Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12485 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera.
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat diidentifikasi beberapa hal terkait dengan kondisi psikologis anak tersebut:
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak:
- Tingkat kecemasan anak terhadap lingkungan dan tenaga kesehatan
- Pengalaman traumatis anak saat dirawat di rumah sakit sebelumnya
- Pola komunikasi dan pendekatan yang dilakukan tenaga kesehatan sebelumnya
- Kemampuan anak dalam menerima dan menyesuaikan diri dengan prosedur medis
- Pola attachment dan dukungan emosional dari orang tua
b. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan SDKI):
Takut berhubungan dengan lingkungan dan tenaga kesehatan terkait trauma masa lalu.
c. Rencana Tindakan:
1. Menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik yang ramah dan menenangkan anak.
2. Melibatkan orang tua dalam setiap prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
3. Memberikan penjelasan dan demonstrasi prosedur secara bertahap sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
4. Menggunakan alat bantu atau mainan untuk menarik perhatian dan minat anak.
5. Memberikan pujian dan reward setiap kali anak kooperatif.
6. Melakukan relaksasi dan distraksi selama prosedur berlangsung.
7. Memastikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak.
Rasionalisasi:
- Pendekatan komunikasi terapeutik dapat membangun kepercayaan dan mengurangi kecemasan anak.
- Keterlibatan orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
- Penjelasan dan demonstrasi prosedur secara bertahap dapat mempersiapkan anak secara psikologis.
- Alat bantu dan mainan dapat mengalihkan perhatian anak dari prosedur yang akan dilakukan.
- Pujian dan reward dapat meningkatkan motivasi dan kerjasama anak.
- Relaksasi dan distraksi dapat membantu anak mengelola kecemasan dan nyeri selama prosedur.
- Lingkungan yang nyaman dan aman dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi anak.
d. Evaluasi Tujuan:
1. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Anak mampu menunjukkan perilaku kooperatif selama prosedur medis.
- Anak mampu mengungkapkan perasaan cemas secara verbal.
- Anak menunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang rileks selama prosedur.
2. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
- Komunikasi terapeutik anak
- Manajemen kecemasan anak
- Distraksi anak
- Dukungan emosional
- Pendidikan kesehatan anak
Melalui pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada anak, diharapkan kondisi psikologis anak dapat ditangani secara efektif sehingga prosedur medis dapat dilakukan dengan lancar dan anak dapat memperoleh pengalaman positif dalam lingkungan pelayanan kesehatan.
Wassalamualaikum, semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. -
Article No. 12486 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Selamat siang. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pada kasus yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketakutan (SDKI) berhubungan dengan pengalaman traumatis di lingkungan rumah sakit (SLkI) ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibunya, dan tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang menggunakan pakaian putih (SIKI).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terkait kondisi psikologis anak, seperti riwayat trauma, respon emosional, dan perilaku saat berada di lingkungan rumah sakit.
2. Lakukan pendekatan yang tenang, ramah, dan empati untuk membangun kepercayaan anak terhadap petugas kesehatan.
3. Libatkan orang tua dalam proses perawatan, biarkan anak tetap dalam gendongan atau dekat dengan orang tua selama pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
4. Gunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti menggunakan bahasa yang mudah dipahami, bermain bersama, dan memberi penguatan positif.
5. Lakukan tindakan keperawatan secara bertahap dan tidak tergesa-gesa, serta beri penjelasan kepada anak sebelum melakukan tindakan.
6. Siapkan lingkungan yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi anak, seperti menggunakan ruangan yang nyaman, mainan, atau buku cerita.
7. Berikan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak.
8. Berikan obat penenang atau relaksasi jika diperlukan, sesuai dengan indikasi dan rekomendasi dokter.
Evaluasi Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan anak dapat:
1. Menunjukkan respon emosional yang lebih tenang saat berada di lingkungan rumah sakit.
2. Kooperatif dan mau menerima tindakan keperawatan yang diperlukan.
3. Tidak menolak pemeriksaan dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 12487 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya sebagai perawat akan memberikan penjelasan rinci terkait penanganan kasus yang Anda sampaikan.
