Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14375 | 18 Mar 2025
Klinis : Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhir juni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasien di diagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasien rencana operasi hidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan dan riwayat pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran pencernaan sekunder akibat kanker rektum.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri terkendali, skala nyeri menurun, kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri meningkat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgetik, terapi relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan edukasi pasien.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi saluran pencernaan sekunder akibat kanker rektum.
Penjelasan:
- SDKI: Konstipasi adalah pengalaman buang air besar yang tidak normal, ditandai dengan pengeluaran feses yang terlalu keras, terlalu sedikit, atau tidak teratur.
- SLKI: Pasien dapat buang air besar secara teratur, konsistensi feses normal, pasien merasa lega setelah buang air besar.
- SIKI: Manajemen konstipasi, termasuk pemberian laksatif, enema, edukasi diet tinggi serat, dan aktivitas fisik.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik sekunder akibat kanker rektum dan tindakan pemasangan NGT, condom catheter, dan kolostomi.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan citra tubuh adalah pengalaman subyektif individu tentang tubuhnya yang dipengaruhi oleh sejarah hidupnya, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan.
- SLKI: Pasien dapat menerima perubahan fisik, pasien mampu beradaptasi dengan perubahan fisik, pasien merasa nyaman dengan citra tubuh.
- SIKI: Terapi modifikasi citra tubuh, konseling, dukungan emosional, dan edukasi. -
Article No. 14376 | 18 Mar 2025
Klinis : Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhir juni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasien di diagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasien rencana operasi hidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker rektal, penyakit ginjal kronis)
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus (tumor rektal, gangguan motilitas usus)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cadangan energi (anemia, gagal ginjal)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT, CDL, kateter kondom)
Penjelasan singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker rektal, penyakit ginjal kronis)
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Manajemen nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri, Pemberian analgetik
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus (tumor rektal, gangguan motilitas usus)
- SDKI: Konstipasi
- SLKI: Manajemen eliminasi
- SIKI: Manajemen konstipasi, Pemberian laksatif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cadangan energi (anemia, gagal ginjal)
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen energi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT, CDL, kateter kondom)
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Pencegahan infeksi
- SIKI: Perawatan akses vaskuler, Perawatan kateter urin, Perawatan NGT
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI, seperti manajemen nyeri, manajemen konstipasi, manajemen aktivitas, pencegahan infeksi, dan tindakan lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 14377 | 18 Mar 2025
