Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12574 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sudah 3 hari sesekali demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan keluhan sakit kepala selama 3 hari, sesekali demam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas normal sebagai akibat dari peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Faktor yang berhubungan: Agen cidera biologis (infeksi)
- Karakteristik: Keluhan nyeri, Perubahan ekspresi wajah, Gelisah
2. Hipertermia
- Faktor yang berhubungan: Proses inflamasi
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, Kulit kemerahan, Sakit kepala
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri berkurang, Tampak rileks, Dapat beristirahat/tidur
2. Suhu Tubuh dalam Batas Normal
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Intervensi: Kaji nyeri secara komprehensif, Berikan obat analgesik, Terapkan terapi nonfarmakologis
2. Manajemen Demam
- Intervensi: Kaji tanda-tanda vital, Berikan cairan/antipiretik, Pertahankan lingkungan yang sejuk
Dalam konteks ini, pasien mengalami nyeri kepala dan demam, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk mengatasi kedua masalah kesehatan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12575 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang Laki-laki usia 45 tahun. Pasien dibawa ke RSJ karena mengurung diri di kamar sejak diputus kekasihnya dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil pengkajian keluarga mengatakan ini telah terjadi sejak 5 bulan yang lalu dan sudah dibawa berobat ke dukun tapi malah tambah parah. Pasien tampak kotor, bau, rambut kusut, pakaian berlapis-lapis dan hanya duduk sendiri di pojok ruangan. Pasien tidak mau makan, terkadang pasien kencing di celananya. Masalah apakah yang dialami Pasien? Jelaskanlah secara Konsep/teori? Data apa yang mendukung masalahnya? Tindakan apa yang harus dilakukan???
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami masalah kesehatan mental berupa Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik. Berikut penjelasan lebih lanjut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir, perubahan persepsi realita, dan penarikan diri dari interaksi sosial.
Penjelasan:
Pasien mengalami isolasi sosial yang ditandai dengan mengurung diri di kamar, tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat berhubungan dengan gangguan proses pikir, perubahan persepsi realita, serta penarikan diri dari interaksi sosial.
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan proses pikir dan perubahan persepsi realita.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan tanda-tanda defisit perawatan diri, seperti tampak kotor, bau, rambut kusut, dan pakaian berlapis-lapis. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan proses pikir dan perubahan persepsi realita yang dialami pasien.
Pengkajian Data Pendukung:
1. Pasien dibawa ke RSJ karena mengurung diri di kamar sejak diputus kekasihnya dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Hasil pengkajian keluarga mengatakan ini telah terjadi sejak 5 bulan yang lalu dan sudah dibawa berobat ke dukun tapi malah tambah parah.
3. Pasien tampak kotor, bau, rambut kusut, pakaian berlapis-lapis dan hanya duduk sendiri di pojok ruangan.
4. Pasien tidak mau makan, terkadang pasien kencing di celananya.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengevaluasi kondisi psikologis, sosial, dan fisik pasien.
2. Berikan terapi psikososial, seperti terapi kognitif-perilaku, terapi kelompok, dan terapi keluarga, untuk membantu pasien mengatasi masalah psikologis.
3. Berikan perawatan diri yang diperlukan, seperti mandi, ganti pakaian, dan perawatan rambut, untuk memulihkan kebersihan dan penampilan pasien.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental lainnya, seperti psikiater dan psikolog, untuk memberikan intervensi yang sesuai.
5. Lakukan edukasi dan dukungan kepada keluarga mengenai perawatan pasien di rumah setelah keluar dari rumah sakit.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat memulihkan kondisi psikologis, sosial, dan fisiknya, serta mampu kembali menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 12576 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. P, 65 tahun datang ke poli bedah tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kanan terdapat benjolan leher sebelah kanan. Kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang, tidak ada mual muntah, klien tampak meringis kesakitan, klien mengatakan nyeri di daerah leher sebelah kanan, skala nyeri 5, setelah dilakukan pemeriksaaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 C. Tampak ada benjolan besar dibagian leher sebelah kanan, klien tampak pucat. Klien kemudian dirujuk untuk di rawat dalam persiapan operasi. Klien menyatakan cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik baik saja dan bisa pulang. Saat ini klien terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri, hasil Lab: HB : 11,3 g/dl, Hematokrit : 30%, Eritrosit : 3,8 juta /ul, Leukosit : 9.200/ul , Trombosit 200.000/ul.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Ny. P:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di leher sebelah kanan.
