Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12516 | 19 Feb 2025
Klinis : luka robek dengan jahitan dua di jari tengah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan menjawab dengan format dan detil yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.00
- Deskripsi: Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.21
- Deskripsi: Jahitan luka tunggal
Penjelasan detail:
Pada kondisi yang Anda berikan, yaitu luka robek dengan jahitan dua di jari tengah, kode ICD-10 yang sesuai adalah S61.00 - Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi luka robek pada jari tanpa adanya kerusakan pada kuku. Dalam kasus ini, luka robek tersebut membutuhkan jahitan, yang dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 86.21 - Jahitan luka tunggal. Prosedur ini mencakup jahitan tunggal pada luka, yang sesuai dengan penanganan yang Anda deskripsikan pada kasus ini. -
Article No. 12517 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Termoregulasi (SLKI)
Penjelasan: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh pada rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien dengan demam.
2. Pemantauan Tanda Vital (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memantau tanda-tanda vital pasien, termasuk suhu tubuh.
3. Pemberian Terapi Farmakologis (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan suhu tubuh.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, termasuk faktor-faktor yang mungkin memengaruhi kondisi pasien, seperti riwayat medis, pola hidup, dan faktor lingkungan. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memastikan penanganan yang tepat dan efektif bagi pasien. -
Article No. 12518 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien post tindakan VP shunt Perdarahan intraserebral didaerah frontal dan oksipital kanan. Perdarahan subarachnoid.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Intrakranial Berhubungan dengan Tindakan VP Shunt
Penjelasan:
Pasien pasca tindakan VP shunt memiliki risiko mengalami perdarahan intrakranial, khususnya perdarahan intraserebral di daerah frontal dan oksipital kanan, serta perdarahan subaraknoid. Hal ini dapat terjadi akibat adanya komplikasi dari tindakan operasi pemasangan VP shunt. Risiko ini perlu dievaluasi dan dikelola secara ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien.
2. Gangguan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Perdarahan Intrakranial
Penjelasan:
Adanya perdarahan intrakranial, baik perdarahan intraserebral maupun perdarahan subaraknoid, dapat menyebabkan gangguan perfusi serebral dan aliran darah ke otak. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Kondisi ini perlu dikenali dan diatasi dengan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat.
3. Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial Berhubungan dengan Perdarahan Intrakranial
Penjelasan:
Perdarahan intrakranial, baik intraserebral maupun subaraknoid, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dapat mengakibatkan penurunan suplai darah dan oksigen ke otak, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan otak. Risiko peningkatan tekanan intrakranial perlu dikenali dan diatasi secara tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 12519 | 19 Feb 2025
Klinis : PAsien post VP shunt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan menyediakan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien post VP shunt.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap masuknya organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, intervensi medis, dan alat kesehatan yang digunakan.
2. Ketidakstabilan Neurologis
Definisi: Perubahan fungsi saraf yang bersifat sementara atau menetap.
Faktor Risiko: Pemasangan alat VP shunt dan adanya perubahan tekanan intrakranial.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan dan adanya pemasangan alat VP shunt.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi pada area pembedahan.
- Nilai tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai normal.
2. Ketidakstabilan Neurologis
- Tidak ada perubahan status mental atau fungsi neurologis yang signifikan.
- Tekanan intrakranial dalam batas normal.
- Fungsi saraf pusat dan otonom dalam batas normal.
3. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan yang signifikan akibat nyeri.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala.
- Perawatan luka operasi sesuai prosedur.
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
2. Ketidakstabilan Neurologis
- Pemantauan status neurologis secara berkala.
- Pengkajian tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Pemberian obat-obatan untuk mengontrol tekanan intrakranial.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi neurologis yang tepat.
3. Nyeri Akut
- Pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Pemberian analgetik sesuai resep.
- Teknik manajemen nyeri nonfarmakologis (misalnya distraksi, relaksasi).
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi mengatasi nyeri.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan membantu pasien post VP shunt mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 12520 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, batuk, pilek dan berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, batuk, pilek dan berdahak.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, batuk, pilek, dan berdahak, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Etiologi: Sekresi yang berlebihan, peradangan, kelemahan otot pernapasan.
b. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas ambang batas normal.
Etiologi: Proses infeksi atau peradangan.
