Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12653 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun di bawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman-temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen aktivitas, Peningkatan energi, dan Terapi bermain.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Toleransi aktivitas meningkat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
- SDKI: Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif individu terhadap tubuhnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan fungsi sosial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Dukungan psikologis, Terapi bermain, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Citra tubuh positif.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
- SDKI: Ketidakpatuhan adalah perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen regimen terapeutik, Edukasi kesehatan, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Kepatuhan terhadap regimen terapeutik meningkat.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan fokus pada manajemen gejala, peningkatan citra tubuh, serta peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, dengan melibatkan pasien dan keluarga secara aktif. -
Article No. 12654 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD, nanda, sdki, slki, siki berserta kodenya. PEMERIKSAAN PENUNJANG, DAN OBAT-OBATAN YANG SESUAI UNTUK KASUS DIATAS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk kasus pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
- Pemeriksaan rontgen dada
- Tes kulit tuberkulin (Mantoux)
- Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Obat-obatan yang Sesuai:
- Obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti:
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Etambutol
- Dosis dan lama pengobatan disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas serta lesi di paru, diagnosis awal yang ditetapkan adalah tuberkulosis paru. Kode ICD-10 yang sesuai adalah A15.0, yang merupakan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
Untuk pemeriksaan penunjang, diperlukan pemeriksaan sputum untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis, pemeriksaan rontgen dada untuk menilai lesi di paru, tes kulit tuberkulin (Mantoux) untuk mendeteksi infeksi tuberculosis, serta pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk mengevaluasi status kesehatan umum pasien.
Pengobatan yang sesuai adalah obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Dosis dan lama pengobatan harus disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku. -
Article No. 12655 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD, nanda, sdki, slki, siki berserta kodenya. PEMERIKSAAN PENUNJANG, DAN OBAT-OBATAN YANG SESUAI UNTUK KASUS DIATAS.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Kode: 00031)
Karakteristik: Suara napas bronkial, sesak napas, produksi sekret berlebih.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Kode: 00002)
Karakteristik: Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI Kode: 00092)
Karakteristik: Sesak napas saat beraktivitas.
Diagnosa ICD:
A15.0 Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
Diagnosa NANDA:
00031 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
00002 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
00092 Intoleransi Aktivitas
Pemeriksaan Penunjang:
1. Rontgen Thoraks: Adanya lesi di paru
2. Tes Tuberkulin: Untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis
3. Sputum Basil Tahan Asam (BTA): Untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis
Obat-obatan yang Sesuai:
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama:
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin (RMP)
- Pirazinamid (PZA)
- Etambutol (EMB)
2. Kortikosteroid: Untuk mengurangi inflamasi dan edema
3. Bronkodilator: Untuk mengatasi sesak napas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Adekuat (SLKI Kode: 0300)
Kriteria hasil:
- Tidak ada sumbatan jalan napas
- Tidak ada sesak napas
- Produksi sekret berkurang
2. Status Nutrisi Membaik (SLKI Kode: 1004)
Kriteria hasil:
- Berat badan membaik
- Nafsu makan meningkat
3. Toleransi Aktivitas Membaik (SLKI Kode: 0005)
Kriteria hasil:
- Kelelahan berkurang
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor pola napas
- Berikan nebulizer, oksigen jika perlu
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada
2. Ketidakseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi
- Berikan makanan tinggi kalori dan protein
- Pantau asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji toleransi aktivitas
- Berikan latihan fisik bertahap
- Istirahat yang cukup
- Manajemen energi
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Kondisi pasien dengan sesak napas, suara napas bronkial, dan produksi sekret berlebih menunjukkan adanya masalah pada bersihan jalan napas.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan mengindikasikan ketidakseimbangan nutrisi.
- Intoleransi Aktivitas: Sesak napas saat beraktivitas menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
2. Diagnosa ICD, NANDA, SDKI, SLKI, SIKI:
- Diagnosa ICD: A15.0 Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif, sesuai dengan gejala dan hasil pemeriksaan.
- Diagnosa NANDA: Sesuai dengan diagnosa keperawatan SDKI yang telah disebutkan sebelumnya.
- Diagnosa SDKI: Sesuai dengan diagnosa keperawatan SDKI yang telah disebutkan sebelumnya.
- Luaran/Output SLKI: Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan, yaitu bersihan jalan napas adekuat, status nutrisi membaik, dan toleransi aktivitas membaik.
- Intervensi Keperawatan SIKI: Intervensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran/output SLKI, seperti monitor pola napas, berikan nebulizer, ajarkan teknik batuk efektif, kaji status nutrisi, berikan makanan tinggi kalori dan protein, kaji toleransi aktivitas, berikan latihan fisik bertahap.