2. Kecemasan berhubungan dengan prosedur operasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di leher sebelah kanan.
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri
Penjelasan: Ny. P mengalami nyeri di daerah leher sebelah kanan dengan skala nyeri 5. Nyeri ini disebabkan oleh adanya benjolan yang terdapat di leher sebelah kanan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai karakteristik nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta memantau efektivitas penanganan nyeri.
2. Kecemasan berhubungan dengan prosedur operasi.
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen kecemasan
- SIKI: Terapi relaksasi
Penjelasan: Ny. P merasa cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik-baik saja dan bisa pulang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai tingkat kecemasan, memberikan edukasi tentang prosedur operasi, melakukan terapi relaksasi, dan mendukung klien dalam menghadapi situasi yang mencemaskan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri.
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Manajemen nutrisi
- SIKI: Asuhan nutrisi
Penjelasan: Ny. P tampak pucat, yang dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri yang dialami, sehingga memengaruhi asupan nutrisi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai status nutrisi, memantau asupan nutrisi, memberikan nutrisi enteral atau parenteral jika diperlukan, serta melakukan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang sesuai.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan harus selalu disesuaikan dengan kondisi klien dan hasil evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan. -
Article No. 12577 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktifitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri vas 3 ,nyeri terasa terus menerus (P: faktor penyakit adanya luka akibat KLL, Q: tajam tusukan dan mencengkeram, R: wajah, S: 3, T: terus menerus), tampak bengkak bibir, pasien tampak tegang. Pasien rujukan dari RSUD Rembang pasca KLL 30 menit SMRS (10/2/25, Jam 23.30), Pasien KLL naik motor dengan kecepatan sedang, menabrak truk dari belakang, bagian wajah bawah membentur badan truk. Pasien menggunakan helm, tidak terlepas. Pasien mengeluh nyeri pada rahang atas dan bawah, sulit membuka mulut. Pingsan (-), kejang (-), muntah (-). Pasien dibawa ke IGD RSUD Soetrasno Rembang dilakukan pemeriksaan didapatkan patah tulang rahang bawah kemudian pasien dirujuk ke RS Kariadi untuk tindakan lebih lanjut. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TD 110/80 mmHg, N: 82x/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36 ºC, SPO2 100%. Pasien terpasang O2 3 lpm, NGT, infus RL 2 tpm dan terpasang barton bandage.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur rahang) yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktivitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri VAS 3, nyeri terasa terus-menerus.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan cedera fisik (fraktur rahang) yang ditandai dengan tampak bengkak pada bibir.
3. Kecemasan berhubungan dengan situasi krisis (kecelakaan lalu lintas) yang ditandai dengan pasien tampak tegang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria hasil: Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skor VAS ≤ 2, tidak terdapat tanda-tanda nyeri, dan pasien dapat beraktivitas dengan nyaman.
2. Integritas Jaringan Membaik
- Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, edema berkurang, dan terjadi penyembuhan luka.
3. Tingkat Kecemasan Menurun
- Kriteria hasil: Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu mengendalikan respons fisiologis terhadap kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi krisis.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi)
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
2. Perawatan Luka
- Lakukan debridemen luka jika diperlukan
- Berikan perawatan luka sesuai prinsip perawatan luka yang baik
- Pantau tanda-tanda infeksi dan edema
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai
3. Manajemen Kecemasan
- Lakukan pengkajian tingkat kecemasan pasien
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi yang jelas tentang kondisi dan rencana perawatan
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur rahang) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, yang ditandai dengan keluhan nyeri pada rahang, nyeri saat beraktivitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri VAS 3, dan nyeri yang terasa terus-menerus. Hal ini menggambarkan adanya nyeri akut yang disebabkan oleh cedera fisik berupa fraktur rahang.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan cedera fisik (fraktur rahang) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, yang ditandai dengan tampak bengkak pada bibir. Hal ini menggambarkan adanya gangguan pada integritas jaringan akibat cedera fisik berupa fraktur rahang.
