Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14469 | 19 Mar 2025
Klinis : Tanggal masuk 5 Maret 2025 Tanggal pengkajian : 7 Maret 2025 Seorang ibu Ny B lahir 30 Mei (46 thn) Jakarta, sudah menikah dengan 2 orang anak, (13 thn perempuan dan 10 thn laki – laki) tidak bekerja, suku jawa, Islam, jika dirumah menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa jawa. Pendidikan terakhir SMA, dengan suami Tn B usia 52 thn, bekerja sebagai PNS. Alamat di Sukaraja Bekasi. Pasien sudah dirawat 2 hari yang lalu di ruang rawat inap dengan diagnose medik : Stoke tanpa perdarahan. Pagi ini : pasien tampak kotor, banyak air liur keluar, mulut bau dan kotor, gigi tampak kuning, kuku bersih dan pendek Pasien masuk melalui UGD karena terkena stroke mendadak pada pagi hari sehabis bangun tidur, menurut anak pasien, ibunya kemarin sore mengeluh pusing dan lemas. Pasien minum obat pusing dan tidur malam. Dan pagi ini pasien tidak bangun pagi seperti biasanya, suami pasien membangunkan tetapi tidak bangun – bangun. Lalu suaminya membawa pasien ke rumah sakit. Badan banyak keringat dan berbau, rambut kusut dan berbau, tercium bau obat gosok, kesadaran pasien somnelen dgn GCS : 10 (M4, E4,E2) Keadaan umum tampak sakit berat, terpasang infus RL 20 – 21 tts/mnt, terpasang disebelah kanan pasien. Pada tangan dan kaki kiri tampak mengalami kelemahan dengan kekuatan otot kaki : 2, sedangkan tangan kanan dan kaki kanan 4 ,semua kebutuhan dibantu perawat atau keluarga skala 4 Tanda – tanda vital pagi ini : TD 160/100 mmHg, Suhu : 37,2 C, N : 94 x/mnt, HR : 96 x/mnt RR : 21 x/mnt irama teratur, menggunakan dada Menurut suami dan anak pasien : pasien selalu mandi 2 kali sehari dan rajin menunaikan ibadahnya tidak pernah ditinggalkan. Kramas 3 kali/seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, tidak pernah olah raga karena sudah cape mengerjakan kerjaan rumah tangga tidak ada asisten rumah tangga Pasien makan 2 kali sehari, makan siang dan malam, makanan kesukaannya adalah : gorengan dan soto ayam. Setiap makan lengkap ada sayur dan lauk, untuk buah tidak tentu. Berat badan pasien 62 kg dengana tinggi badan : 162 cm. Saat ini pasien terpasang NGT dan Infus, rongga mulut pasien tampak kotor, mulut bau, gigi kotor. BU : 15 x/mnt, tidak teraba masa di abdomen Riwayat Kesehatan 5 tahun yang lalu pasien pernah di ukur tekanan darahnya tinggi dan tidak pernah berobat, karena menurutnya tidak ada masalah, menurut suaminya pernah pusing dan tidak enak badan tapi tidak pernah di bawa ke dokter, karena menurut pasien cukup istirahat juga sembuh dan jika pusingnya tidak hilang maka pasien akan minum obat pusing lalu pusingnya hilang Riwayat persalinan : Pasien melahirkan anak 2 kali dengan persalinan normal, tidak ada masalah dan dibantu oleh bidan, selalu teratur memeriksakan kandungannya di puskesmas, Riwayat keluarga Pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara, ayah pasien sudah meninggal dan ibu pasien masih ada dan tinggal di kampung Bersama dengan adiknya yang terkecil. Ayah pasien anak ke 3 dari 7 bersaudara, sedangkan ibu pasien anak pertama dari 3 bersaudara. Ada Riwayat kencing manis yaitu paman dari ayahnya dan adik ibunya ada yang darah tinggi Buat pengkajian Buat Diagnosa Keperawatan Buat rencana Keperawatan : HYD, Rencana Keperawatan dan Rasionalnya utk setiap rencana Tindakan Rencana Tindakan meliputi : - Tindakan mandiri - Tindakan observasi - Tindakan penyuluhan - Tindakan kolaborasi. Kasus Aktivitas 2 Tanggal Masuk : 8 Feb 2025 jam 14.00 Tanggal Operasi : 9 Feb 2025 jam 08.00 Tanggal pengkajian : 11 Februari 2025 jam 08.00 Seorang pemuda (30 tahun) dirawat di ruang bedah dengan diagnose Fraktur pada kaki sebelah kiri, Pasien post operasi hari ke 2. keadaan umum tampak sakit sedang, terpasang gips di kaki sebelah kanan, kesadaran pasien compos mentis (sadar penuh), terpasang infus NaCl 8 jam/kolf dan Amifusin 12 jam/kolf ditangan sebelah kiri. Pada kaki terpasang drain keluar cairan berwarna merah jumlah 30 – 40 cc. Pasien lahir di Jakarta, 30 Juni, belum menikah, tetapi sudah punya teman dekat, pasien sudah bekerja di suatu supermarket dan sorenya dia mengambil kuliah lagi. Agama : Islam dan terkadang tidak menjalankan agamanya dengan baik karena harus kerja dan kuliah. Pasien orang Jakarta, tinggal di daerah Tanah Abang Jakarta Selatan. Bahasa yang