Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14599 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- Faktor Berhubungan: Riwayat hipertensi, sepsis.
- Karakteristik Definisi: Adanya riwayat hipertensi dan kondisi sepsis pada pasien.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor Berhubungan: Sepsis, ROSC.
- Karakteristik Definisi: Adanya kondisi sepsis dan ROSC pada pasien.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor Berhubungan: Sepsis, ROSC.
- Karakteristik Definisi: Kondisi sepsis dan ROSC pada pasien dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Pasien menunjukkan peningkatan perfusi serebral yang adekuat.
- Pasien menunjukkan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) yang stabil.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pasien menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- Pasien menunjukkan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) yang stabil.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Lakukan pemantauan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (antihipertensi, vasopressor, dll) sesuai indikasi.
- Lakukan manajemen cairan dan elektrolit untuk mempertahankan volume dan keseimbangan cairan yang adekuat.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Lakukan pemantauan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (vasopressor, inotropik, dll) sesuai indikasi.
- Lakukan manajemen cairan dan elektrolit untuk mempertahankan volume dan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Lakukan perawatan kulit dan ekstremitas untuk mencegah kerusakan jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan penilaian toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan terapis (fisioterapis, okupasi terapis) untuk program rehabilitasi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya aktivitas dan progresivitas latihan.
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas (seperti perubahan TTV, kelelahan, dll) dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pada kasus ini, pasien mengalami ROSC (Return of Spontaneous Circulation) sebelum masuk ke ICU, memiliki riwayat hipertensi, dan mengalami sepsis. Kondisi ini berpotensi menyebabkan risiko perfusi serebral terganggu, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian terapi farmakologis, perawatan kulit dan ekstremitas, serta program rehabilitasi. Luaran yang diharapkan adalah adanya peningkatan perfusi serebral dan jaringan perifer yang adekuat, serta peningkatan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 14600 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu berhubungan dengan sepsis.
Pasien dengan riwayat ROSC sebelum masuk ICU, hipertensi, dan sepsis memiliki risiko untuk mengalami gangguan perfusi jaringan. Sepsis dapat menyebabkan vasokonstriksi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan disfungsi endotel yang dapat mengganggu aliran darah ke jaringan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan sepsis.
Sepsis dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, seperti penurunan compliance paru, peningkatan kerja napas, dan hiperventilasi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan pola napas pada pasien.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan manajemen cairan yang tidak adekuat.
Pasien menunjukkan balance cairan negatif 24 jam, yang dapat mengindikasikan kelebihan volume cairan. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular
Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, dengan tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, frekuensi nadi, MAP, tekanan nadi, CRT) dan tidak ada tanda-tanda hipoperfusi.
2. Pola Napas
Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas, irama, dan kedalaman yang normal, serta tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
3. Keseimbangan Cairan
Pasien akan mencapai keseimbangan cairan yang adekuat, dengan intake dan output cairan yang seimbang dan tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Perfusi Jaringan Terganggu:
a. Pantau tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, frekuensi nadi, MAP, tekanan nadi, CRT).
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapeutik cairan, vasoaktif, dan terapi oksigen.
c. Pertahankan posisi tubuh yang optimal untuk meningkatkan perfusi.
d. Pantau dan dokumentasikan intake dan output cairan.
e. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
2. Intervensi untuk Ketidakefektifan Pola Napas:
a. Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator dan terapi oksigen.
c. Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi.
d. Latih dan bantu pasien dalam melakukan teknik pernapasan yang efektif.
e. Pantau dan dokumentasikan status pernapasan pasien.
3. Intervensi untuk Kelebihan Volume Cairan:
a. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapeutik cairan.
c. Pertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen cairan.
e. Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien. Jangan ragu untuk menanyakan jika ada hal yang belum jelas. -
Article No. 14601 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2. hasil foto toraks menunjukkan adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian yang lengkap dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis, ditandai dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, serta adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni pada foto toraks.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan sepsis, ditandai dengan penurunan tekanan darah, oliguria, dan peningkatan laktat.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan bronchopneumoni, ditandai dengan adanya ronki pada auskultasi paru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal selama aktivitas.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk beraktivitas.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, pernapasan) berada dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan perfusi perifer yang adekuat (CRT < 2 detik).
- Nilai laktat darah menurun ke batas normal.
- Pasien menunjukkan status mental yang membaik.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Frekuensi pernapasan pasien berada dalam batas normal.
- Suara napas pasien bersih, tidak ada ronki.