Klinis : 1. Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhirjuni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasiendidiagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasienrencanaoperasihidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen. 2. Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram tigagenerasi) : Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor resiko. tidaksempatterkaji. Tn S memiliki 1 istri dan 3 anak. Istri dan anakdalamkondisisehat. Riwayat orangtua dan saudara/saudari yang kankertidakada. PemeriksaanFisik 1. Tanda – Tanda Vital - Tekanandarah : 161/104 mmHg - Nadi : 116 x/mnt - Pernapasan : 30x/mnt - Suhu badan : 36.5 2. Kepala dan leher • Kepala : Pasienmengeluhkepalaberat. Bentuk, ukuran, posisi normal. Tidak adaluka, lesi, masa. Wajah simetris, tidakadaluka, tidakadapembengkakan, penglihatan normal, konjungtivapucat, sklreatampakagakkuning (icterus). Bibirpucat, kering. - Pendengaran - Gangguanpendengaran :tidak - Hidung - Normal - Tenggorokan dan mulut Tidak adapenggunaangigipalsu. Bibi rkering, pucat. Pasientidakmampuuntukmakansecara oral. Tidak adagangguanbicara 3. SistemKardiovaskuler - Nyeri Dada : tidak - Inspeksi : Kesadaran/ GCS : Alert Bentuk dada : Normal Bibir : pucat, kering Kuku : pucat Capillary Refill : normal Tangan : Edema Kaki : Edema Sendi : Edema - Pembesaranjantung :tidakada - Suara jantung normal 4. SistemRespirasi - Keluhan : sesak - Inspeksi : Jejas : tidak Bentuk Dada : Normal Jenis Pernapasan : Kussmaul denganbunyironchi, wheezing Irama Napas : tidakteratur Retraksiototpernapasan : Ya Penggunaanalatbantupernapasan :Nasalcanule 5 LPM 5. SistemPencernaan Keluhan : tidakadaproduksifeses di colostomy bag, begah. Turgor kulitkering. Bibirkeringpucat. Abdomen distensi, terlihatadapembesaran. 6. SistemPersyarafan Pasientidakkejang, tidaklumpuh, kesulitankoordinasigerakkarena edema ekstremitas. Pasientirah baring, reflekstidakterkaji. 7. Sistem Musculoskeletal Pasien edema ekstremitas bilateral. Reflekssendirtidakterkaji. Kaki kaku, tidakmudahuntukditekuk. kekuatanotot kaki tidakterkaji. Kekuatanotottanganlemah, tidakdapatmenggenggam. 8. SistemIntegumentari Turgor kulitburuk, kulitpasientampakkeringbersisik. 9. SistemPerkemihan Tidak ada keluaran urin. Nyeri tekan, kandung kemih penuh. Scrotum bengkak. Terpasang condom catheter. 10. SistemEndokrin Pasienmemiliki diabetes mellitus (terkajisaat di rumahsakit) 11. SistemReproduksi Terdapatpembesaran scrotum 12. Pola KegiatanSehari-hari (ADL) A. Nutrisi Pasienmemilikinafsumakanbaiksebelumsakit, menyukaimakananjawa, mengonsumsi kopi 2x/hari, rokok, BAB lancarsebelumsakit, saatdikajitidakadaproduksifesessudah 4 hari. Nutrisipasien per NGT. Berat badan pasien 72 Kg dengantinggi badan 172 cm pada saatmasukrumahsakit. Produksiurintidakada. B. Eliminasi 1. Buang air kecil (BAK) a. Kebiasaan Tidak adamasalahsebelumsakit. Namunsetelahsakit, sulituntukberkemih. Produksiurintidakadasaatdikaji. 2. Buang air besar (BAB) a. Sebelumsakit, pasien 2 kali sehari BAB, namunsaatsakit dan dikajitidakadaproduksifeses. C. Olah raga dan Aktivitas - Kegiatanolah raga yang disukai :pasienaktifsebagaipelatihsilat - Selain sebagaipelatihsilat, pasienaktifdalamkegiatan di lingkunganrumah dan masjid D. Istirahat dan tidur - Sejak sakit pasien kesulitan tidur karena nyeri, sesak napas. Sebelum sakit, pasien tidak menemukan kesulitan tidur. Pola InteraksiSosial 1. Siapa orang yang penting/ terdekat :istri 2. Organisasi social yang diikuti : Silat, organisasi masjid 3. Jika mempunyaimasalahapakahdibicarakandengan orang lain yang dipercayai/ terdekat :istri dan anak 