Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12604 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien anak usia 4 tahun datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit. apa doagnosa paling utamanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang paling utama untuk kondisi pasien anak usia 4 tahun yang datang ke IGD dengan keluhan kejang dan batuk pilek selama 1 minggu.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), diagnosa keperawatan yang paling utama untuk kondisi ini adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami aktivitas listrik abnormal di otak yang menyebabkan perubahan perilaku atau status mental yang tidak terkontrol.
Penjelasan:
Pasien anak usia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang, suhu tubuh 39 derajat, dan batuk pilek selama 1 minggu. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko kejang yang perlu segera ditangani. Kejang pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti demam tinggi, infeksi, atau kondisi medis lainnya.
Perawat harus segera melakukan pengkajian komprehensif, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, perawat juga harus berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, diharapkan perawat dapat membantu mengatasi risiko kejang pada pasien anak ini secara efektif. -
Article No. 12605 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien anak usia 4 tahun datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit. apa doagnosa paling utamanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada yang akademis dan persona seorang perawat ahli, berikut adalah analisis saya:
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak usia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang selama kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pilek selama 1 minggu terakhir. Saat dimonitor, suhu tubuh pasien mencapai 39 derajat Celsius, dengan SpO2 95% dan nadi 135 x/menit.
Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu kejang, demam tinggi, batuk, dan pilek, mengarah pada diagnosis risiko kejang berhubungan dengan demam tinggi. Demam tinggi dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu terjadinya kejang pada anak. Hal ini merupakan diagnosis keperawatan utama yang harus segera ditangani.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), penanganan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
3. Pemberian oksigen jika diperlukan
4. Edukasi kepada keluarga tentang penanganan kejang dan demam pada anak
5. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk penanganan lebih lanjut
Penanganan yang tepat dan segera dilakukan dapat membantu mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat kejang dan demam tinggi pada pasien. -
Article No. 12606 | 20 Feb 2025
Klinis : Anak B perempuan (tanggal lahir 01 Mei 2019), pada tanggal 15 Juli 2022 dibawa ibu ke Posyandu dengan keluhan anak B banyak makan tetapi berat badannya masih tampak kurus (BB 8 kg, TB 79 cm, LK 47 cm). Ibu meminta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena Anak B juga tampak lebih diam dan kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Pada pemeriksaan KPSP diperoleh data bahwa: anak bisa melakukan semua perintah/pertanyaan yang diajukan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun pada sektor bicara dan bahasa diketahui bahwa anak hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”. Ibu juga mengatakan anak masih belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian. Untuk pertanyaan lain pada sektor bahasa dan kemandirian, anak sudah mampu melakukannya. Penugasan: Lakukan penyelesaian kasus yang meliputi: a. Catat hasil pengkajian pertumbuhan (status gizi, klasifikasi hasil pengukuran lingkar kepala) dan perkembangan anak B dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan/KPSP sesuai kasus (jelaskan cara menetukan formulir KPSP yang digunakan sesuai perhitungan umur anak/usia kronologis) b. Jelaskan bagaimana cara melakukan pengkajian dan mengisi form. KPSP sesuai data pada kasus tersebut c. Rumuskan interpretasi hasil pemeriksaan KPSP d. Susun rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang yang sesuai untuk mengatasi masalah pada kasus di atas Tentukan jadwal skrining/pemeriksaan KPSP anak selanjutnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan informasi yang diberikan, saya akan memberikan penyelesaian kasus sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R62.0
- Deskripsi: Perlambatan perkembangan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang sesuai dalam kasus ini karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan.
a. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak B:
- Status gizi: Berat badan 8 kg (berada di bawah persentil 5 untuk anak perempuan usia 3 tahun), Tinggi badan 79 cm (berada di bawah persentil 5 untuk anak perempuan usia 3 tahun), dan Lingkar kepala 47 cm (berada di atas persentil 95 untuk anak perempuan usia 3 tahun). Hasil pengukuran menunjukkan adanya gizi kurang dan macrocephaly.
- Perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk anak usia 3 tahun. Berdasarkan data, anak dapat melakukan semua perintah/pertanyaan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun hanya mampu mengucapkan 2 kata yang bermakna selain "papa" dan "mama" pada area bicara dan bahasa, serta belum bisa makan nasi sendiri pada area sosialisasi dan kemandirian.
b. Pengisian form KPSP:
- Pada formulir KPSP usia 3 tahun, setiap area perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian) terdiri dari 10 pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan yang dapat dilakukan anak, diberi skor 1. Jika ada 1 atau 2 pertanyaan yang tidak dapat dilakukan, anak dinyatakan "Sesuai Tahapan". Jika ada 3 atau lebih pertanyaan yang tidak dapat dilakukan, anak dinyatakan "Perlu Dirujuk".
- Pada kasus ini, anak dapat melakukan semua pertanyaan pada area motorik kasar dan motorik halus (skor 10/10 untuk masing-masing area), namun hanya mampu mengucapkan 2 kata bermakna selain "papa" dan "mama" pada area bicara dan bahasa (skor 2/10), serta belum bisa makan nasi sendiri pada area sosialisasi dan kemandirian (skor 9/10).
c. Interpretasi hasil pemeriksaan KPSP:
- Berdasarkan hasil KPSP, anak B dinyatakan "Perlu Dirujuk" karena ada 3 atau lebih pertanyaan pada area bicara dan bahasa yang tidak dapat dilakukan.
d. Rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang:
- Berikan stimulasi perkembangan bicara dan bahasa, seperti aktivitas berbicara, membaca buku, bernyanyi, dan bermain peran.
- Latih kemandirian makan dengan membimbing anak makan nasi sendiri.
- Lakukan pemantauan perkembangan secara berkala menggunakan KPSP setiap 3 bulan.
- Berikan konseling dan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya stimulasi perkembangan anak.
- Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke tenaga kesehatan yang kompeten dalam bidang tumbuh kembang anak, jika diperlukan.
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP selanjutnya:
- Anak B akan diperiksa kembali menggunakan KPSP setiap 3 bulan, yaitu pada Oktober 2022, Januari 2023, dan seterusnya, untuk memantau perkembangan dan pemberian stimulasi yang tepat. -
Article No. 12607 | 20 Feb 2025
Klinis : Anak B perempuan (tanggal lahir 01 Mei 2019), pada tanggal 15 Juli 2022 dibawa ibu ke Posyandu dengan keluhan anak B banyak makan tetapi berat badannya masih tampak kurus (BB 8 kg, TB 79 cm, LK 47 cm). Ibu meminta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena Anak B juga tampak lebih diam dan kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Pada pemeriksaan KPSP diperoleh data bahwa: anak bisa melakukan semua perintah/pertanyaan yang diajukan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun pada sektor bicara dan bahasa diketahui bahwa anak hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”. Ibu juga mengatakan anak masih belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian. Untuk pertanyaan lain pada sektor bahasa dan kemandirian, anak sudah mampu melakukannya. Penugasan: Lakukan penyelesaian kasus yang meliputi: a. Catat hasil pengkajian pertumbuhan (status gizi, klasifikasi hasil pengukuran lingkar kepala) dan perkembangan anak B dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan/KPSP sesuai kasus (jelaskan cara menetukan formulir KPSP yang digunakan sesuai perhitungan umur anak/usia kronologis) b. Jelaskan bagaimana cara melakukan pengkajian dan mengisi form. KPSP sesuai data pada kasus tersebut c. Rumuskan interpretasi hasil pemeriksaan KPSP d. Susun rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang yang sesuai untuk mengatasi masalah pada kasus di atas Tentukan jadwal skrining/pemeriksaan KPSP anak selanjutnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan dalam kasus, berikut adalah jawaban yang dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E45
- Deskripsi: Retardasi pertumbuhan anak dengan gizi kurang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang perlu dikodekan dalam ICD-9-CM.
a. Hasil pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak B:
- Status gizi: Gizi kurang (berat badan 8 kg, tinggi badan 79 cm, lingkar kepala 47 cm)
- Klasifikasi hasil pengukuran lingkar kepala: Lingkar kepala sesuai untuk usia
- Perkembangan anak berdasarkan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP):
- Untuk usia 36 bulan (3 tahun), Anak B dapat melakukan semua item perkembangan pada area motorik kasar dan motorik halus.