3. Pemeriksaan Penunjang:
- Rontgen Thoraks: Untuk melihat adanya lesi di paru, yang merupakan salah satu tanda tuberkulosis paru.
- Tes Tuberkulin: Untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis, yang merupakan penyebab utama tuberkulosis.
- Sputum Basil Tahan Asam (BTA): Untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis melalui pemeriksaan mikrobiologis.
4. Obat-obatan yang Sesuai:
- Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama: Terapi utama untuk pengobatan tuberkulosis, meliputi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
- Kortikosteroid: Untuk mengurangi inflamasi dan edema yang dapat menyebabkan sesak napas.
- Bronkodilator: Untuk melebarkan saluran napas dan mengatasi sesak napas.
5. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Adekuat: Tujuan agar tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada sesak napas, dan produksi sekret berkurang.
- Status Nutrisi Membaik: Tujuan agar berat badan membaik dan nafsu makan meningkat.
- Toleransi Aktivitas Membaik: Tujuan agar kelelahan berkurang dan tidak ada sesak napas saat beraktivitas.
6. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Monitoring pola napas, pemberian nebulizer dan oksigen, latihan batuk efektif, dan fisioterapi dada.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Pengkajian status nutrisi, pemberian makanan tinggi kalori dan protein, pemantauan asupan nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
- Intoleransi Aktivitas: Pengkajian toleransi aktivitas, pemberian latihan fisik bertahap, istirahat yang cukup, dan manajemen energi.
Saya harap penjelasan yang rinci dan terperinci ini dapat membantu Anda dalam mem -
Article No. 12656 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan diare kronis dan kurangnya asupan nutrisi.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit.
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Isolasi Sosial berhubungan dengan penolakan diri dan orang lain terkait kondisi penyakit.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Definisi, Faktor Risiko, Gejala dan Tanda
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
2. Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
3. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
4. Isolasi Sosial
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
Penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI ini akan memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan Tn. A. -
Article No. 12657 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/- , ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. A dengan usia 31 tahun yang dirawat dengan keluhan diare kronis dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi serta hasil pemeriksaan penunjang yang mengindikasikan adanya infeksi HIV, maka dapat disusun diagnosa keperawatan dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit berhubungan dengan diare kronis dan malnutrisi.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malnutrisi.
c. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat infeksi HIV.
2. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit:
- Pantau status cairan dan elektrolit
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi
- Pantau asupan dan output cairan
b. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan aktivitas klien
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim terkait untuk rehabilitasi
c. Risiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik pencegahan infeksi pada klien dan keluarga
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Cairan
b. Aktivitas Terapi
c. Manajemen Infeksi
Penjelasan singkat:
- Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit berhubungan dengan diare kronis dan malnutrisi. Klien mengalami gejala dehidrasi seperti mata cekung, konjungtiva anemis, membran mukosa kering, dan ekstremitas dingin dengan CRT >2 detik.
- Diagnosa Keperawatan Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malnutrisi. Klien mengalami penurunan berat badan drastis dengan IMT 17 dan membutuhkan bantuan keluarga serta perawat untuk melakukan aktivitas di tempat tidur.
- Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat infeksi HIV. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi oportunistik seperti kandidiasis oral dan gambaran radiologis yang mengarah pada infeksi paru.
Rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah cairan dan elektrolit, meningkatkan toleransi aktivitas, serta mencegah dan mengelola infeksi pada klien. -
Article No. 12658 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi dugaan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis infeksi dugaan) sesuai dengan keluhan utama klien yaitu diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Pemeriksaan fisik juga menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mata cekung, membran mukosa kering, dan ekstremitas teraba dingin.
2. Kode ICD-9-CM 99.15 (Pemberian cairan intravena) sesuai dengan tindakan medis yang diberikan, yaitu pemasangan IVFD RL 60 cc per menit. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dehidrasi akibat diare kronis yang dialami klien.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, klien juga mengalami:
- Kandidiasis oral, yang dapat dikodekan dengan B37.0 (Candidiasis mulut)
- Penurunan berat badan drastis, yang dapat dikodekan dengan R63.4 (Penurunan berat badan tidak disengaja)
- Hasil pemeriksaan HIV positif, yang dapat dikodekan dengan B20 (Penyakit yang disebabkan oleh virus imunodefisiensi manusia [HIV])
Sehingga secara keseluruhan, diagnosis utama klien adalah diare kronis akibat infeksi (kode ICD-10 A09) dengan hasil pemeriksaan HIV positif (kode ICD-10 B20) dan komplikasi lainnya seperti kandidiasis oral (kode ICD-10 B37.0) serta penurunan berat badan drastis (kode ICD-10 R63.4). Tindakan medis yang diberikan adalah pemberian cairan intravena (kode ICD-9-CM 99.15). -
Article No. 12659 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berkontribusi: Penurunan nafsu makan, mual, diare kronis, malabsorpsi.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Faktor yang berkontribusi: Kelemahan fisik, penurunan berat badan, keadaan umum yang buruk.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen.