4. Bagaimanaandamengatasisuatumasalahdalamkeluarga :dibicarakan 5. Bagaimanainteraksidalamkeluarga :baik KegiatanKeagamaan/ Spiritual 1. Ketaatanmenjalankanibadah :taat 2. Keterlibatandalamorganisasikeagamaan :ya KeadaanPsikologisSelama Sakit 1. Persepsiklienterhadappenyakit yang diderita :pasienmasihingin Kembali sembuh dan aktif. Ingin Kembali melatihsilat dan aktifbersosialisasi. Tidak hanyaterbaring dan tidakdapatberbuatapa-apa. 2. Pola interaksi dengan tenaga kesehatan dan lingkungannya : baik dan kooperatif Data Laboratorium&Diagnostik a. Pemeriksaan Darah No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Tanggal 09/07/24 10/07/24 1 Hemoglobin 13 – 18 g/dL 8.9 2 Leukosit 5.0 -10.0 103/uL 38.64 3 Trombosit 150-440 103/uL 61 4 Eritrosit 4.60 – 6.20 103/uL 2.69 5 Hematokrit 40-54 % 25.5 6 Ureumdarah 16.6-48.5mg/dL 171 7 Kreatinindarah 0.67-1.17 mg/dL 6.2 8 e-GFR >60 ml/min/1.73m2 10.4 9 PT/kontrol 15.6/16.1 10 APTT/Kontrol 24.4/31.8 11 AGD 7.27/21.2/102/12.9/97.5% 12 DPL 8.9/25.5/38.64/61.000 9.4/2990/93.000 13 Natrium 134 14 Prokalsitonin 9.89 15 GDS 06.00 : 203 12.00 : 207 Diagnostik Test 1. Pemeriksaan-pemeriksaankhusus Radiologi : 09/07/2024 • Abdomen 3 posisi :gambaranmeteorismusdisertaitanda peritonitis, dibandingkanfototanggal 30 juni 2024, saatini pre-peritoneal fat line kanankirisuram. Psoas line dan konturkeduaginjaltertutupbayanganudara usus prominen. Tampakdilatasi usus dan colon tanpadisertaipenebalandinding usus. Tidak tampak air fluid level yang signifikan/udarabebasekstralumen. Distribusiudara minimal sampaike pelvis minor. Tulang-tulangintak. • Thorax 02/07/2024 : disbanding foto 30/06/2024, tampak infiltrate di perihilar dan paracardial kanankiriberkurang.. sinus dan diafragmabaik. Aorta dan jantungtaktampakkelainan. Hilus dan plelura normal. Costae taktampakkelainan. Kateterdengan tip proyeksi vena cava superior. Kesimpulan :bronkopneumoniaberkurang. Tidak tampak pneumothorax, pneumomediastinum. Biopsy : Hasil patologianatomi (2022) : • Mucinous adenocarcinoma pada anorectal pT3N2bMx • Invasii tumor perineural ditemukan • Ditemukan 19 buahkelenjargetahbening dan 15 buahdiantaranyamengandung metastasis tumor USG Dopler 10/07/2024 : venoustasiskomuniskanan dan v.poplitea bilateral. Tidak tampak DVT Penatalaksanaan/pengobatan (pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain) • Pembedahan Pasca operasi miles dan kolostomitahun 2022 • Obat Riwayat Pasca KT taceral 13 siklus (sept 2023) No Nama obat Jumlah Aturanpakai 1 Meropenem 1 gr Inj 9 1 g/8 jam/ iv 2 Fluimucil 300 Mg/3 ML Inj (N-acetylcisteine) 12 300 mg/8 jam/IV 3 Metoclopramide 5 Mg Inj 12 10 mg/8 jam/IV 4 Vitamin B12 50 MCG tab 12 1 tab/8 jam/PO 5 Furosemide 20 mg/2 ml inj 4.00 20 mg/24 jam/iv 6 Bic nat 500 mg tab 12 500 mg/8jam/PO 7 Clinimix N9G15E 1000 mL (asam amino elektrolit) 4 1000 cc/24 jam/IV 8 Folic acid 1 MG tab 8 1 MG/12 jam PO 9 Osteocal 500 mg tablet kunyah 4 1 tab/24 jam/PO 10 Movibet 400 mg INF (moxifloxacin) 4 400 mg/24 jam/IV 11 Asam tranexamat 500 mg inj 12 500 mg/8 jam/iv 12 Ca gluconas 100 MG/ML Inj 8 1 amp/12 jam/IV 13 Fluconazole 200 MG infus 4 200 MG/24 jam/IV 14 Harnal 0.4 MG ocas tab (tamsulosin) 4 1 tab/24 jam/PO 15 Vitamin K1 10 MG inj (phytomenadion) 12 10 MG/8 jam/IV 16 Ceftazidime 1 gr inj 12 1 gr/8 jam/IV 17 Omeprazole 40 MG inj 8 8 MG/1 jam/IV 18 Asering 500 mL (elektrolit, glukosa, asam amino) 12 500 mL/8jam/IVFD (intravenous fluid drops) 19 Carbazochrome 50 MG/10 ML inj 24 100 MG/8 jam/IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (kanker, infeksi, obstruksi).