3. Kecemasan berhubungan dengan situasi krisis (kecelakaan lalu lintas) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, yang ditandai dengan pasien tampak tegang. Hal ini menggambarkan adanya kecemasan yang dialami pasien akibat situasi krisis berupa kecelakaan lalu lintas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri dengan skor VAS ≤ 2, tidak terdapat tanda-tanda nyeri, dan pasien dapat beraktivitas dengan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengatasi masalah nyeri akut yang dialami pasien.
2. Integritas Jaringan Membaik: Kriteria hasil yang diharapkan adalah tidak ada tanda-tanda infeksi, edema berkurang, dan terjadi penyembuhan luka. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengatasi masalah gangguan integritas jaringan yang dialami pasien.
3. Tingkat Kecemasan Menurun: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu mengendalikan respons fisiologis terhadap kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi krisis. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengatasi masalah kecemasan yang dialami pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk mengontrol nyeri yang dialami pasien, meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, dan evaluasi efektivitas intervensi nyeri.
2. Perawatan Luka: Intervensi ini bertujuan untuk memulihkan integritas jaringan yang terganggu, meliputi debridemen luka jika diperlukan, perawatan luka sesuai prinsip perawatan luka yang baik, pemantauan tanda-tanda infeksi dan edema, serta kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai.
3. Manajemen Kecemasan: Intervensi ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien, meliputi pengkajian tingkat kecemasan, penciptaan lingkungan yang tenang dan nyaman, pemberian informasi yang jelas tentang kondisi dan rencana perawatan, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, serta libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional. -
Article No. 12578 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktifitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri vas 3 ,nyeri terasa terus menerus (P: faktor penyakit adanya luka akibat KLL, Q: tajam tusukan dan mencengkeram, R: wajah, S: 3, T: terus menerus), tampak bengkak bibir, pasien tampak tegang. Pasien rujukan dari RSUD Rembang pasca KLL 30 menit SMRS (10/2/25, Jam 23.30), Pasien KLL naik motor dengan kecepatan sedang, menabrak truk dari belakang, bagian wajah bawah membentur badan truk. Pasien menggunakan helm, tidak terlepas. Pasien mengeluh nyeri pada rahang atas dan bawah, sulit membuka mulut. Pingsan (-), kejang (-), muntah (-). Pasien dibawa ke IGD RSUD Soetrasno Rembang dilakukan pemeriksaan didapatkan patah tulang rahang bawah kemudian pasien dirujuk ke RS Kariadi untuk tindakan lebih lanjut. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TD 110/80 mmHg, N: 82x/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36 ºC, SPO2 100%. Pasien terpasang O2 3 lpm, NGT, infus RL 2 tpm dan terpasang barton bandage.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan fisik akibat cedera.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain, 1979).
- Domain: Rasa Nyaman
- Kelas: Nyeri
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dalam batas normal setelah dilakukan tindakan keperawatan.
- Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2) Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3) Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1) Manajemen Nyeri
2) Manajemen Aktivitas
3) Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri akut di rahang dan wajah yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat cedera pada saat kecelakaan lalu lintas. Nyeri dirasakan terus-menerus dengan skala 3 pada VAS, ditandai dengan keluhan nyeri saat beraktivitas, serta tampak bengkak dan pasien terlihat tegang. Tujuan keperawatan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dalam batas normal setelah dilakukan tindakan keperawatan seperti manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan terapi relaksasi. -
Article No. 12579 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktifitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri vas 3 ,nyeri terasa terus menerus (P: faktor penyakit adanya luka akibat KLL, Q: tajam tusukan dan mencengkeram, R: wajah, S: 3, T: terus menerus), tampak bengkak bibir, pasien tampak tegang. Pasien rujukan dari RSUD Rembang pasca KLL 30 menit SMRS (10/2/25, Jam 23.30), Pasien KLL naik motor dengan kecepatan sedang, menabrak truk dari belakang, bagian wajah bawah membentur badan truk. Pasien menggunakan helm, tidak terlepas. Pasien mengeluh nyeri pada rahang atas dan bawah, sulit membuka mulut. Pingsan (-), kejang (-), muntah (-). Pasien dibawa ke IGD RSUD Soetrasno Rembang dilakukan pemeriksaan didapatkan patah tulang rahang bawah kemudian pasien dirujuk ke RS Kariadi untuk tindakan lebih lanjut. Pasien kesulitan bicara karena terdapat fraktur. Pasien kesulitan mengunyah sehingga dipasang NGT. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TD 110/80 mmHg, N: 82x/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36 ºC, SPO2 100%. Pasien terpasang O2 3 lpm, NGT, infus RL 2 tpm dan terpasang barton bandage.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
Penyebab: Cedera fisik/pembedahan, seperti patah tulang rahang (terlihat dari riwayat KLL).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktivitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri VAS 3, nyeri terasa terus-menerus. Pasien tampak tegang.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot, atau penurunan lingkup gerak sendi.