- Pada area bicara dan bahasa, Anak B hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain "papa" dan "mama".
- Pada area sosialisasi dan kemandirian, Anak B belum bisa makan nasi sendiri, namun dapat melakukan tugas-tugas lainnya.
b. Pengkajian dan pengisian form KPSP:
- Penentuan formulir KPSP yang digunakan sesuai usia kronologis Anak B, yaitu formulir KPSP untuk usia 36 bulan (3 tahun).
- Pengisian form KPSP dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan instruksi kepada ibu Anak B, serta melakukan observasi langsung terhadap kemampuan Anak B dalam melakukan tugas-tugas perkembangan yang tercantum dalam formulir.
c. Interpretasi hasil pemeriksaan KPSP:
- Anak B dapat melakukan semua tugas perkembangan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun mengalami keterlambatan perkembangan pada area bicara dan bahasa, serta masih belum mandiri dalam makan nasi sendiri.
d. Rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang:
- Berikan stimulasi perkembangan bahasa dan bicara, seperti membacakan buku, bernyanyi, dan berbicara secara berulang-ulang dengan Anak B.
- Latih kemandirian makan Anak B dengan membiasakan makan nasi sendiri, serta melakukan aktivitas sehari-hari yang melatih sosialisasi dan kemandirian.
- Lakukan pemantauan berat badan dan tinggi badan secara teratur, serta berikan nutrisi yang sesuai untuk memperbaiki status gizi.
- Tindak lanjut pemeriksaan perkembangan dengan menjadwalkan pemeriksaan KPSP selanjutnya setelah 3 bulan. -
Article No. 12608 | 20 Feb 2025
Klinis : Anak B perempuan (tanggal lahir 01 Mei 2019), pada tanggal 15 Juli 2022 dibawa ibu ke Posyandu dengan keluhan anak B banyak makan tetapi berat badannya masih tampak kurus (BB 8 kg, TB 79 cm, LK 47 cm). Ibu meminta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena Anak B juga tampak lebih diam dan kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Pada pemeriksaan KPSP diperoleh data bahwa: anak bisa melakukan semua perintah/pertanyaan yang diajukan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun pada sektor bicara dan bahasa diketahui bahwa anak hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”. Ibu juga mengatakan anak masih belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian. Untuk pertanyaan lain pada sektor bahasa dan kemandirian, anak sudah mampu melakukannya. Penugasan: Lakukan penyelesaian kasus yang meliputi: a. Catat hasil pengkajian pertumbuhan (status gizi, klasifikasi hasil pengukuran lingkar kepala) dan perkembangan anak B dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan/KPSP sesuai kasus (jelaskan cara menetukan formulir KPSP yang digunakan sesuai perhitungan umur anak/usia kronologis) b. Jelaskan bagaimana cara melakukan pengkajian dan mengisi form. KPSP sesuai data pada kasus tersebut c. Rumuskan interpretasi hasil pemeriksaan KPSP d. Susun rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang yang sesuai untuk mengatasi masalah pada kasus di atas Tentukan jadwal skrining/pemeriksaan KPSP anak selanjutnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas kasus yang Anda berikan. Berikut adalah penyelesaian kasus tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R62.0
- Deskripsi: Keterlambatan perkembangan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk kasus ini.
a. Hasil pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak B:
- Status gizi: Anak B memiliki berat badan rendah untuk tinggi badan (8 kg dengan tinggi badan 79 cm), yang dapat diklasifikasikan sebagai gizi kurang.
- Lingkar kepala: Lingkar kepala 47 cm, berada dalam rentang normal untuk usia 3 tahun.