- Karakteristik SLKI: Melaporkan nyeri yang tidak tertahankan, Ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, Gelisah, Tidak dapat beristirahat.
- Intervensi SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, Terapi Farmakologis.
2. Gangguan Eliminasi Fekal (SDKI)
- Definisi: Gangguan dalam pengeluaran feses.
- Faktor yang berhubungan: Obstruksi usus, Perubahan pola diet, Penurunan motilitas usus.
- Karakteristik SLKI: Peningkatan distress dalam defekasi, Tidak dapat mengeluarkan feses, Distensi abdomen.
- Intervensi SIKI: Manajemen Eliminasi, Terapi Nutrisi, Terapi Cairan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas.
- Faktor yang berhubungan: Intoleransi fisiologis, Kelemahan anggota gerak.
- Karakteristik SLKI: Mudah lelah, Lemah, Tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas.
- Intervensi SIKI: Manajemen Aktivitas, Terapi Latihan, Perawatan Mandiri.
4. Resiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif (NGT, kateter), Penurunan sistem imun.
- Karakteristik SLKI: Peningkatan hitung leukosit, Peningkatan suhu tubuh, Peningkatan tanda-tanda inflamasi.
- Intervensi SIKI: Manajemen Infeksi, Manajemen Terapeutik, Manajemen Cairan.
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami nyeri abdomen yang tidak tertahankan, disertai gejala seperti begah dan sesak napas. Pasien juga mengalami gangguan eliminasi fekal, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi terkait kondisi medisnya (kanker rektum, penyakit ginjal kronis, dan prosedur invasif). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup nyeri akut, gangguan eliminasi fekal, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen eliminasi, manajemen aktivitas, dan manajemen infeksi, serta terapi komplementer, nutrisi, dan cairan yang sesuai. -
Article No. 14378 | 18 Mar 2025
Klinis : etilogi pada imunosupresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi imunosupresi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Infeksi didefinisikan sebagai peningkatan risiko terkena infeksi yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh.
- Faktor etiologi yang dapat menyebabkan risiko infeksi pada kondisi imunosupresi antara lain: penurunan sistem imun, paparan patogen, dan prosedur invasif.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah Bebas Infeksi, yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda dan gejala infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda Vital, Pemberian Obat, Perawatan Luka, dan Edukasi Pencegahan Infeksi.
- Tujuan intervensi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, memantau tanda-tanda awal infeksi, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan berfokus pada upaya preventif dan pemantauan yang ketat untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien dengan kondisi imunosupresi. Edukasi dan keterlibatan pasien dalam perawatan juga menjadi hal penting untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mencegah infeksi. -
Article No. 14379 | 18 Mar 2025
Klinis : sakit ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit ulu hati.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik definisi: Terdapat keluhan nyeri di ulu hati, skala nyeri meningkat, dan durasi nyeri kurang dari 3 bulan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa nyeri, dan pasien dapat mengendalikan nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, pemberian antiasida, edukasi tentang diet yang dapat menurunkan asam lambung, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologis.