Penyebab: Cedera fisik/pembedahan, seperti patah tulang rahang (terlihat dari riwayat KLL).
Tanda dan Gejala: Pasien sulit membuka mulut dan kesulitan bicara karena adanya fraktur.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali faktor yang mempengaruhi nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Pasien melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima
2. Mobilitas
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menggerakkan bagian tubuh yang terbatas secara mandiri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Pasien dapat mempertahankan posisi tubuh yang diinginkan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik yang adekuat
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Peningkatan Mobilitas
- Kaji kemampuan mobilisasi pasien
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan latihan pergerakan yang dapat dilakukan pasien
- Libatkan keluarga dalam perawatan dan latihan mobilisasi pasien
- Monitor perkembangan kemampuan mobilisasi pasien
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Saya telah menyajikannya dengan tone akademis dan persona sebagai perawat yang ahli dalam memberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 12580 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak laki-laki usia 10 tahun ke rumah sakit karena keluhan demam dan nyeri yang menetap pada tungkai kanan. Anak mengeluh nyeri pada tungkai kanannya dan kesulitan untuk bergerak. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, nadi: 85x/menit, nafas: 22 x/menit dan suhu: 38,7°C. Pasien terlihat menahan nyeri dan wajah meringis saat dilakukan pergerakan pada tungkai kanan, terdapat bengkak pada tulang, kemerahan, teraba hangat dan lembek (pus). Ibu mengatakan anak mengalami kecelakaan sepeda motor 2 minggu yang lalu. Pada saat itu terdapat luka dan bengkak pada tungkai kanan. Anak kemudian dibawa ke tukang urut, namun keluhan anak malah semakin bertambah. Ibu juga mengatakan nafsu makan anak juga berkurang sejak sakit dan anak sulit untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. Anak tidak datang lagi ke sekolah sejak kecelakaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Cedera fisik (trauma, infeksi)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kanan, wajah meringis saat pergerakan, tanda-tanda inflamasi (bengkak, kemerahan, hangat)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen, terkontrol, dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
- Penyebab: Nyeri, pembatasan pergerakan akibat cedera
- Gejala dan Tanda: Pasien kesulitan untuk bergerak, tidak dapat menggunakan tungkai kanan secara optimal
3. Defisit Nutrisi (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan akibat nyeri
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nafsu makan berkurang
4. Gangguan Pola Tidur (SDKI)
- Definisi: Perubahan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri
- Gejala dan Tanda: Pasien sulit tidur karena nyeri
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
- Intervensi: Identifikasi penyebab nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik, kompres hangat/dingin, ajarkan teknik manajemen nyeri.
2. Peningkatan Mobilitas
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan pasien dalam pergerakan secara mandiri.
- Intervensi: Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari, berikan alat bantu mobilisasi, latihan rentang gerak, evaluasi kemajuan.
3. Peningkatan Nutrisi
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Intervensi: Kaji status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, berikan makanan/suplemen yang sesuai, monitor asupan dan output.
4. Peningkatan Tidur
- Tujuan: Memfasilitasi tidur yang adekuat.
