Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12554 | 20 Feb 2025
Klinis : pemantauan tanda tanda vital
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemantauan tanda-tanda vital.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Napas Terkait Perubahan Fisiologis
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pola napas yang tidak stabil atau tidak efektif yang menyebabkan pertukaran gas tidak adekuat.
- Penyebab: Perubahan fisiologis, seperti kelelahan otot pernapasan, gangguan mekanis pada dinding dada, atau gangguan sistem saraf pusat.
- Gejala: Respiratory rate meningkat atau menurun, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan, ortopnea, dan sianosis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mempertahankan pola napas yang efektif.
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, kedalaman napas adekuat, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas; Mengelola oksigenasi; Memberikan posisi yang nyaman; Melakukan latihan pernapasan; Memberikan edukasi tentang pengelolaan napas.
Dalam konteks pemantauan tanda-tanda vital, perawat berperan penting dalam mendeteksi perubahan pola napas yang dapat menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan. Dengan menggunakan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan pola napas yang efektif pada pasien. -
Article No. 12555 | 20 Feb 2025
Klinis : gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan perfusi jaringan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan
Definisi:
Gangguan perfusi jaringan adalah ketidakadekuatan aliran darah dan oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan yang ditandai dengan adanya perubahan warna kulit, suhu, sensasi, pengisian kapiler yang buruk, dan edema.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Perfusi Jaringan adalah:
1. Perfusi jaringan membaik, yang ditandai dengan pemulihan warna kulit, suhu, sensasi, pengisian kapiler, dan edema berkurang.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan, seperti nekrosis atau gangren.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perfusi Jaringan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
2. Peningkatan aliran darah dengan posisi elevasi, massase, dan terapi oksigen.
3. Pemberian obat-obatan vasodilator atau vasokonstriktor sesuai indikasi.
4. Pencegahan dan perawatan terhadap komplikasi seperti nekrosis atau gangren.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda gangguan perfusi jaringan dan pencegahannya.
Secara akademis, pemahaman dan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan hal penting dalam praktik keperawatan berbasis bukti dan berpusat pada pasien. Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penggunaan kerangka kerja ini untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 12556 | 20 Feb 2025
Klinis : risiko kejang berulang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu risiko kejang berulang, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.8
- Deskripsi: Sindrom kejang lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektrografis otak, tak tergambar (EEG), tanpa interpretasi dan pelaporan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R56.8 (Sindrom kejang lainnya) digunakan untuk mengkodekan kondisi risiko kejang berulang, yang tidak termasuk dalam kategori kejang febril (R56.0) atau status epileptikus (G41.-). Kode ini mencakup kondisi-kondisi seperti kejang pascatrauma, kejang yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, atau kejang yang belum diklasifikasikan.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Pemantauan elektrografis otak, tak tergambar (EEG), tanpa interpretasi dan pelaporan) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien dengan risiko kejang berulang. Prosedur ini melibatkan pemantauan aktivitas elektrik otak menggunakan elektroensefalografi (EEG) tanpa interpretasi dan pelaporan hasil oleh dokter.
Dalam konteks penanganan pasien dengan risiko kejang berulang, pemantauan EEG dapat membantu mengidentifikasi pola aktivitas otak yang mungkin terkait dengan episode kejang sebelumnya dan membantu dalam perencanaan penanganan selanjutnya. -
Article No. 12557 | 20 Feb 2025
Klinis : risiko kejang berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
Risiko Kejang Berulang
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang Berulang didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu rentan mengalami kejang berulang akibat ketidakstabilan aktivitas listrik otak".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko kejang berulang adalah mencegah terjadinya kejang, mengelola faktor risiko, dan meningkatkan koping pasien serta keluarga. Luaran yang diharapkan antara lain kontrol kejang, pengetahuan tentang kejang, dan kesiapan dalam menghadapi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala kejang
2. Pemberian obat anti-epilepsi sesuai resep
3. Edukasi tentang penyebab, pencetus, dan penanganan kejang
4. Latihan teknik relaksasi dan kontrol diri untuk mengurangi stres
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan komprehensif
Penerapan standar asuhan keperawatan ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai keadaan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat risiko kejang berulang. -
Article No. 12558 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki an. M usia 2 tahun dibawa ke UGD. Pasien saat itu sedang berada di tempat penitipan anak dan bermain dengan teman sebayanya. Menurut pengasuh penitipan anak, ia meninggalkan anak-anak bermain selama beberapa menit. Saat kembali, ia melihat an. M berubah menjadi biru dengan kepala terbungkus plastik dan anak M terlihat sesak napas. Pada pemeriksaan, kesadaran compos mentis, temperatur 37,7°C, tekanan darah 70/40 mmHg, kecepatan denyut jantung 112x/menit, kecepatan respirasi 35x/menit, SpO2 92%, akral dingin, pucat, menggunakan otot bantu pernafasan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, sekret berlebihan, kelemahan otot pernapasan.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Otot pernapasan tidak efektif, kelelahan otot pernapasan, penurunan surfaktan.