Diagnosa keperawatan tersebut menggambarkan permasalahan kesehatan utama yang dialami pasien, yaitu kesulitan membersihkan saluran pernapasan dan peningkatan suhu tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Kriteria hasil:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernapas dengan mudah
- Pasien memiliki bunyi napas yang bersih
- Pasien tidak mengalami sesak napas
b. Suhu Tubuh dalam Batas Normal
Definisi: Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5°C)
- Pasien tidak lagi merasakan sensasi panas
Luaran tersebut menggambarkan kondisi yang diharapkan tercapai setelah pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitor pola napas dan bunyi napas pasien
- Auskultasi suara napas dan identifikasi ada tidaknya ronki, wheezing, atau suara napas tambahan lainnya
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan suction atau pemberian humidified oxygen jika diperlukan untuk membantu membersihkan jalan napas
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik batuk efektif dan perawatan jalan napas
b. Untuk Suhu Tubuh dalam Batas Normal:
- Monitor suhu tubuh pasien secara rutin
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi untuk membantu menurunkan suhu
- Berikan antipiretik sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam
Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pasien agar dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan suhu tubuh dalam batas normal, sesuai dengan luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pengelolaan asuhan keperawatan untuk pasien dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan berdahak. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 12521 | 19 Feb 2025
Klinis : batuk sejak 2 hari, berdahak, pilek dan sariawan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu batuk sejak 2 hari, berdahak, pilek, dan sariawan, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Gejala yang mendukung diagnosa ini adalah batuk produktif dan pilek.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Gejala yang mendukung diagnosa ini adalah kemungkinan adanya kelemahan dan kelelahan akibat penyakit.
3. Nyeri Oral
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada mulut, bibir, atau struktur yang berhubungan.
Gejala yang mendukung diagnosa ini adalah adanya sariawan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada sianosis
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
3. Nyeri Oral Terkontrol
- Skala nyeri berkurang
- Mampu makan dan minum dengan nyaman
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Observasi karakteristik batuk dan sekret
- Berikan terapi uap/humidifikasi
- Anjurkan minum banyak cairan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi (misalnya ekspektoran)
2. Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi faktor penyebab intoleransi aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan edukasi manajemen energi
- Berikan terapi oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
3. Nyeri Oral
- Identifikasi penyebab nyeri oral
- Berikan tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri, misalnya aplikasi salep analgesik
- Anjurkan menjaga kebersihan mulut
- Berikan obat-obatan analgesik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter gigi jika diperlukan
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 12523 | 19 Feb 2025
Klinis : kista koledokus anak 3 tahun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi kista koledokus pada anak berusia 3 tahun, sesuai dengan format yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi kista koledokus pada anak berusia 3 tahun, diagnosa keperawatan yang sesuai dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Eliminasi Biliaris (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeliminasi cairan empedu secara efektif.
Faktor yang Berhubungan: Obstruksi saluran empedu.
Karakteristik Definisi: Kulit dan sklera tampak kuning, urin berwarna gelap, feses berwarna pucat, nyeri pada abdomen kanan atas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah:
1. Perbaikan Fungsi Eliminasi Biliaris (1608)
Definisi: Kemampuan untuk mengeliminasi cairan empedu secara efektif.
Indikator:
- Kulit dan sklera tidak lagi tampak kuning
- Urin tidak lagi berwarna gelap
- Feses tidak lagi berwarna pucat
- Nyeri pada abdomen kanan atas berkurang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen Obstruksi Saluran Empedu (6460)
Definisi: Pengelolaan penyumbatan pada saluran empedu.
Aktivitas:
- Lakukan pemantauan fungsi hati dan ginjal secara berkala
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan untuk mendukung proses penyembuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan pembedahan jika diperlukan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan yang tepat untuk mengatasi kista koledokus
- Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perawatan yang komprehensif
2. Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penanganan nyeri yang tepat
3. Dukungan Nutrisi (1120)
Definisi: Dukungan pemberian nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan status gizi.