- Hasil pemeriksaan KPSP: Anak B mampu melakukan semua perintah/pertanyaan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun hanya mampu mengucapkan 2 kata yang bermakna selain "papa" dan "mama" pada area bicara dan bahasa. Anak juga belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian.
b. Pengkajian dan pengisian KPSP:
- Anak B berusia 3 tahun 2 bulan (tanggal lahir 01 Mei 2019, pemeriksaan pada 15 Juli 2022).
- Formulir KPSP yang digunakan adalah formulir KPSP usia 36 bulan (3 tahun).
- Pengkajian dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan perintah sesuai formulir KPSP usia 36 bulan, kemudian mencatat hasil pengamatan.
c. Interpretasi hasil pemeriksaan KPSP:
- Anak B menunjukkan perkembangan yang menyimpang (merah) pada area bicara dan bahasa, serta area sosialisasi kemandirian.
- Pada area motorik kasar dan motorik halus, anak B menunjukkan perkembangan yang sesuai (hijau).
d. Rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang:
- Berikan stimulasi perkembangan bicara dan bahasa, seperti membacakan buku cerita, mengajak anak bernyanyi, dan melatih anak mengucapkan kosa kata baru.
- Berikan stimulasi perkembangan sosialisasi kemandirian, seperti melatih anak makan nasi sendiri dan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
- Berikan edukasi dan dukungan kepada ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak di rumah.
- Lakukan pemantauan perkembangan anak melalui skrining KPSP setiap 3 bulan sekali.
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP selanjutnya:
- Skrining KPSP berikutnya dilakukan pada usia 39 bulan (3 tahun 3 bulan) atau 3 bulan setelah kunjungan saat ini. -
Article No. 12609 | 20 Feb 2025
Klinis : Anak B perempuan (tanggal lahir 01 Mei 2019), pada tanggal 15 Juli 2022 dibawa ibu ke Posyandu dengan keluhan anak B banyak makan tetapi berat badannya masih tampak kurus (BB 8 kg, TB 79 cm, LK 47 cm). Ibu meminta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena Anak B juga tampak lebih diam dan kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Pada pemeriksaan KPSP diperoleh data bahwa: anak bisa melakukan semua perintah/pertanyaan yang diajukan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun pada sektor bicara dan bahasa diketahui bahwa anak hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”. Ibu juga mengatakan anak masih belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian. Untuk pertanyaan lain pada sektor bahasa dan kemandirian, anak sudah mampu melakukannya. Penugasan: Lakukan penyelesaian kasus yang meliputi: a. Catat hasil pengkajian pertumbuhan (status gizi, klasifikasi hasil pengukuran lingkar kepala) dan perkembangan anak B dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan/KPSP sesuai kasus (jelaskan cara menetukan formulir KPSP yang digunakan sesuai perhitungan umur anak/usia kronologis) b. Jelaskan bagaimana cara melakukan pengkajian dan mengisi form. KPSP sesuai data pada kasus tersebut c. Rumuskan interpretasi hasil pemeriksaan KPSP d. Susun rencana intervensi/stimulasi tumbuh kembang yang sesuai untuk mengatasi masalah pada kasus di atas Tentukan jadwal skrining/pemeriksaan KPSP anak selanjutnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya bantu menyelesaikan kasus ini.
a. Hasil Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak B:
- Status Gizi: Berat Badan 8 kg, Tinggi Badan 79 cm, Lingkar Kepala 47 cm. Berdasarkan perhitungan, status gizi anak B berada di bawah rata-rata untuk usianya (Gizi Kurang).
- Klasifikasi Hasil Pengukuran Lingkar Kepala: Lingkar Kepala 47 cm, termasuk dalam rentang normal untuk usia anak B.
- Hasil Pemeriksaan KPSP: Anak B dapat melakukan semua perintah/pertanyaan pada area motorik kasar dan motorik halus, namun hanya mampu mengucapkan 2 kata yang mempunyai arti selain "papa" dan "mama" pada area bicara dan bahasa. Anak juga belum bisa makan nasi sendiri saat ditanyakan pertanyaan pada area sosialisasi kemandirian.
b. Pengkajian dan Pengisian Form KPSP:
- Pengisian Form KPSP dilakukan dengan cara memeriksa kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan usia kronologis anak.