3. Perfusi Jaringan Terganggu
Definisi: Aliran darah yang tidak adekuat ke jaringan perifer.
Penyebab: Hipovolemia, penurunan curah jantung, vasokonstriksi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Bebas dari obstruksi jalan napas
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
2. Pola Napas Efektif
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Irama pernapasan teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
3. Perfusi Jaringan Adekuat
- Akral hangat dan kering
- Nadi perifer teraba
- Tekanan darah dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Buka jalan napas dengan teknik head-tilt chin-lift
- Hisap lendir atau sekret dari jalan napas
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Pantau saturasi oksigen
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan pola pernapasan
- Berikan bantuan ventilasi jika diperlukan
- Pertahankan posisi yang memfasilitasi ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
3. Manajemen Sirkulasi
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan cairan intravena jika diperlukan
- Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
- Lakukan tindakan untuk mencegah hipovolemia
Penjelasan:
Berdasarkan kasus yang diberikan, pasien mengalami obstruksi jalan napas dan penurunan perfusi jaringan yang mengancam kelangsungan hidup. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Pola Napas Tidak Efektif, dan Perfusi Jaringan Terganggu. Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Pola Napas Efektif, dan Perfusi Jaringan Adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Bersihan Jalan Napas, Manajemen Ventilasi, dan Manajemen Sirkulasi untuk mempertahankan fungsi pernapasan dan perfusi yang optimal. -
Article No. 12559 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki an. M usia 2 tahun dibawa ke UGD. Pasien saat itu sedang berada di tempat penitipan anak dan bermain dengan teman sebayanya. Menurut pengasuh penitipan anak, ia meninggalkan anak-anak bermain selama beberapa menit. Saat kembali, ia melihat an. M berubah menjadi biru dengan kepala terbungkus plastik dan anak M terlihat sesak napas. Pada pemeriksaan, kesadaran compos mentis, temperatur 37,7°C, tekanan darah 70/40 mmHg, kecepatan denyut jantung 112x/menit, kecepatan respirasi 35x/menit, SpO2 92%, akral dingin, pucat, menggunakan otot bantu pernafasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan keterkaitan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
3. Risiko Perubahan Suhu Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor Terkait: Obstruksi jalan napas, trauma pada dada, kelelahan otot pernapasan.
- SDKI: Ventilasi spontan terganggu.
- SLKI: Mempertahankan fungsi ventilasi.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Terapi oksigen.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakcukupan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor Terkait: Hipovolemia, penyakit kardiovaskular.
- SDKI: Perfusi perifer terganggu.
- SLKI: Mempertahankan sirkulasi.
- SIKI: Manajemen sirkulasi, Manajemen syok.
3. Risiko Perubahan Suhu Tubuh
- Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh yang tidak dapat diatur.
- Faktor Terkait: Ketidakstabilan sirkulasi, paparan lingkungan.
- SDKI: Perubahan suhu tubuh.
- SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
- SIKI: Manajemen suhu tubuh.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia digunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Diagnosa keperawatan tersebut merupakan dasar untuk menentukan intervensi yang tepat dalam mengatasi permasalahan kesehatan pasien. -
Article No. 12560 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas Dibuktikan dengan: Tekanan darah tidak terkontrol, Peningkatan Frekuensi Napas, Peningkatan Tekanan Darah.