Aktivitas:
- Kaji status nutrisi pasien secara berkala
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan dan toleransi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan asupan nutrisi yang tepat
- Pantau asupan dan output cairan pasien
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat tercapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan fungsi eliminasi biliaris pada pasien anak dengan kista koledokus. -
Article No. 12524 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan ido pasien post sc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien post sectio caesarea (SC) dalam rangka pencegahan infeksi daerah operasi (IDO) adalah:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Berada dalam risiko atau rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
Karakteristik Definisi:
- Adanya luka operasi pada pasien post SC
- Kondisi imunitas yang dapat menurun akibat prosedur pembedahan
- Potensi kontaminasi luka operasi oleh mikroorganisme patogen
2. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Karakteristik Definisi:
- Adanya luka operasi pada pasien post SC
- Potensi terjadinya kerusakan pada integritas kulit di area luka operasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
- Pasien dan keluarga memahami pentingnya pencegahan infeksi
2. Integritas Kulit Terganggu
- Luka operasi bersih dan kering
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
- Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
- Pasien dan keluarga memahami pentingnya perawatan luka
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi
- Melakukan observasi tanda-tanda infeksi pada luka operasi secara rutin
- Memantau tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh
- Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memantau kondisi infeksi
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti perawatan luka, pentingnya kebersihan tangan, dan tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk mencegah dan mengatasi infeksi
2. Integritas Kulit Terganggu
- Melakukan perawatan luka operasi secara aseptic
- Mempertahankan luka tetap bersih dan kering
- Memantau proses penyembuhan luka
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka, tanda-tanda infeksi, dan perilaku yang dapat mempercepat penyembuhan luka
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk membantu penyembuhan luka
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien post SC dalam rangka pencegahan IDO adalah Risiko Infeksi dan Integritas Kulit Terganggu. Risiko Infeksi dipilih karena adanya luka operasi dan kondisi imunitas yang dapat menurun, sehingga rentan terhadap infeksi. Integritas Kulit Terganggu dipilih karena adanya luka operasi yang berpotensi mengalami kerusakan pada integritas kulit.
Luaran yang diharapkan adalah tidak adanya tanda-tanda infeksi, proses penyembuhan luka yang baik, serta pemahaman pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi dan perawatan luka. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi observasi, pemantauan, perawatan luka, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah infeksi dan membantu penyembuhan luka. -
Article No. 12525 | 19 Feb 2025
Klinis : saya mengalami pusing ketika menggunakan laptop terlalu lama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda alami, yaitu pusing saat menggunakan laptop terlalu lama. Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Dalam SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Intoleransi Aktivitas memiliki definisi: "Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis."
Terkait SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), beberapa luaran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perawatan Intoleransi Aktivitas antara lain:
1. Toleransi Aktivitas
2. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari
3. Kontrol Energi
Selanjutnya, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas, seperti:
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Energi
3. Edukasi Aktivitas
Sebagai perawat, kami akan bekerja sama dengan Anda untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pusing saat menggunakan laptop terlalu lama, serta menyusun rencana perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini dan membantu Anda kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. -
Article No. 12526 | 19 Feb 2025
Klinis : saya mengalami pusing ketika menggunakan laptop terlalu lama
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada kondisi dimana Anda mengalami pusing ketika menggunakan laptop terlalu lama.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Intoleransi Aktivitas" (00092). Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Dalam kasus ini, penggunaan laptop yang terlalu lama menyebabkan Anda mengalami pusing, yang merupakan gejala dari intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan Anda dapat mencapai luaran berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat (0005): Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami gejala yang tidak nyaman, seperti pusing.
2. Pengendalian Gejala (0002): Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi gejala yang dirasakan, seperti pusing.
3. Pengetahuan: Manajemen Aktivitas (1803): Pemahaman individu tentang cara mengatur aktivitas sehari-hari untuk mencegah atau meminimalkan gejala yang tidak nyaman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas (0200):
a. Identifikasi aktivitas yang menyebabkan gejala pusing.
b. Bantu klien dalam menyusun jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
c. Ajarkan teknik manajemen energi, seperti melakukan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berlebihan.
2. Edukasi Kesehatan (5510):
a. Berikan edukasi tentang penyebab dan gejala pusing akibat penggunaan laptop yang terlalu lama.
b. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi risiko pusing, seperti menjaga jarak pandang yang sesuai, mengatur pencahayaan, dan melakukan istirahat mata.
c. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mata dan postur tubuh saat menggunakan laptop.
3. Manajemen Nyeri (1400):
a. Identifikasi faktor-faktor yang dapat memicu atau memperburuk pusing.
b. Ajarkan teknik-teknik pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat, dan pengaturan posisi.
c. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi atau mengatasi pusing.
Dengan melaksanakan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan Anda dapat mengatasi masalah pusing yang disebabkan oleh penggunaan laptop yang terlalu lama dan meningkatkan toleransi Anda terhadap aktivitas tersebut.