Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14624 | 22 Mar 2025
Klinis : prolaps uteri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyediakan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi prolaps uteri.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin
- Penjelasan singkat: Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan aliran urin, yang dapat disebabkan oleh prolaps uteri.
2. Gangguan Citra Tubuh
- Penjelasan singkat: Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif individu terhadap tubuhnya, yang dapat terjadi akibat perubahan fisik yang disebabkan oleh prolaps uteri.
3. Rasa Tidak Nyaman
- Penjelasan singkat: Rasa tidak nyaman adalah perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu, yang dapat disebabkan oleh prolaps uteri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Inkontinensia Urin
2. Citra Tubuh Positif
3. Kenyamanan Fisik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
- Intervensi keperawatan untuk membantu mencegah atau mengatasi inkontinensia urin yang disebabkan oleh prolaps uteri.
2. Terapi Perilaku
- Intervensi keperawatan untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fisik akibat prolaps uteri dan mempertahankan citra tubuh yang positif.
3. Manajemen Kenyamanan
- Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai kenyamanan fisik dan psikologis dalam menghadapi kondisi prolaps uteri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 14625 | 22 Mar 2025
Klinis : Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis-Protrusi atau penonjolan jaringan-Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan orgasme-Nyeri punggung bawah, Konstipasi-Kesulitan berjalan-Kesulitan berkemih-Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih-Nausea-Dischargepurulen-Perdarahan, ulserasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, dalam kapasitas saya sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Panggul (Pain)
- Ditandai dengan keluhan nyeri di area panggul, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung bawah.
- Dapat disebabkan oleh protrusi atau penonjolan jaringan di area panggul.
2. Disfungsi Seksual (Sexual Dysfunction)
- Ditandai dengan keluhan dispareunia (nyeri saat berhubungan seksual), penurunan libido, dan kesulitan mencapai orgasme.
- Dapat disebabkan oleh kondisi panggul yang tidak nyaman dan perubahan fungsi organ reproduksi.
3. Gangguan Eliminasi Urin (Urinary Elimination Impaired)
- Ditandai dengan keluhan kesulitan berkemih, peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia.
- Dapat disebabkan oleh protrusi jaringan yang menekan saluran kemih.
4. Konstipasi (Constipation)
- Ditandai dengan keluhan sulit buang air besar.
- Dapat disebabkan oleh gangguan fungsi otot-otot saluran pencernaan akibat protrusi jaringan di panggul.
5. Mobilitas Fisik Terganggu (Impaired Physical Mobility)
- Ditandai dengan keluhan kesulitan berjalan.
- Dapat disebabkan oleh nyeri panggul dan protrusi jaringan yang membatasi pergerakan.
6. Infeksi (Infection)
- Ditandai dengan keluhan discharge purulen dan perdarahan.
- Dapat disebabkan oleh infeksi pada area panggul atau organ reproduksi.
7. Mual (Nausea)
- Ditandai dengan keluhan mual.
- Dapat disebabkan oleh perubahan hormonal atau gangguan fungsi organ panggul.
Penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar-standar ini sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14626 | 22 Mar 2025
Klinis : Do : Perdarahan Konjungtiva anemis genitalia vulva terlihat sedikit membuka dengan terdapat benjolan berwarna kemerahan Ds : Mengeluh lemas Mengeluh nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan akut berhubungan dengan kondisi ginekologis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perdarahan akut adalah keluarnya darah secara tiba-tiba dan tidak terkendali dari pembuluh darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada perdarahan, dan mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitoring tanda-tanda vital
- Menghentikan perdarahan
- Memberikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, memberikan perawatan yang sesuai, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang optimal. -
Article No. 14627 | 22 Mar 2025
Klinis : Data Subjektif (DS): Pasien mengeluh lemas Pasien mengeluh nyeri ✅ Data Objektif (DO): Perdarahan Konjungtiva anemis Anemia berat Genitalia vulva terlihat sedikit membuka dengan terdapat benjolan berwarna kemerahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Terkait: Penurunan asupan nutrisi.