Faktor yang berkontribusi: Penurunan sistem imun, malnutrisi, kandidiasis oral.
4. Perubahan Proses Pikir
Definisi: Perubahan dalam proses berpikir yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku.
Faktor yang berkontribusi: Kondisi medis, stigma penyakit, depresi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Perawat menggunakan ketiga standar ini (SDKI, SLKI, SIKI) sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 12660 | 21 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang dialami oleh Ny. W, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
b. Ketidakefektifan Pola Napas
c. Intoleransi Aktivitas
d. Risiko Infeksi
e. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
f. Gangguan Citra Tubuh
g. Kelelahan
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses penyakit Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang menyebabkan nyeri sendi, sakit kepala, dan sariawan pada mulut.
- Karakteristik: Nyeri kepala, nyeri sendi, dan nyeri saat menelan.
b. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Penyebab: Adanya proses infeksi paru (pneumonia) akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Batuk produktif dengan dahak kental.
c. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan umum, nyeri sendi, dan penurunan berat badan akibat Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan terhadap patogen.
- Penyebab: Penurunan sistem imun akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Adanya pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunan sel darah putih.
e. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan, sariawan pada mulut, dan penurunan berat badan akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Penurunan berat badan yang signifikan.
f. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan fisik seseorang.
- Penyebab: Adanya bercak-bercak kemerahan, rambut rontok, dan perubahan fisik lainnya akibat Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Perubahan fisik yang terlihat pada pasien.
g. Kelelahan
- Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan yang melemahkan dan tidak berkurang walaupun istirahat.
- Penyebab: Proses penyakit Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang menyebabkan kelemahan umum.
- Karakteristik: Pasien mengeluhkan lemas di seluruh tubuh. -
Article No. 12661 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan berat badan.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Lupus).
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
4. Gangguan menelan berhubungan dengan sariawan pada mulut.
- SDKI: Gangguan Menelan
- SLKI: Peningkatan Kemampuan Menelan
- SIKI: Manajemen Gangguan Menelan
5. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan bercak-bercak kemerahan dan rambut rontok.
- SDKI: Perubahan Citra Tubuh
- SLKI: Penerimaan Citra Tubuh
- SIKI: Manajemen Perubahan Citra Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan berat badan:
- Pasien mengalami keluhan lemas seluruh tubuh, sehingga aktivitas sehari-hari terganggu.
- Terjadi penurunan berat badan yang signifikan, yang dapat menyebabkan kelemahan fisik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Lupus):
- Pasien mengalami nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus dan memberat saat beraktivitas.
- Nyeri sendi pada bahu dan siku yang mengganggu pergerakan pasien.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun:
- Pasien mengalami penurunan jumlah leukosit dan limfosit, serta ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
- Hal ini menunjukkan adanya penurunan sistem imun yang meningkatkan risiko infeksi.
4. Gangguan menelan berhubungan dengan sariawan pada mulut:
- Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri saat menelan, sehingga kesulitan untuk makan.
- Hal ini dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi dan cairan.
5. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan bercak-bercak kemerahan dan rambut rontok:
- Pasien mengalami bercak-bercak kemerahan pada beberapa bagian tubuh dan rambut rontok.
- Hal ini dapat menyebabkan perubahan penampilan fisik yang dapat mempengaruhi citra tubuh pasien. -
Article No. 12662 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tn. A adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, diare kronis, dan infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Berat badan tidak sesuai dengan usia
- SIKI: Nutrisi terganggu
Tanda dan gejala: Penurunan berat badan drastis, IMT 17, tidak nafsu makan, sering menolak makan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare kronis dan infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kekurangan volume cairan
- SLKI: Hipovolemia
- SIKI: Cairan dan elektrolit terganggu
Tanda dan gejala: Mata cekung, konjungtiva anemis, membran mukosa bibir kering, ekstremitas teraba dingin, CRT >2 detik.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan depresi terkait kondisi penyakit.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Perubahan proses pikir
- SLKI: Distres emosional
- SIKI: Gangguan proses pikir
Tanda dan gejala: Banyak diam, tidak mau berkomunikasi, dan menghindari pertanyaan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Kerentanan terhadap infeksi
- SIKI: Risiko infeksi
Tanda dan gejala: Kandidiasis oral, ronki di paru, dan gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan.
Standar diagnosis keperawatan yang digunakan adalah SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).