digunakan sehari hari adalah Bahasa Indonesia. Pasien masuk melalui IGD karena motornya ditabrak oleh mobil pada saat pasien akan berangkat ke kuliahnya, pada saat di lokasi tabrakan, pasien sempat pingsan karena kaki kirinya sakit luar biasa dan mengeluarkan darah. Pasien dibawa ke RS, dan langsung di bawa ke ruang operasi untuk dioperasi karena ada yang patah pada kaki kirinya, saat ini kaki kirinya di gibs Menurut pasien, pasien mandi setiap hari 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari. dan tiap hari selalu cuci rambut, tetapi sejak kemarin mandinya dibantu oleh perawat dan belum keramas. Saat ini dirasakan rambutnya kotor, untuk gosok gigi dan pakai baju bisa dilakukan sendiri. tetapi utk kakinya masih terasa sakit. Untuk bab belum ada sejak setelah operasi, untuk bak dibantu oleh perawat, urine warna kuning jernih, banyak kurang lebih 300 – 400 cc. sebelum sakit bab setiap pagi 1 x sehari dan bak 4 – 5 kali sehari. Utk makan, kemarin sore sudah diberi makanan lunak dan tidak bisa habis, karena pasien kurang suka, pagi ini pasien makan nasi goreng dan tinggal sedikit lagi. Pola makannya setiap hari 3 kali sehari dan tidak teratur tergantung pekerjaan dan tugas dari kuliahnya. Tapi selalu makan nasi, sayur dan lauk pauk, makanan kesukaannya adalah ikan goreng apalagi kalau diberi sambal. Minum sehari bisa 10 – 12 gelas, air putih, tidak kopi dan merokok ½ bungkus sehari. Tidak minum alcohol, tidak minum obat terlarang. . BU : 17 x/mnt Pasien berangkat kerja dari rumah jam 06 pagi karena agak jauh tempat kerjanya dari rumah, kerja sampai jam 14.00 lalu pergi ke tempat kuliah, masuk kuliah jam 16.00 sampai jam 21.00 lalu pulang ke rumah dan mengerjakan tugas – tugas kuliahnya sampai jam 24.00 terkadang sampai jam 01 pagi. Tidur siang hanya dilakukan pada saat libur kerja saja. Dan tiap minggu ada libur 1 hari, tidak tentu hari minggu. Jika libur kerja dan libur sekolah, pasien biasanya jalan – jalan dengan teman temannya naik gunung atau ke luar kota. Kegiatan saat ini semua kebutuhan dibantu oleh kakak atau ibunya. Makan : 0, mandi 3, berpakaian 2, kerapihan 3, bab 3, bak 2, mobilasiasi : 2, ambulasi tempat tidur, Pemeriksaan fisik Kekuatan otot 5 utk semuanya kecuali kaki kirinya tidak bisa dikaji krn post operasi, nyeri dengan skala 5 – 6, gaya berjalan tdk bisa dikaji, fiksasi : pakai gibs pada kaki kiri. JVP : 5 – 2 cm/H2O, CRT : 2 detik Bentuk dada : datar, tdk ada stridorm sianosis, vocal fremitus sama kiri= kanan, Perkusi dada sonor, batas paru hepar ICS 4, suara nafas vesicular, suara ucap ki = ka, tdk ada suara tambahan, Batas jantung : atas ICS 2, Kanan linea sternum ka, kiri : Linea mid clavicula kiri, bawah ICS 5 IC : tidak tanpak, palpasi ICS 5 mid clavicula kiri , tidak ada suara tambahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana keperawatan untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelemahan otot dan pembatasan pergerakan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas secara efektif untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- SLKI: Tindakan untuk memudahkan pembersihan jalan nafas dan mencegah komplikasi pernapasan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan mencegah komplikasi pernapasan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah untuk berpindah tempat.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi mobilitas fisik pasien.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan mobilitas fisik pasien.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
4. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi atau membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi atau membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
Rencana Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
- Tindakan mandiri: Monitor status pernapasan, lakukan suction jika diperlukan, anjurkan batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Tindakan observasi: Monitor produksi sekret, monitor saturasi oksigen.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan jalan nafas.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen, bronkodilator, dan ekspektoran jika diperlukan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Tindakan mandiri: Bantu pasien melakukan mobilisasi di tempat tidur, anjurkan senam ROM, bantu latihan berjalan dengan alat bantu.