- Berdasarkan usia anak B (3 tahun 2 bulan), form KPSP yang digunakan adalah form KPSP untuk usia 36-48 bulan.
- Cara mengisi form KPSP adalah dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom "Ya" jika anak dapat melakukan aktivitas yang dipertanyakan, atau tanda silang (X) pada kolom "Tidak" jika anak tidak dapat melakukan aktivitas tersebut.
c. Interpretasi Hasil Pemeriksaan KPSP:
- Berdasarkan hasil pemeriksaan KPSP, anak B termasuk dalam kategori "Perlu Dirujuk" karena hanya dapat melakukan 2 dari 10 perintah/pertanyaan yang diajukan pada area bicara dan bahasa.
d. Rencana Intervensi/Stimulasi Tumbuh Kembang:
- Berikan stimulasi perkembangan pada area bicara dan bahasa, seperti membacakan buku cerita, mengajak anak bernyanyi, dan memperkenalkan kosakata baru.
- Berikan stimulasi pada area sosialisasi kemandirian, seperti melatih anak untuk makan nasi sendiri.
- Lakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin.
- Berikan edukasi dan dukungan kepada orang tua dalam meningkatkan stimulasi tumbuh kembang anak.
Selanjutnya, jadwal skrining/pemeriksaan KPSP anak B adalah sebagai berikut:
- Saat ini (usia 3 tahun 2 bulan)
- Usia 4 tahun
- Usia 5 tahun
Pemeriksaan KPSP sebaiknya dilakukan secara rutin untuk memantau perkembangan anak dan memberikan intervensi yang tepat jika diperlukan. -
Article No. 12610 | 20 Feb 2025
Klinis : Kasus pemicu Kekurangan Kalori Protein (KKP): Di sebuah klinik kesehatan, seorang ibu membawa anaknya, Aisyah (2 tahun), karena tampak semakin kurus dan sering sakit. Ibu mengeluhkan bahwa Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang dalam dua minggu terakhir. Saat diperiksa, Aisyah terlihat sangat kurus dengan wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, serta edema ringan di kaki. Berat Badan: 7,5 kg (di bawah persentil ke-3 untuk usianya). Tinggi Badan: 78 cm. Lingkar Lengan Atas: 11 cm (indikasi malnutrisi). Status Imunisasi: Tidak lengkap. Riwayat Penyakit: Sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare. Anak tampak lemas dan kurang responsif. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan suhu 36,5°C, nadi 105 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, dan tekanan darah 85/55 mmHg. Kondisi ini menunjukkan Aisyah mengalami kurang kalori protein (KKP) yang membutuhkan intervensi segera untuk memperbaiki status gizinya. carikan 3 diagnosa untuk anak beserta do ds dan panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan 3 diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Kekurangan Kalori Protein (KKP) pada anak Aisyah.
Diagnosa Keperawatan 1:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor Etiology (Penyebab):
1. Intake Nutrisi tidak Adekuat
2. Malabsorpsi
3. Kebutuhan Nutrisi Meningkat
Tujuan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Anak dapat mencapai berat badan ideal sesuai usia.
2. Anak dapat mempertahankan status gizi yang baik.
Intervensi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Asupan dan Output Nutrisi
2. Pemberian Makanan Bergizi
3. Edukasi Gizi pada Ibu
Diagnosa Keperawatan 2:
Resiko Infeksi
Definisi SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit akibat paparan patogen.
Faktor Etiology (Penyebab):
1. Status Imunitas Menurun
2. Malnutrisi
Tujuan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Anak dapat mempertahankan fungsi sistem imun yang optimal.