Sebagai perawat profesional, saya akan membantu pasien dalam mengelola nyeri ulu hati dengan pendekatan holistik dan berpusat pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mencapai luaran yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14380 | 18 Mar 2025
Klinis : Ny. B masuk rumah sakit dengan keluhan merasakan nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul, namun tidak kunjung membaik. Selain itu pasien mengatakan BAK nyeri, nyeri yang dirasakan seperti melilit. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga rutin. Pengkajian pre operasi: Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri, kolik dan disertai hematuria, nyeri dirasakan menjalar hingga ke bagian depan. Pasien juga mengatakan BAK sering tidak tuntas, anyang-anyang, BAK nyeri. Pasien direncanakan untuk tindakan PCNL yang akan dijadwalkan 2 hari mendatang. Pasien sedikit cemas karena akan dilakukan operasi. Ini merupakan operasi yang pertama pasien. Pasien mengatakan mual muntah (+), konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik. Pasien masih mampu melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi meskipun kadang harus menahan nyeri pinggang. Pengkajian post operasi hari pertama pasien mengeluh nyeri hilang timbul, nyeri pinggang kiri, bertambah saat digerakkan, rasa seperti di tusuk-tusuk, skala 4-5 selama 5-10 menit. Terdapat luka post operasi di area PCNL di pinggang kiri yang tertutup verban.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana asuhan keperawatan untuk Ny. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu ginjal dan prosedur pembedahan (PCNL)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (PCNL)
3. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan (PCNL) yang pertama kali dilakukan
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- SLKI: Mencegah, mengurangi, dan menghilangkan nyeri serta meningkatkan kenyamanan pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut, seperti pemberian analgesik, relaksasi, terapi panas/dingin, dan manajemen lingkungan.
2. Risiko infeksi:
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Mencegah, mengendalikan, dan menangani infeksi pada pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
3. Cemas:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dirasakan.
- SLKI: Mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan koping pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan, seperti pemberian informasi, teknik relaksasi, dan pendampingan selama prosedur.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri).
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Terapkan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Anjurkan pasien untuk melaporkan segera jika nyeri bertambah atau tidak terkontrol.
2. Risiko infeksi:
- Lakukan perawatan luka operasi secara steril.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, eritema, edema, dan drainase).
- Berikan antibiotik sesuai instruksi dokter.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Cemas:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Berikan informasi yang jelas dan lengkap tentang prosedur operasi.
- Terapkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional. -
Article No. 14381 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 35 tahun, didiagnosis Ca Paru Stadium 2 oleh dokter. Hasil pengkajian: saat mendapatkan informasi tersebut, pasien syok sambil memukul meja dan berteriak “tidak mungkin”. Pasien tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan menangis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis penyakit kronis yang mengancam jiwa (Ca Paru Stadium 2) ditandai dengan syok, memukul meja, berteriak, dan menangis.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai respons otonom, perasaan tertekan yang berasal dari antisipasi bahaya. Dalam kasus ini, pasien mengalami kecemasan yang berhubungan dengan diagnosis penyakit kronis yang mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kasus ini adalah pasien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, yang dapat dilihat dari perubahan perilaku, tanda-tanda vital, dan ekspresi wajah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
2. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan cemas yang dirasakan.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi kecemasan.
4. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, untuk memberikan penanganan yang komprehensif.
Sebagai perawat, kita harus memahami kondisi pasien secara holistik dan memberikan intervensi yang tepat untuk membantu pasien dalam menghadapi diagnosis penyakit kronis yang mengancam jiwa. -
Article No. 14382 | 18 Mar 2025
Klinis : pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko ketidakstabilan hemodinamik
Penjelasan:
Pusing dapat menjadi indikasi adanya risiko ketidakstabilan hemodinamik, yang berarti terdapat kemungkinan gangguan pada fungsi kardiovaskular dan sirkulasi darah. Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan volume darah, disfungsi sistem saraf otonom, atau masalah pada sistem kardiovaskular. Risiko ketidakstabilan hemodinamik perlu diidentifikasi dan diatasi dengan cepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas hemodinamik
2. Perfusi jaringan
3. Status neurologi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Manajemen cairan
3. Terapi oksigen
4. Manajemen rasa pusing
Implementasi intervensi keperawatan ini bertujuan untuk menstabilkan fungsi kardiovaskular, mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, dan mengatasi gejala pusing yang dialami pasien. Evaluasi yang dilakukan secara berkala akan membantu memastikan tercapainya luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 14383 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 35 tahun, didiagnosis Ca Paru Stadium 2 oleh dokter. Hasil pengkajian: saat mendapatkan informasi tersebut, pasien syok sambil memukul meja dan berteriak “tidak mungkin”. Pasien tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan menangis.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34.9
- Deskripsi: Keganasan (kanker) primer pada bronkus atau paru, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 C34.9 digunakan untuk menggambarkan kondisi kanker paru-paru primer yang belum ditentukan secara spesifik. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan bahwa pasien didiagnosis dengan "Ca Paru Stadium 2".