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut:
- Riwayat penyakit sebelumnya, khususnya pengalaman traumatis anak saat dirawat di rumah sakit
- Respons anak saat melihat petugas kesehatan yang menggunakan pakaian putih
- Tingkat kecemasan anak terhadap prosedur medis, seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah
- Pola interaksi antara anak dan ibu, serta bagaimana ibu memberikan dukungan emosional
- Preferensi anak terkait lingkungan dan pendekatan yang membuatnya nyaman
b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus:
- Kecemasan berhubungan dengan prosedur medis invasif, ditandai dengan anak menangis kuat, memeluk erat ibu, dan tidak mau diperiksa oleh petugas kesehatan
c. Rencana tindakan untuk mengatasi masalah:
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, seperti memberikan permainan atau mainan yang menarik
- Melibatkan ibu dalam proses perawatan, agar anak merasa terlindungi dan didukung
- Melakukan pendekatan yang menenangkan dan memberikan penjelasan sederhana kepada anak sebelum melakukan tindakan
- Memastikan komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dan anak, serta membuat anak merasa siap menerima tindakan
- Penggunaan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi kecemasan anak
- Kolaborasi dengan dokter anak untuk menentukan strategi penanganan yang efektif
d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai:
- Anak dapat menerima prosedur medis dengan kooperatif dan tidak menunjukkan perilaku cemas yang berlebihan
- Anak dapat berinteraksi dengan petugas kesehatan dengan lebih tenang dan kooperatif
- Ibu dapat memberikan dukungan emosional yang efektif bagi anak selama proses perawatan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Tingkat kecemasan anak menurun
- Anak kooperatif dalam menerima tindakan medis
- Anak dapat mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya secara verbal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Ciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi anak
- Libatkan orang tua dalam proses perawatan
- Lakukan komunikasi yang efektif dan membangun trust dengan anak
- Terapkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Kolaborasi dengan dokter anak untuk penanganan yang komprehensif
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam menangani kasus tersebut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 12488 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas informasi yang diberikan. Berikut adalah laporan penyelesaian masalah sesuai dengan kasus yang diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.01
- Deskripsi: Pemasangan intravena kateter
a. Analisis Data Terkait Kondisi Psikologis Anak:
- Anak berusia 6 tahun, menunjukkan trauma terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan.
- Anak pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah, sehingga mendapatkan beberapa tindakan invasif seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah.
- Anak menangis kuat dan memeluk erat ibunya, tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih.
- Ibu mengatakan bahwa perawat/dokter sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak.
b. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan):
- Kecemasan berhubungan dengan trauma sebelumnya terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan.
c. Rencana Tindakan untuk Mengatasi Masalah:
1. Prinsip Keperawatan Anak:
- Pendekatan yang berpusat pada keluarga (family-centered care)
- Komunikasi yang efektif dengan anak dan keluarga
- Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan tidak mengancam
- Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan sesuai kemampuannya
2. Penerapan Evidence-Based Practice:
- Penggunaan teknik distraksi dan permainan untuk membantu anak merasa nyaman dan kooperatif selama prosedur.
- Komunikasi yang efektif dan empatis dengan anak dan keluarga untuk membangun kepercayaan.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan dan prosedur untuk memberikan rasa aman.
- Menyesuaikan pendekatan tindakan dengan mempertimbangkan kondisi psikologis anak.
d. Evaluasi Tujuan yang Akan Dicapai:
- Anak dapat menjalani prosedur pemasangan intravena kateter dan pengambilan sampel darah vena dengan kooperatif dan tanpa permasalahan psikologis yang signifikan.
- Anak dan keluarga merasa nyaman dan percaya dengan petugas kesehatan selama proses perawatan.
- Anak dapat mengkomunikasikan rasa takut dan kecemasannya dengan baik, sehingga petugas kesehatan dapat membantu meminimalkan dampak psikologis.
Dalam menyelesaikan masalah ini, pendekatan yang berpusat pada keluarga, komunikasi yang efektif, dan penggunaan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi psikologis anak merupakan kunci utama untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12489 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Penyelesaian Masalah Keperawatan
Seorang anak A berusia 6 tahun datang ke poli anak ditemani ibunya dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Anak tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya, tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang menggunakan pakaian putih. Berdasarkan informasi dari ibu, anak A pernah dirawat sebelumnya dengan diagnosis demam berdarah, sehingga anak A mengalami trauma dengan lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan. Selama perawatan sebelumnya, anak A mendapatkan beberapa tusukan saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit, serta perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Cemas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit dan prosedur medis yang invasif, ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibu, dan menolak diperiksa oleh petugas kesehatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan memberikan kerangka kerja untuk mengelola perawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) memberikan panduan untuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Rasionalisasi Tindakan:
Prosedur pemasangan infus dan pengambilan sampel darah vena diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan memberikan perawatan yang tepat bagi anak A. Namun, kondisi psikologis anak yang mengalami trauma dengan lingkungan rumah sakit dan prosedur medis yang invasif harus dipertimbangkan untuk mencapai hasil yang optimal.