- Tindakan observasi: Monitor tanda-tanda vital, monitor nyeri, monitor tanda-tanda komplikasi.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi dini.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi latihan mobilisasi.
3. Risiko Infeksi
- Tindakan mandiri: Lakukan perawatan luka operasi, monitor tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik aseptik.
- Tindakan observasi: Monitor suhu tubuh, monitor status luka operasi.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik profilaksis.
4. Defisit Perawatan Diri
- Tindakan mandiri: Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, toileting).
- Tindakan observasi: Monitor kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk intervensi peningkatan kemandirian pasien. -
Article No. 14470 | 19 Mar 2025
Klinis : seorang wanita usia 48 tahun dengan keluhan sakit kepala, leher terasa kaku, sulit tidur. tekanan darah 182/117
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
- Penjelasan: Pasien mengalami gangguan kesehatan yang ditandai dengan keluhan sakit kepala, leher terasa kaku, dan sulit tidur. Tekanan darah yang tinggi (182/117) menunjukkan adanya masalah kesehatan yang memerlukan penanganan.
2. Gangguan pola tidur
- Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan untuk tidur, yang dapat disebabkan oleh faktor fisik (seperti nyeri kepala dan kekakuan leher) maupun faktor psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan manajemen kesehatan: Ketidakmampuan individu, keluarga, atau komunitas untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan dalam mengatasi masalah kesehatan.
- Gangguan pola tidur: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk ketidakefektifan manajemen kesehatan, luaran yang diharapkan adalah peningkatan perilaku kesehatan, pemahaman terhadap kondisi kesehatan, dan kemampuan dalam mengelola masalah kesehatan.
- Untuk gangguan pola tidur, luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola tidur, peningkatan kualitas tidur, dan peningkatan fungsi sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk ketidakefektifan manajemen kesehatan: Manajemen kesehatan, Edukasi kesehatan, Konseling.
- Intervensi untuk gangguan pola tidur: Terapi relaksasi, Manajemen lingkungan tidur, Manajemen nyeri.
Dengan kondisi pasien yang ditampilkan (wanita usia 48 tahun dengan keluhan sakit kepala, leher kaku, sulit tidur, dan tekanan darah tinggi), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan dan Gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berfokus pada edukasi, manajemen kesehatan, manajemen nyeri, dan terapi relaksasi. -
Article No. 14471 | 19 Mar 2025
Klinis : risiko iskemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang Penanya. Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko iskemia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan yang tidak diinginkan dalam tekanan darah, denyut nadi, curah jantung, dan/atau resistensi vaskular yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke organ tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Stabilitas Hemodinamik, yang merupakan keadaan di mana individu menunjukkan stabilitas pada tekanan darah, denyut nadi, curah jantung, dan/atau resistensi vaskular yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi organ-organ tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko ketidakstabilan hemodinamik meliputi: pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, manajemen pemberian obat-obatan, manajemen nyeri, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Dalam kasus risiko iskemia, perawat perlu memantau tanda-tanda vital secara ketat, memastikan adekuasi sirkulasi darah, dan mengelola faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas hemodinamik, seperti pengaturan posisi, manajemen nyeri, dan pemberian obat-obatan yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan perencanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. -
Article No. 14472 | 19 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mual dan muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi mual dan muntah yang dialami pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi mual dan muntah dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara nutrisi yang masuk dengan kebutuhan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, kehilangan selera makan, mual, dan muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien akan mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai.