- Gejala dan Tanda: Lemas, anemia, perdarahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mencapai keseimbangan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, peningkatan berat badan, tidak ada keluhan terkait nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan nutrisi, Pemberian nutrisi enteral/parenteral, Edukasi tentang nutrisi.
2. Nyeri akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor Terkait: Adanya penyebab nyeri.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari nyeri atau nyeri terkontrol.
- Kriteria Hasil: Intensitas nyeri menurun, pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, Pemberian analgesik, Terapi nonfarmakologis. -
Article No. 14628 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermia:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu. Penyebab hipertermia dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) atau luar tubuh (eksogen).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia meliputi tercapainya suhu tubuh normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, serta tidak ada komplikasi yang timbul akibat hipertermia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi hipertermia mencakup mengobservasi suhu tubuh, mengatur lingkungan yang nyaman, memberikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, serta memantau tanda-tanda vital secara berkala. Selain itu, dapat dilakukan tindakan spesifik seperti kompres dingin atau pemberian obat penurun demam.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya pemantauan yang ketat dan penanganan yang tepat untuk mengatasi hipertermia, guna mencegah komplikasi yang dapat membahayakan pasien. Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI secara komprehensif akan membantu mencapai luaran yang optimal dalam penanganan kasus hipertermia. -
Article No. 14629 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa risiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi risiko defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Definisi:
Risiko Defisit Nutrisi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan asupan nutrisi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan fungsi tubuh yang tidak optimal.
SDKI:
Faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap risiko defisit nutrisi antara lain:
1. Faktor biologis: penyakit kronis, gangguan pencernaan, disfagia, anoreksia, dan lain-lain.
2. Faktor psikologis: depresi, kecemasan, dan lain-lain.
3. Faktor lingkungan: keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, kemiskinan, dan lain-lain.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari manajemen risiko defisit nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi yang adekuat
2. Berat badan yang sesuai
3. Tidak terjadi komplikasi akibat kekurangan nutrisi
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko defisit nutrisi meliputi:
1. Pengkajian nutrisi secara komprehensif
2. Pemberian edukasi terkait kebutuhan nutrisi yang adekuat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang tepat
4. Pemantauan status nutrisi secara berkala
5. Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
Kesimpulan:
Risiko defisit nutrisi merupakan kondisi yang memerlukan pengelolaan komprehensif untuk mencegah terjadinya komplikasi terkait kekurangan nutrisi. Melalui pengkajian, perencanaan, dan intervensi yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan mencapai luaran yang optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih. -
Article No. 14630 | 22 Mar 2025
Klinis : Intervensi diagnosa risiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan:
Diagnosa Risiko Defisit Nutrisi menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mengindikasikan adanya risiko penurunan asupan nutrisi yang dapat menyebabkan perubahan berat badan, kekurangan zat gizi, atau gangguan fungsi tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah fisik, psikologis, ekonomi, atau sosial.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk diagnosa ini mencakup peningkatan asupan nutrisi, stabilitas berat badan, serta perbaikan fungsi tubuh. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) mencakup intervensi-intervensi seperti:
1. Manajemen nutrisi: Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, memantau asupan dan status gizi, serta memberikan edukasi terkait nutrisi yang sesuai.
2. Manajemen berat badan: Memantau berat badan, mengevaluasi pola makan, dan memberikan intervensi untuk mencapai berat badan yang optimal.
3. Terapi gizi: Memberikan suplemen nutrisi, memodifikasi diet, atau merujuk ke ahli gizi jika diperlukan.
4. Dukungan psikologis: Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor psikologis yang dapat memengaruhi asupan nutrisi.