2. Dalam kasus ini, tidak ada informasi mengenai prosedur atau tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan.
Reaksi pasien saat menerima informasi mengenai diagnosis kanker paru-paru stadium 2 menunjukkan adanya reaksi psikologis yang kuat, seperti syok, tidak percaya, dan menangis. Hal ini merupakan respon emosional yang umum terjadi saat pasien menerima berita buruk tentang kondisi kesehatannya. Intervensi psikologis dan dukungan emosional dari tenaga kesehatan dan keluarga akan sangat bermanfaat dalam membantu pasien beradaptasi dengan diagnosis dan menjalani perawatan selanjutnya. -
Article No. 14384 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 35 tahun, didiagnosis Ca Paru Stadium 2 oleh dokter. Hasil pengkajian: saat mendapatkan informasi tersebut, pasien syok sambil memukul meja dan berteriak “tidak mungkin”. Pasien tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan menangis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Ketidakefektifan koping
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan upaya yang disadari untuk mengatur stresor atau perubahan yang menggangu kehidupan individu.
- Karakteristik mayor: Menunjukkan respons emosional yang tidak sesuai dengan stresor, tidak dapat mengidentifikasi sumber stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Koping efektif
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan upaya yang disadari untuk mengatur stresor atau perubahan yang menggangu kehidupan.
- Indikator:
a. Mendemonstrasikan perilaku koping yang efektif.
b. Mengungkapkan perasaan secara terbuka.
c. Melaporkan tingkat stres yang terkendali.
d. Mengidentifikasi sumber stres.
e. Menggunakan sumber daya yang tersedia untuk membantu mengatasi stres.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Kognitif
- Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola berpikir yang tidak rasional atau maladaptif menjadi lebih positif dan konstruktif.
- Aktivitas:
a. Membantu pasien mengidentifikasi pikiran dan keyakinan yang tidak rasional atau maladaptif terkait diagnosis penyakitnya.
b. Mendiskusikan dengan pasien tentang pikiran dan keyakinan yang tidak rasional atau maladaptif tersebut.
c. Membantu pasien mengubah pikiran dan keyakinan yang tidak rasional atau maladaptif menjadi lebih positif dan konstruktif.
d. Mendorong pasien untuk menerapkan pikiran dan keyakinan yang lebih positif dan konstruktif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terapi Suportif
- Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengembangkan mekanisme koping yang efektif melalui dukungan emosional, informasi, dan interaksi sosial.
- Aktivitas:
a. Memberikan dukungan emosional kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif yang muncul terkait dengan diagnosis penyakitnya.
b. Memberikan informasi yang jelas dan rinci tentang diagnosis penyakit, prognosis, dan rencana perawatan yang akan dilakukan.
c. Memfasilitasi pasien untuk memperoleh dukungan sosial dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung lainnya.
d. Mendorong pasien untuk mengembangkan strategi koping yang lebih efektif dalam menghadapi diagnosis penyakitnya.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakefektifan koping, karena pasien menunjukkan respons emosional yang tidak sesuai dengan stresor (syok, marah, tidak percaya) dan menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif (memukul meja, berteriak, menangis).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Koping efektif, yang ditandai dengan pasien dapat mendemonstrasikan perilaku koping yang efektif, mengungkapkan perasaan secara terbuka, melaporkan tingkat stres yang terkendali, mengidentifikasi sumber stres, dan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk membantu mengatasi stres.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) adalah Terapi Kognitif dan Terapi Suportif. Terapi Kognitif bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola berpikir yang tidak rasional atau maladaptif menjadi lebih positif dan konstruktif. Sedangkan Terapi Suportif bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang efektif melalui dukungan emosional, informasi, dan interaksi sosial.