2. Pasien akan melaporkan peningkatan selera makan.
3. Pasien akan melaporkan penurunan frekuensi mual dan muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen mual dan muntah
2. Terapi nutrisi
3. Pemantauan status nutrisi
4. Edukasi terkait nutrisi
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat diharapkan dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi kondisi mual dan muntah pada pasien, sehingga dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal. -
Article No. 14483 | 19 Mar 2025
Klinis : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan hormon tiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Peningkatan Hormon Tiroid
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan integritas kulit didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan perubahan metabolisme dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan hormon tiroid adalah: integritas kulit membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: perawatan kulit, manajemen nutrisi, edukasi terkait perawatan kulit, dan pemantauan tanda-tanda infeksi. Tujuannya adalah untuk memulihkan integritas kulit, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi proses penyembuhan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14484 | 19 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan mengeluhkan tangan yang mengalami tremor dan badan yang selalu merasa kepanasan. Pasien mengatakan gejala tersebut datang saat ia mengalami stres berlebih. Akibatnya ia juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir. Selain itu pasien juga merasakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan membuat ia sangat gugup. Gejala yang dirasakan pasien saat awal menyebar di daerah perut karena pasien sebelumnya mengalami sakit diare, namun setelah beberapa hari sakit di perut mulai berkurang sehingga sakit tidak lagi menyebar ke daerah lain karena tingkat keparahan sakit yang dialami pasien sudah tidak terlalu parah. Diagnosis awal adalah hipertiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir, tremor pada tangan, dan merasa kepanasan. Hal ini dapat mengganggu kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Ansietas (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengatakan merasakan jantung berdebar-debar dan merasa sangat gugup, yang disebabkan oleh stres berlebih.
3. Nyeri Akut (SDKI)
- Penjelasan: Pasien awalnya mengalami sakit diare, namun setelah beberapa hari, sakit di perut mulai berkurang. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang dialami pasien.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian terapi obat tiroid
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan edukasi terkait manajemen aktivitas
2. Ansietas:
- Lakukan terapi relaksasi
- Berikan dukungan emosional
- Kolaborasi pemberian terapi obat antiansietas
- Berikan edukasi terkait manajemen stres
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Dengan diagnosis keperawatan dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mengalami perbaikan kondisi dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 14486 | 19 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan mengeluhkan tangan yang mengalami tremor dan badan yang selalu merasa kepanasan. Pasien mengatakan gejala tersebut datang saat ia mengalami stres berlebih. Akibatnya ia juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir. Selain itu pasien juga merasakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan membuat ia sangat gugup. Gejala yang dirasakan pasien saat awal menyebar di daerah perut karena pasien sebelumnya mengalami sakit diare, namun setelah beberapa hari sakit di perut mulai berkurang sehingga sakit tidak lagi menyebar ke daerah lain karena tingkat keparahan sakit yang dialami pasien sudah tidak terlalu parah. Diagnosa : Hiperetiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas (+)
- SDKI: Ansietas
- SLKI: Manajemen Ansietas
- SIKI: Intervensi Mengurangi Kecemasan
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala kecemasan, seperti tremor, badan selalu merasa kepanasan, jantung berdebar-debar, dan gugup. Hal ini sesuai dengan kriteria ansietas dalam SDKI.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (+)
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Manajemen Nutrisi
- SIKI: Intervensi Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir, menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi.
3. Nyeri akut (+)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Intervensi Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala nyeri di perut, meskipun kemudian berkurang kesevariannya.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Ansietas, Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh, dan Nyeri Akut. Penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk masing-masing diagnosa telah diberikan. -
Article No. 14487 | 19 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke klinik dermatologi dengan keluhan kulit kemerahan, gatal, dan bersisik di kedua tangan serta lehernya. Pasien mengaku gejala ini sudah berlangsung selama tiga bulan dan sering kambuh terutama setelah menggunakan sabun cuci tertentu atau saat cuaca dingin. Ia juga melaporkan bahwa kulitnya terasa sangat kering dan terkadang muncul luka kecil akibat garukan. Dari hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut serta asma sejak kecil. Dari pemeriksaan fisik ditemukan area kulit yang meradang, kering, dan bersisik di tangan serta leher, dengan beberapa bagian mengalami ekskoriasi akibat garukan. Pasien didiagnosis mengalami dermatitis atopik (eksim) dan disarankan untuk menghindari pemicu, menjaga kelembapan kulit, serta diberikan terapi obat sesuai indikasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan kulit dan rasa gatal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan rutin yang diinginkan atau diperlukan dari waktu ke waktu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
2. Klien dapat beristirahat yang cukup.
3. Klien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas: membantu klien untuk merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan toleransi.
