- Lakukan perawatan luka secara aseptik sesuai prosedur
- Pantau karakteristik luka (warna, odor, drainase, dll.)
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan ganti balutan secara teratur
3. Pemberian Antibiotik
- Berikan antibiotik sesuai indikasi dan hasil kultur/sensitivitas
- Pantau efektivitas pemberian antibiotik dan efek sampingnya
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, tanda-tanda infeksi, dan perawatan luka
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
5. Dokumentasi dan Evaluasi
- Dokumentasikan implementasi intervensi dan respon pasien
- Lakukan evaluasi rutin untuk mengukur efektivitas asuhan keperawatan
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pencegahan dan penanganan infeksi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol infeksi yang adekuat, integritas kulit yang baik, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam pencegahan dan penanganan infeksi. -
Article No. 12387 | 17 Feb 2025
Klinis : anak dengan bronkitis pnemonia dilakukan nebuleser
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anak dengan bronkitis pneumonia yang dilakukan nebuliser:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Kondisi bronkitis pneumonia pada anak dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas, peningkatan upaya napas, dan pola napas yang tidak efektif. Pemberian terapi nebuliser bertujuan untuk memperlancar jalan napas dan meningkatkan efektivitas pola napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Pola Napas" (0415). Indikator yang dapat diukur antara lain:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal untuk usia
b. Kedalaman napas dalam rentang normal untuk usia
c. Irama napas teratur
d. Tidak ada retraksi dinding dada
e. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Manajemen Jalan Napas (3160)
- Mempertahankan jalan napas terbuka dengan teknik nebuliser
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Melakukan suction jika diperlukan
b. Terapi Oksigen (3320)
- Memantau saturasi oksigen
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Manajemen Nyeri (1400)
- Memantau tanda-tanda nyeri
- Memberikan analgesik sesuai indikasi
d. Edukasi Kesehatan (5510)
- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan anak dengan bronkitis pneumonia
- Mengajarkan teknik nebuliser dan perawatan di rumah
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi anak dengan bronkitis pneumonia yang mengalami penyumbatan jalan napas dan pola napas yang tidak efektif. Intervensi Keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka, memperlancar pertukaran oksigen-karbondioksida, dan mengurangi gejala yang timbul. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya pola napas yang efektif sesuai usia anak.
Asuhan Keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan mempercepat proses pemulihan anak dengan bronkitis pneumonia. -
Article No. 12388 | 17 Feb 2025
Klinis : DO: - Kesadaran delirium - GCS: E4V2M5 (total 11) * Eye: Spontan (4) * Verbal: Menyuarakan bunyi tidak bermakna (2) * Motorik: Melokalisasi nyeri (5) - Tidak dapat berkomunikasi efektif - Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis abnormal: * Jumlah sel: 352/3 * Nonna: (+3) * Pandy: (+4) * Protein: 300 * Glukosa: 26.3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Fungsi Kognitif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memproses dan mengingat informasi secara efektif.
- SLKI: Tingkat Kesadaran Meningkat, Kemampuan Berpikir Membaik, Kemampuan Membuat Keputusan Meningkat.
- SIKI: Manajemen Delirium, Stimulasi Kognitif, Orientasi Realitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Komunikasi Verbal Terganggu
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, atau mengekspresikan ide atau perasaan melalui bahasa lisan.
- SLKI: Komunikasi Verbal Membaik, Interaksi Sosial Membaik.
- SIKI: Komunikasi Terapeutik, Manajemen Komunikasi, Terapi Reminiscence.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan infeksi.
- SLKI: Bebas Infeksi, Risiko Infeksi Menurun.
- SIKI: Manajemen Pemberian Obat, Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi.
Penjelasan singkat:
- Kesadaran delirium dan skor GCS 11 menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang perlu ditangani.
- Ketidakmampuan berkomunikasi efektif mengindikasikan komunikasi verbal yang terganggu.
- Hasil pemeriksaan liquor cerebrospinalis yang abnormal menunjukkan adanya risiko infeksi yang perlu diatasi.
Tujuan utama perawatan adalah memulihkan fungsi kognitif, komunikasi verbal, dan mencegah infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen delirium, stimulasi kognitif, komunikasi terapeutik, manajemen infeksi, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 12389 | 17 Feb 2025
Klinis : DS: - DO: - Terdapat retraksi dada - Napas dangkal - RR: 20x/menit - Terdapat bunyi ronchi - Reflek batuk lemah - Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru - Diagnosis: TB Milier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara secara normal.
Tanda dan Gejala:
- Terdapat retraksi dada
- Napas dangkal
- Frekuensi pernapasan meningkat (RR: 20x/menit)
- Terdapat bunyi ronchi
- Reflek batuk lemah
2. Risiko Infeksi
Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen.
Tanda dan Gejala:
- Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru
- Diagnosis: TB Milier
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan pedoman dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Risiko Infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah pedoman dalam merumuskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Contoh luaran yang dapat dicapai adalah peningkatan pola napas yang efektif dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman dalam merencanakan intervensi keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen jalan napas, manajemen infeksi, dan edukasi terkait penyakit TB Milier.
Dalam konteks kasus ini, perawat perlu bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan memastikan pemulihan pasien dengan TB Milier. -
Article No. 12390 | 17 Feb 2025
Klinis : DS: - DO: - Terdapat retraksi dada - Napas dangkal - RR: 20x/menit - Terdapat bunyi ronchi - Reflek batuk lemah - Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru - Diagnosis: TB Milier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi TB Milier:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Penyebab:
- Kelemahan otot pernapasan (Reflek batuk lemah)
- Infiltrat paru (Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru)
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran pernapasan.
Penyebab:
- Akumulasi sekresi (Terdapat bunyi ronchi)
- Kelemahan batuk (Reflek batuk lemah)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang adekuat
- Pasien menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal
- Pasien menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien bebas dari sekresi di jalan napas
- Pasien mampu batuk efektif
- Pasien bebas dari bunyi napas tambahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen supplemental sesuai indikasi
- Latih pasien teknik pernapasan dengan menggunakan alat bantu (spirometer)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi pernapasan yang sesuai
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekresi
- Berikan mukolitik atau bronkodilator sesuai indikasi
- Latih pasien teknik batuk efektif
- Anjurkan pasien melakukan mobilisasi dini untuk meningkatkan ekspektorasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi pernapasan yang sesuai
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pasien dengan TB Milier memiliki kondisi yang mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang dapat disebabkan oleh kelemahan otot pernapasan, infiltrat paru, dan akumulasi sekresi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memonitor tanda-tanda vital, memberikan oksigen, melatih teknik pernapasan, membersihkan jalan napas, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi yang sesuai. Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat membantu pasien dalam pemulihan. -
Article No. 12391 | 17 Feb 2025
Klinis : defisit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan, seperti mandi, berpakaian, berhias, makan, dan aktivitas eliminasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, termasuk kebersihan diri, berpakaian, makan, eliminasi, dan mobilitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi defisit perawatan diri meliputi:
a. Bantuan Perawatan Diri: memberikan bantuan langsung dalam aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi.
b. Pelatihan Perawatan Diri: mengajarkan dan melatih pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
c. Pengaturan Lingkungan: menyesuaikan lingkungan agar mendukung kemandirian pasien dalam melakukan perawatan diri.
d. Dukungan Psikologis: memberikan motivasi dan dukungan emosional untuk meningkatkan kemandirian pasien.
Dalam konteks akademis dan persona sebagai pakar perawat, penjelasan ini menekankan pada pemahaman komprehensif terkait standar keperawatan yang berlaku di Indonesia, serta intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi defisit perawatan diri pada pasien.