Penjelasan:
Hipertensi merupakan kondisi medis yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskular, termasuk perubahan pada pola napas. Pasien dengan hipertensi seringkali mengalami gangguan dalam ventilasi dan oksigenasi, yang dapat ditandai dengan peningkatan frekuensi napas dan tekanan darah tidak terkontrol. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
- Indikator: Frekuensi Napas dalam Rentang Normal, Irama Napas Teratur, Tidak Ada Penggunaan Otot Bantu Pernapasan.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat memiliki pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas yang teratur, dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Hal ini menunjukkan bahwa ventilasi dan oksigenasi pasien telah tercapai dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Intervensi: Mempertahankan Jalan Napas Bebas, Memfasilitasi Batuk Efektif, Mengajarkan Teknik Pernapasan.
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Intervensi: Memantau Tekanan Darah, Memantau Frekuensi Napas, Memantau Saturasi Oksigen.
3. Manajemen Hipertensi
- Intervensi: Mengkaji Faktor Risiko Hipertensi, Mengajarkan Manajemen Hipertensi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan adalah manajemen jalan napas, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen hipertensi. Manajemen jalan napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas bebas, memfasilitasi batuk efektif, dan mengajarkan teknik pernapasan. Pemantauan tanda-tanda vital bertujuan untuk memantau tekanan darah, frekuensi napas, dan saturasi oksigen. Manajemen hipertensi bertujuan untuk mengkaji faktor risiko hipertensi, mengajarkan manajemen hipertensi, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pola napas efektif, sehingga dapat membantu dalam pengelolaan kondisi hipertensi yang dialami. -
Article No. 12561 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan pasien untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat terjadi penyakit atau kondisi yang tidak diinginkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemahaman tentang penyakit hipertensi, kemampuan dalam mengelola faktor risiko, dan kepatuhan dalam menjalani regimen pengobatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi edukasi tentang hipertensi, pemantauan tanda dan gejala, modifikasi gaya hidup, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola kondisi hipertensi.
Sebagai perawat, saya akan fokus pada upaya membantu pasien untuk memahami kondisi hipertensi, mengidentifikasi faktor risiko, dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola penyakitnya secara efektif. Upaya ini akan melibatkan kolaborasi dengan pasien dan keluarga, serta koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 12562 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas" (SDKI, 2017). Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada pola napas pasien. Pasien dengan hipertensi jangka panjang dapat mengalami perubahan struktur dan fungsi jantung, yang dapat berdampak pada pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif" (SLKI, 2019). Indikator keberhasilan dari luaran ini mencakup: frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, kedalaman napas adekuat, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Dengan tercapainya pola napas yang efektif, diharapkan dapat meningkatkan perfusi jaringan dan mengurangi risiko komplikasi akibat hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif", berikut intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI, 2018):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau dan pertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam batas normal
- Lakukan suction bila terdapat sekret berlebih
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau pola, frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik/pursed-lip breathing
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi ventilasi
3. Edukasi Manajemen Hipertensi
- Edukasi mengenai penggunaan obat antihipertensi secara teratur
- Edukasi gaya hidup sehat, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres
- Monitor tekanan darah secara rutin dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran "Pola Napas Efektif" dan menurunkan risiko komplikasi akibat hipertensi yang diderita. -
Article No. 12563 | 20 Feb 2025
Klinis : Kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, rakun ayes
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, dan rakun ayes, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Cedera kepala berhubungan dengan benturan kepala dengan tembok.
Penjelasan singkat:
a. SDKI: Cedera kepala adalah kerusakan struktur atau fungsi otak yang disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung pada kepala.
b. SLKI: Tujuan dari penatalaksanaan cedera kepala adalah untuk mencegah komplikasi, memaksimalkan fungsi, dan memfasilitasi pemulihan.
c. SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, penilaian neurologis, manajemen nyeri, dan penanganan komplikasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar, saya akan menyampaikan informasi ini dengan bahasa yang lebih formal dan rinci. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang dapat dilakukan.