2. Manajemen energi: membantu klien mengatur penggunaan energi untuk menyelesaikan aktivitas.
3. Manajemen kenyamanan kulit: melakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan kulit klien.
Dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan SDKI-SLKI-SIKI di atas, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien dengan dermatitis atopik (eksim). -
Article No. 14488 | 19 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke klinik dermatologi dengan keluhan kulit kemerahan, gatal, dan bersisik di kedua tangan serta lehernya. Pasien mengaku gejala ini sudah berlangsung selama tiga bulan dan sering kambuh terutama setelah menggunakan sabun cuci tertentu atau saat cuaca dingin. Ia juga melaporkan bahwa kulitnya terasa sangat kering dan terkadang muncul luka kecil akibat garukan. Dari hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut serta asma sejak kecil. Dari pemeriksaan fisik ditemukan area kulit yang meradang, kering, dan bersisik di tangan serta leher, dengan beberapa bagian mengalami ekskoriasi akibat garukan. Pasien didiagnosis mengalami dermatitis atopik (eksim) dan disarankan untuk menghindari pemicu, menjaga kelembapan kulit, serta diberikan terapi obat sesuai indikasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, pruritus, dan perubahan kulit yang terjadi pada pasien dengan dermatitis atopik.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus dan eksoriasi akibat garukan pada pasien dengan dermatitis atopik.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus yang mengganggu tidur pasien dengan dermatitis atopik.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit pada pasien dengan dermatitis atopik.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi aktivitas: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Integritas kulit: Kulit pasien tampak utuh, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan rasa gatal berkurang.
3. Pola tidur: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat tanpa gangguan pruritus yang signifikan.
4. Bebas infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada lesi kulit pasien.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sehari-hari dengan mempertimbangkan kapasitas toleransi.
- Ajarkan teknik manajemen kelelahan dan pengelolaan energi.
2. Perawatan luka:
- Bersihkan luka dengan teknik aseptik.
- Berikan pelembab/emolien untuk menjaga kelembapan kulit.
- Ajarkan pasien cara merawat luka dan menghindari garukan yang dapat memperburuk kondisi.
3. Manajemen nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan intervensi non-farmakologis, seperti kompres dingin, distraksi, dan relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi.
4. Pencegahan infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi pada lesi kulit pasien.
- Ajarkan pasien cara menjaga kebersihan dan higiene kulit.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik atau antiseptik jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi pasien dengan dermatitis atopik. Sebagai perawat, saya akan menerapkan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu pasien mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 14489 | 19 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke klinik dermatologi dengan keluhan kulit kemerahan, gatal, dan bersisik di kedua tangan serta lehernya. Pasien mengaku gejala ini sudah berlangsung selama tiga bulan dan sering kambuh terutama setelah menggunakan sabun cuci tertentu atau saat cuaca dingin. Ia juga melaporkan bahwa kulitnya terasa sangat kering dan terkadang muncul luka kecil akibat garukan. Dari hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut serta asma sejak kecil. Dari pemeriksaan fisik ditemukan area kulit yang meradang, kering, dan bersisik di tangan serta leher, dengan beberapa bagian mengalami ekskoriasi akibat garukan. Pasien didiagnosis mengalami dermatitis atopik (eksim) dan disarankan untuk menghindari pemicu, menjaga kelembapan kulit, serta diberikan terapi obat sesuai indikasi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Dermatitis atopik, tidak tergambarkan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan prosedural yang dilaporkan dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 25 tahun mengalami keluhan kulit kemerahan, gatal, dan bersisik di kedua tangan dan lehernya. Gejala ini sudah berlangsung selama tiga bulan dan sering kambuh, terutama setelah menggunakan sabun cuci tertentu atau saat cuaca dingin. Pasien juga melaporkan kulit yang sangat kering dan muncul luka kecil akibat garukan. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut serta asma sejak kecil.
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan area kulit yang meradang, kering, dan bersisik di tangan serta leher, dengan beberapa bagian mengalami ekskoriasi akibat garukan. Berdasarkan anamnesis dan temuan klinis, pasien didiagnosis mengalami dermatitis atopik (eksim).
Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah L20.9 (Dermatitis atopik, tidak tergambarkan). Tidak ada tindakan prosedural yang dilaporkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang perlu ditampilkan.