2. Anak tidak mengalami komplikasi infeksi.
Intervensi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi
2. Pemberian Imunisasi Rutin
3. Edukasi Pencegahan Infeksi
Diagnosa Keperawatan 3:
Intoleransi Aktivitas
Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Faktor Etiology (Penyebab):
1. Malnutrisi
2. Kelelahan
Tujuan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
2. Anak dapat mempertahankan atau meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Peningkatan Energi
3. Perawatan Nutrisi -
Article No. 12611 | 20 Feb 2025
Klinis : Kasus pemicu Kekurangan Kalori Protein (KKP): Di sebuah klinik kesehatan, seorang ibu membawa anaknya, Aisyah (2 tahun), karena tampak semakin kurus dan sering sakit. Ibu mengeluhkan bahwa Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang dalam dua minggu terakhir. Saat diperiksa, Aisyah terlihat sangat kurus dengan wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, serta edema ringan di kaki. Berat Badan: 7,5 kg (di bawah persentil ke-3 untuk usianya). Tinggi Badan: 78 cm. Lingkar Lengan Atas: 11 cm (indikasi malnutrisi). Status Imunisasi: Tidak lengkap. Riwayat Penyakit: Sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare. Anak tampak lemas dan kurang responsif. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan suhu 36,5°C, nadi 105 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, dan tekanan darah 85/55 mmHg. Kondisi ini menunjukkan Aisyah mengalami kurang kalori protein (KKP) yang membutuhkan intervensi segera untuk memperbaiki status gizinya. carikan 3 diagnosa untuk anak beserta do ds dan panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, terdapat 3 diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi untuk anak bernama Aisyah dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP):
1. Malnutrisi/Kekurangan Gizi Berat
DO: Berat badan di bawah persentil ke-3 untuk usianya, tinggi badan rendah, lingkar lengan atas indikasi malnutrisi, sering sakit (ISPA dan diare)
DS: Ibu mengeluhkan Aisyah semakin kurus, kurang nafsu makan, dan diare berulang
Etiologi: Diet tidak adekuat, faktor psikososial (rewel), infeksi berulang
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
DO: Aisyah tampak sangat kurus dengan wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, dan edema ringan di kaki
DS: Ibu mengeluhkan Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang
Etiologi: Intake nutrisi tidak adekuat, malabsorpsi (diare), faktor psikososial (rewel)
3. Penurunan Sistem Imun
DO: Status imunisasi tidak lengkap, sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare
DS: Aisyah tampak lemas dan kurang responsif
Etiologi: Malnutrisi, faktor psikososial (rewel), riwayat penyakit infeksi berulang
Untuk penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dan terstandar dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terarah, dan sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 12612 | 20 Feb 2025
Klinis : D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efekti
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan situasi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dijelaskan sebagai keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" antara lain:
1. Bersihan Jalan Napas
2. Fungsi Ventilasi
3. Status Respirasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Ventilasi
3. Manajemen Oksigenasi
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang sistematis untuk mengatasi masalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" pada pasien. -
Article No. 12613 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang anak perempuan usia 5 tahun di bawa kerumah sakit karena keluhan mual, muntah dan letih sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa muka anaknya sembab dari biasanya. Ibu juga mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang sekali buang air kecil, yang mencemaskan ibu adalah buang air kecil anak terlihat berwarna kemerahan seperti air cucian daging. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD: 130/90mmHg, nadi: 124x/menit, nafas: 32x/menit dan suhu: 37,8⁰C. Anak terlihat letih, pucat, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering. Menurut ibu tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan gejala yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Akut Sekunder Muntah dan Oliguria
Penjelasan:
- Gejala yang muncul seperti mual, muntah, kulit dan membran mukosa kering, serta penurunan produksi urin (oliguria) mengindikasikan adanya gangguan volume cairan.
- Kehilangan cairan akut disebabkan oleh muntah dan penurunan produksi urin, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Umum
Penjelasan:
- Gejala kelelahan, pucat, dan letih yang dialami anak menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
- Kelemahan umum yang terjadi dapat disebabkan oleh gangguan volume cairan dan perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan Membaik
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Energi
Sebagai perawat, saya akan melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, yaitu:
1. Manajemen Cairan: Menilai status hidrasi, memantau intake dan output cairan, serta memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
2. Manajemen Energi: Mengatur aktivitas dan istirahat anak, serta memantau tanda-tanda vital secara berkala.
Tujuan akhirnya adalah untuk memulihkan keseimbangan cairan dan meningkatkan toleransi aktivitas anak. Perawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim medis lainnya akan sangat membantu dalam proses pemulihan anak.