5. Koordinasi perawatan: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan perawatan nutrisi yang komprehensif.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi risiko defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 14631 | 22 Mar 2025
Klinis : SIKI MANAJEMEN PERFUSI PERIFER
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi SIKI Manajemen Perfusi Perifer.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Perifer
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Perifer adalah ketidakadekuatan suplai darah ke jaringan perifer, yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi dan struktur jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan perfusi perifer adalah pemulihan perfusi perifer yang adekuat, integritas kulit, dan fungsi ekstremitas yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI Manajemen Perfusi Perifer mencakup intervensi-intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memantau, mempertahankan, dan meningkatkan perfusi perifer, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, terapi oksigen, dan perawatan luka jika ada.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi perifer, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi gangguan perfusi perifer pada pasien. -
Article No. 14632 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis dbd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Diagnosis Medis DBD:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kehilangan Cairan
- Penjelasan: Pasien dengan DBD mengalami peningkatan kehilangan cairan melalui demam, muntah, dan diare, sehingga berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan.
2. Nyeri Berhubungan dengan Peradangan dan Sakit Kepala
- Penjelasan: Pasien dengan DBD seringkali mengalami nyeri yang disebabkan oleh peradangan dan sakit kepala akibat demam.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia
- Penjelasan: Pasien dengan DBD memiliki risiko perdarahan yang tinggi akibat penurunan jumlah trombosit.
4. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Perubahan Sistem Imun
- Penjelasan: Pasien dengan DBD memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi karena perubahan sistem imun akibat virus dengue.
5. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelelahan dan Kelemahan
- Penjelasan: Pasien dengan DBD cenderung mengalami kelelahan dan kelemahan, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan diagnosis medis DBD adalah sebagai berikut:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terpelihara
- SIKI: Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, Terapi Cairan
2. Nyeri
- SLKI: Nyeri Terkontrol
- SIKI: Manajemen Nyeri, Relaksasi
3. Risiko Perdarahan
- SLKI: Tidak Ada Perdarahan
- SIKI: Pemantauan Tanda Perdarahan, Perawatan Luka, Manajemen Hemoragik
4. Risiko Infeksi
- SLKI: Tidak Ada Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Demam, Perawatan Luka
5. Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- SIKI: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas Bertahap
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan diagnosis medis DBD. -
Article No. 14633 | 22 Mar 2025
Klinis : Ny. M.Z. adalah seorang janda berusia 89 tahun dengan riwayat disuria selama 4 hari, nyeri suprapubik, inkontinensia, dan tinja encer. Tanda-tanda vital (Vital Sign) terkininya adalah TD 118/60, HR 88, RR 18, Temp 99,4° F (37,4° C). Dipasang kateter urin, yang menghasilkan 100 mL urin keruh yang berbau menyengat, dan beberapa tes laboratorium saat masuk. Hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Tes Laboratorium Panel metabolik lengkap (CMP): BUN 25 mg/dL Sodium 131 mEq/L Kalium 3,2 mEq/L Jumlah sel darah putih 11.000/mm3 Urinalisis Penampilan Keruh Bau Busuk pH 6,9 Protein Negatif Nitrit Positif Kristal Negatif WBC 6 per bidang pandang daya rendah RBC 3 Hasil kultur urin dan sensitivitas masih menunggu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. M.Z:
1. Risiko infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemasangan kateter urin, urin keruh berbau, dan hasil laboratorium positif nitrit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tidak terjadi infeksi saluran kemih yang ditandai dengan:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Hasil urinanalisis normal (penampilan jernih, bau normal, pH 5-8, negatif nitrit, dan leukosit esterase)
- Jumlah sel darah putih dalam batas normal (4.000-10.000/mm³)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Observasi tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri suprapubik, disuria, inkontinensia)
b. Atur posisi tubuh untuk memfasilitasi drainase urin
c. Berikan perawatan kateter urin secara aseptik
d. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai hasil kultur dan sensitivitas
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kateter urin dan pencegahan infeksi saluran kemih
Penjelasan:
Ny. M.Z. mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti disuria, nyeri suprapubik, inkontinensia, dan hasil laboratorium menunjukkan adanya infeksi (positif nitrit, jumlah leukosit tinggi). Tindakan pemasangan kateter urin juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko infeksi saluran kemih" dengan luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi saluran kemih. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mengobservasi tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan kateter, pemberian antibiotik sesuai hasil kultur, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.