Rencana Tindakan:
1. Menerapkan prinsip-prinsip keperawatan anak, seperti:
a. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.
b. Melibatkan orang tua dalam proses perawatan.
c. Menggunakan pendekatan yang menenangkan dan komunikasi yang efektif.
2. Menerapkan evidence-based practice, seperti:
a. Penggunaan distraksi dan permainan yang menarik untuk mengalihkan perhatian anak.
b. Penggunaan anestesi topikal pada area penusukan untuk mengurangi rasa sakit.
c. Melakukan persiapan psikologis pada anak dan orang tua sebelum tindakan dilakukan.
Evaluasi:
Dengan penerapan prinsip-prinsip keperawatan anak dan evidence-based practice, diharapkan anak A dapat menerima tindakan pemasangan infus dan pengambilan sampel darah vena dengan lebih tenang dan kooperatif. Selain itu, anak A dapat mengembangkan kepercayaan terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan, sehingga trauma yang dialami sebelumnya dapat diminimalisir. -
Article No. 12490 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Asuhan Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak:
- Riwayat trauma atau pengalaman buruk anak dengan lingkungan rumah sakit dan prosedur medis
- Tingkat kecemasan dan ketakutan anak terhadap petugas kesehatan dengan seragam putih
- Pola perilaku anak saat dihadapkan dengan prosedur medis invasif
- Strategi koping yang digunakan oleh anak dan keluarga dalam menghadapi situasi stres
- Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga, terutama ibu
b. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan SDKI):
Takut berhubungan dengan trauma masa lalu akibat perawatan di rumah sakit sebelumnya, ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibu, dan menolak pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
c. Rencana Tindakan:
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan:
- Melibatkan ibu untuk menemani anak selama prosedur
- Menggunakan pendekatan yang menenangkan, seperti distraksi dan bermain
- Memberikan pujian dan penghargaan saat anak kooperatif
2. Membangun komunikasi yang efektif:
- Menjalin rapport dan kepercayaan dengan anak dan keluarga
- Menjelaskan prosedur dan tindakan secara sederhana dan bertahap
- Memastikan anak siap sebelum melakukan tindakan
3. Manajemen nyeri dan kecemasan:
- Menggunakan teknik relaksasi dan pernafasan
- Memberikan obat analgesik dan sedatif sesuai indikasi
- Melakukan terapi bermain sebelum dan selama tindakan
Rasionalisasi:
Pendekatan yang holistik dan berpusat pada anak serta keluarga diharapkan dapat mengurangi kecemasan dan rasa takut anak, sehingga prosedur medis dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.
d. Evaluasi Tujuan (SLKI):
1. Anak menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan selama prosedur, seperti menangis berkurang, rileks, dan kooperatif.
2. Anak dan keluarga menyatakan rasa nyaman dan kepuasan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
e. Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi anak
2. Komunikasi Terapeutik: Membangun komunikasi yang efektif dengan anak dan keluarga
3. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri dan kecemasan anak selama prosedur
4. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi dan dukungan kepada anak dan keluarga
Penerapan evidence-based practice pada intervensi di atas, seperti penggunaan distraksi, terapi bermain, dan teknik relaksasi, telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan anak selama prosedur medis. -
Article No. 12491 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Penyelesaian Masalah Keperawatan
A. Data Kajian Kondisi Psikologis Anak
Berdasarkan informasi yang diberikan, terlihat bahwa anak A, berusia 6 tahun, mengalami trauma terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan. Anak A pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah dan mendapatkan tindakan invasif seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah berkali-kali. Selama perawatan sebelumnya, anak A juga menyatakan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Hal ini menyebabkan anak A mengalami rasa takut, cemas, dan stres terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan.
B. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan)
Berdasarkan data kasus, dapat dirumuskan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Kecemasan berhubungan dengan trauma masa lalu terkait lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan, ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibunya, dan tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Untuk mengatasi masalah kecemasan yang dialami oleh anak A, perawat dapat menerapkan prinsip-prinsip keperawatan anak dan evidence-based practice (EBP) sebagai berikut:
1. Komunikasi Terapeutik
- Perawat membangun rapport dan kepercayaan dengan anak dan keluarga melalui pendekatan yang ramah, empati, dan memahami kondisi anak.
- Perawat memberikan penjelasan secara sederhana dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak mengenai tindakan yang akan dilakukan.
- Perawat melibatkan orang tua dalam proses perawatan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
2. Distraksi dan Relaksasi
- Perawat mengalihkan perhatian anak dengan permainan, cerita, atau aktivitas yang menyenangkan selama prosedur dilakukan.