- Intervensi: Identifikasi penyebab gangguan tidur, ciptakan lingkungan yang tenang, berikan teknik relaksasi, evaluasi kualitas tidur.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas)
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan terapi kompres hangat/dingin pada area yang sakit
- Ajarkan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi, distraksi)
2. Intervensi Peningkatan Mobilitas:
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari (mandi, berpakaian, berpindah)
- Berikan alat bantu mobilisasi (kruk, walker) sesuai kebutuhan
- Lakukan latihan rentang gerak pada tungkai kanan
- Evaluasi kemajuan mobilitas pasien secara berkala
3. Intervensi Peningkatan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien (berat badan, intake makanan)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan
- Berikan makanan/suplemen yang sesuai dengan kebutuhan
- Monitor asupan dan output cairan serta berat badan pasien
4. Intervensi Peningkatan Tidur:
- Identifikasi penyebab gangguan tidur (nyeri, lingkungan)
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi) sebelum tidur
- Evaluasi kualitas dan lama tidur pasien secara berkala
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12581 | 20 Feb 2025
Klinis : resiko prilaku kekerasan b.d halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Halusinasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu menunjukkan potensi untuk melakukan tindakan yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain secara fisik, psikologis, sosial, dan/atau spiritual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk halusinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk kondisi ini adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas halusinasi, serta mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi halusinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan serta faktor penyebabnya, termasuk halusinasi.
2. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi halusinasi.
4. Berikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter.
5. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
6. Pantau dan evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dengan pendekatan komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang disebabkan oleh halusinasi dan mencapai tujuan perawatan yang optimal. -
Article No. 12582 | 20 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake Berlebih
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Faktor yang Berhubungan: Pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak, dan gula.
Gejala dan Tanda: Peningkatan berat badan, glukosa darah yang tidak terkontrol, hipertrigliseridemia.
2. Diagnosa Keperawatan: Aktivitas Intoleransi
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan.
Faktor yang Berhubungan: Kelemahan fisik, perubahan keseimbangan, dan peningkatan kadar glukosa darah.
Gejala dan Tanda: Pusing, mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk berjalan dengan seimbang.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan
Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana pengobatan atau rekomendasi kesehatan yang disepakati bersama.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pemahaman tentang penyakit dan manajemen pengobatan, serta kurangnya dukungan sosial.
Gejala dan Tanda: Tidak rutin memantau kadar glukosa darah, tidak patuh dalam mengonsumsi obat DM, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan standar diagnosis keperawatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan standar luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan pasien.
- Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 12583 | 20 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. Y berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Glukosa Darah
- Definisi: Rentan mengalami perubahan kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Pola makan tidak sehat, aktivitas fisik kurang, stress, obat-obatan.
- Gejala dan tanda: Kelelahan, perubahan konsentrasi, perubahan penglihatan, perubahan sensasi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten mengambil tindakan untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan manajemen penyakit, kurangnya motivasi, hambatan ekonomi.
- Gejala dan tanda: Tidak mengikuti regimen terapeutik yang direkomendasikan, tidak mematuhi pengobatan, tidak memonitor gejala penyakit.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit kronis, penurunan sensasi.
- Gejala dan tanda: Kesulitan dalam berjalan, ketidakseimbangan, penurunan koordinasi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Glukosa Darah
- Kriteria hasil: Kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
2. Perilaku Manajemen Kesehatan
- Kriteria hasil: Pasien mampu menjelaskan penyakitnya, mengikuti regimen terapeutik yang direkomendasikan, memonitor gejala penyakit.
3. Mobilitas
- Kriteria hasil: Pasien mampu berjalan dengan seimbang, meningkatkan kekuatan dan koordinasi gerak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Glukosa Darah
- Monitor kadar glukosa darah secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian pengobatan antidiabetes
- Edukasi tentang manajemen diet dan aktivitas fisik untuk kontrol glukosa darah
2. Peningkatan Manajemen Kesehatan
- Asesmen pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penyakitnya
- Edukasi tentang penyakit DM, pentingnya pengobatan dan pemantauan rutin
- Identifikasi hambatan dan dukung pasien untuk mencapai perilaku manajemen kesehatan yang efektif
3. Peningkatan Mobilitas
- Asesmen fungsi mobilitas dan keseimbangan
- Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan
- Pemberian alat bantu jalan jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya sampaikan. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, silakan tanyakan.