- Saturasi oksigen pasien dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Berikan istirahat yang cukup sebelum dan setelah aktivitas.
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam melakukan aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Monitor tanda-tanda vital, intake output, dan kadar laktat.
- Berikan cairan intravena sesuai perhitungan kebutuhan.
- Berikan terapi vasopressor sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan dukungan respirasi.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor pola napas dan bunyi napas.
- Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Berikan nebulizer untuk membantu melembabkan jalan napas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi pernapasan.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14602 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2. hasil foto toraks menunjukkan adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium.
Faktor yang berhubungan: Hipertensi, sepsis.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Faktor yang berhubungan: Sepsis, cardiomegaly, bronchopneumoni.
3. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Faktor yang berhubungan: Balance cairan -665.2 ml.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Tanda-tanda vital stabil (TD 120-130/70-80 mmHg, Nadi 80-100 x/menit, MAP 85-95 mmHg, tekanan nadi 40-60 mmHg)
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (CRT ekstremitas < 2 detik)
- Tidak ada keluhan nyeri dada
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada keluhan sesak napas atau kelelahan saat aktivitas
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Balance cairan harian mendekati 0 ml
- Edema minimal
- Tanda-tanda sirkulasi perifer baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah
- Latih teknik relaksasi
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan catat respon
- Berikan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Ajarkan penggunaan alat bantu aktivitas jika diperlukan
3. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan secara akurat
- Hindari kelebihan pemberian cairan
- Berikan diuretik sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan cairan
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 14603 | 22 Mar 2025
Klinis : Dm tipe 1 endokrin 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Diabetes Melitus Tipe 1 endokrin 5.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, badan kurus, lemah, mual, dan anoreksia.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas, dan nyeri saat beraktivitas.
3. Risiko Hiperglikemia
- Definisi: Keadaan di mana terdapat risiko peningkatan kadar glukosa darah di atas normal.
- Tanda dan Gejala: Poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Intoleransi Aktivitas
- Risiko Hiperglikemia
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Nutrisi
- Toleransi Aktivitas
- Kadar Glukosa Darah Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Diabetes Melitus
Penjelasan Singkat:
Diabetes Melitus Tipe 1 adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara cukup, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Diagnosa keperawatan yang sesuai meliputi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Hiperglikemia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nutrisi, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Diabetes Melitus untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu Keseimbangan Nutrisi, Toleransi Aktivitas, dan Kadar Glukosa Darah Terkendali. -
Article No. 14604 | 22 Mar 2025
Klinis : penyebab Dm tipe 1 endokrin 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penyebab DM tipe 1 endokrin 5:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan gangguan metabolisme glukosa.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan asupan nutrisi yang cukup, serta kadar glukosa darah yang terkendali.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan, memantau asupan nutrisi, dan mengontrol kadar glukosa darah.
Persona: Sebagai perawat, saya memahami bahwa DM tipe 1 endokrin 5 dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Saya akan bekerja sama dengan pasien untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup dan kadar glukosa darah yang terkendali melalui intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 14605 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kami dapat menetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada organ dalam (Appendicitis)
2. Mual dan muntah berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri abdomen
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada organ dalam (Appendicitis):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan potensial atau aktual pada area perut bagian kanan bawah.
- Faktor yang berhubungan: Proses patologis pada organ dalam (Appendicitis)
- Karakteristik: Keluhan nyeri pada perut kanan bawah, nyeri seperti kolik di perut kanan atas, mual, muntah, nyeri saat bergerak.
2. Mual dan muntah berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal:
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di epigastrium yang disertai keinginan untuk memuntahkan isi lambung.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan fungsi gastrointestinal
- Karakteristik: Mual dan muntah, perut terasa begah setelah makan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri abdomen:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat kurangnya energi.
- Faktor yang berhubungan: Nyeri abdomen
- Karakteristik: Ekspresi wajah meringis kesakitan saat bergerak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Nyeri
2. Pengendalian Mual dan Muntah
3. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Mual dan Muntah
3. Manajemen Aktivitas
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 14606 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak 1 minggu lalu dan semakin terasa nyeri seperti kolik bilier di perut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat).
2. Mual dan muntah
- SDKI: Mual
- Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Karakteristik: Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 3 kali selama hari ini.
3. Gangguan eliminasi
- SDKI: Konstipasi
- Definisi: Penurunan frekuensi, inkonsistensi, atau kesulitan dalam eliminasi feses.
- Karakteristik: Pasien memiliki kebiasaan sering mengalami konstipasi.
4. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
- Karakteristik: Pasien mengeluh perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak.
5. Perubahan perfusi perifer
- SDKI: Perubahan perfusi perifer
- Definisi: Perubahan aliran darah yang tidak efektif ke perifer.
- Karakteristik: Pasien tampak sedikit ikterik pada sklera.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 14607 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut
- Penyebab: Agen cedera biologis (infeksi/inflamasi)
- Gejala dan tanda Mayor: Perubahan ekspresi wajah, gaya berjalan yang protektif, menghindari aktivitas, skala nyeri tinggi
2. Risiko konstipasi (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami hambatan pembuangan feses yang berlangsung lebih dari 3 hari
- Faktor risiko: Pola makan yang tidak adekuat, kurang aktivitas
3. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan baik fisik maupun psikologis
- Penyebab: Nyeri, gejala penyakit
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen Nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri (farmakologi dan non-farmakologi)
- Mengevaluasi efektivitas intervensi
2. Manajemen Konstipasi
- Mengkaji pola eliminasi pasien
- Memberikan intervensi untuk meningkatkan motilitas usus (diet tinggi serat, cairan, aktivitas)
- Memantau pola defekasi
3. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Mengkaji kemampuan fungsional pasien
- Merencanakan aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
- Memantau respons pasien terhadap aktivitas
Penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 14608 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah dialami sejak 1 minggu yang lalu dan 2 hari terakhir terasa nyeri juga seperti kolik bilier diperut kanan atas dengan skala nyeri 7 (nyeri berat). Pasien mengatakan merasa mual dan muntah 3 kali selama hari ini, perut terasa begah setelah makan gorengan dan sakit semakin terasa jika bergerak. Tampak ekspresi wajah pasien meringis kesakitan saat bergerak, urin pasien tampak gelap, feses pucat dan kulit sekali-kali terasa gatal. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, P: 24 x/m, S: 38,8°C, N: 98x/m, BB: 90 kg dan TB: 155 cm. Hasil pemeriksaan Fisik didapatkan Nyeri tekan di titik McBurney (+), rebound tenderness (+), rovsing's sign (+), psoas sign (+), Murphy's sign (+) dan sclera tampak sedikit ikterik. Hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Leukosit: 16.000/mm³, LDL: 320 mg/dL. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan berlemak dan sering mengalami konstipasi. Dokter menginstrusikan untuk segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Ners melakukan pengkajian berdasarkan pola Gordon, menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi kandung empedu ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan kanan atas, mual, muntah, dan gerakan tubuh yang terbatas.
2. Intoleransi makan berhubungan dengan disfungsi saluran cerna akibat penyakit kandung empedu, ditandai dengan keluhan mual, muntah, dan perut begah setelah makan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan paparan patogen sekunder akibat kerusakan jaringan, ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit.
4. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi saluran empedu, ditandai dengan urin gelap dan feses pucat.
5. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peningkatan kadar LDL, ditandai dengan kulit gatal.
Luaran/Output SLKI:
1. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 dalam waktu 2 hari.
2. Peningkatan Intake Nutrisi: Pasien dapat mengonsumsi makanan secara bertahap tanpa disertai mual atau muntah.
3. Bebas Infeksi: Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan jumlah leukosit menjadi normal dalam waktu 3 hari.
4. Keseimbangan Cairan: Warna urin kembali normal dan feses tidak pucat lagi dalam waktu 2 hari.
5. Perfusi Jaringan: Kulit pasien tidak lagi terasa gatal dalam waktu 1 minggu.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan modifikasi terapi nyeri.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji pola makan dan makanan yang ditoleransi pasien.
b. Berikan makanan rendah lemak dan mudah dicerna.
c. Atur jadwal pemberian makan dan monitoring tanda-tanda intoleransi makan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
3. Manajemen Infeksi:
a. Kaji tanda dan gejala infeksi secara berkala.
b. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Berikan antibiotik sesuai instruksi dokter.
d. Ajarkan pasien dan keluarga terkait pencegahan infeksi.
4. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
a. Kaji input dan output cairan pasien.
b. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
c. Pantau warna urin dan feses pasien.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi terapi cairan dan elektrolit.
5. Manajemen Perfusi Jaringan:
a. Kaji tanda-tanda perubahan perfusi jaringan.
b. Berikan terapi farmakologis sesuai instruksi dokter.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang gaya hidup yang mendukung perfusi jaringan.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan modifikasi terapi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin sudah disajikan. Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan bertanya.