- Perawat mengajarkan teknik relaksasi sederhana, seperti pernafasan dalam, kepada anak dan keluarga untuk membantu mengurangi kecemasan.
3. Pendekatan Farmakologis
- Perawat dapat berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan, seperti anxiolitik atau analgesik, untuk membantu mengurangi kecemasan dan nyeri yang dialami anak.
4. Manajemen Lingkungan
- Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman dan ramah anak, seperti menggunakan warna-warna cerah, permainan, dan dekorasi yang menarik.
- Perawat meminimalkan paparan anak terhadap stimulus yang dapat memicu kecemasan, seperti alat-alat medis atau pakaian putih.
D. Evaluasi Tujuan
Dengan penerapan rencana tindakan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada anak, diharapkan anak A dapat menunjukkan penurunan kecemasan dan menerima tindakan pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena dengan lebih tenang dan kooperatif. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengobservasi tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku anak selama prosedur berlangsung. Selain itu, feedback dari anak dan keluarga juga dapat menjadi indikator keberhasilan intervensi yang diterapkan. -
Article No. 12492 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Ny. N mengalami diagnosa keperawatan Kecemasan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan bersifat subjektif.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan bersifat subjektif.
- Karakteristik Definisi: Gelisah, khawatir, takut, tegang, panik, sulit konsentrasi, gangguan tidur, perubahan tanda-tanda vital.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran: Tingkat kecemasan menurun.
- Kriteria Hasil: Mampu mengidentifikasi sumber kecemasan, melakukan strategi koping yang efektif, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi: Manajemen kecemasan.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan, ajarkan teknik relaksasi, berikan dukungan emosional, libatkan keluarga, kolaborasi pemberian obat antiansietas jika diperlukan.
Dalam kasus ini, pasien Ny. N mengalami kecemasan yang berlebihan terkait pandemi COVID-19. Kecemasan ini disebabkan oleh pekerjaannya sebagai perawat dan baru memiliki anak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengelola kecemasan melalui teknik relaksasi, memberikan dukungan emosional, melibatkan keluarga, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 12493 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Ny. N adalah:
1. Kecemasan Akut
Definisi: Respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan Akut adalah diagnosa keperawatan yang ditetapkan ketika klien menunjukkan respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, dapat beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan, dan dapat mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, terapi spiritual, manajemen ansietas, dan konseling.
Berdasarkan kasus Ny. N, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan Akut, karena Ny. N menunjukkan gejala kecemasan yang berlebihan akibat pandemi COVID-19 dan pekerjaannya sebagai perawat yang membuatnya khawatir tertular virus dan berdampak pada anak serta keluarganya. -
Article No. 12494 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis mengenai kondisi pasien Ny. N beserta diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan (00146). Pasien Ny. N mengalami kecemasan yang berlebihan terkait pandemi COVID-19 dan dampaknya bagi dirinya serta keluarganya. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala kecemasan yang dialami pasien, seperti sering emosi, marah-marah tanpa alasan jelas, konsentrasi yang kurang fokus, dan sering mengalihkan pembicaraan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402): Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang terkendali, seperti menunjukkan tanda-tanda relaksasi, mampu menggunakan teknik koping yang efektif, dan dapat mengenali serta mengungkapkan perasaan cemas.
2. Kontrol Emosi (1402): Pasien dapat menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai, mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi dengan tepat, serta dapat mengendalikan respon emosional yang tidak tepat.
3. Motivasi (1209): Pasien dapat menunjukkan semangat dan dorongan untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas perawatan diri dan pekerjaan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820):
a. Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
b. Bantu pasien mengembangkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, meditasi, atau yoga.
c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas dan khawatirnya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi psikologis jika diperlukan.
2. Peningkatan Kontrol Emosi (5380):
a. Identifikasi pola respons emosional pasien.
b. Ajarkan teknik manajemen emosi, seperti mengenali dan mengungkapkan emosi dengan tepat.
c. Dorong pasien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi yang dirasakan.
d. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengendalikan respons emosional yang tidak tepat.
3. Peningkatan Motivasi (5270):
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi pasien.
b. Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan diri dan pekerjaan.
c. Berikan umpan balik positif atas upaya dan pencapaian pasien.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi pada pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada kecemasan, kontrol emosi, serta peningkatan motivasi, diharapkan pasien Ny. N dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diharapkan, yaitu tingkat kecemasan yang terkendali, kontrol emosi yang membaik, dan motivasi yang meningkat. Hal ini akan membantu pasien untuk dapat mengelola kecemasan dan menjalankan peran serta tanggung jawabnya dengan lebih baik.