Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21308 | 01 Sep 2025
Klinis : gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0 \par
\par
\b Kondisi: Gatal-gatal (Pruritus)\b0 \par
\par
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan yang relevan untuk kondisi gatal-gatal beserta penjelasan singkat terkait SDKI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0 \par
\b Kode: D.0016\b0 - \i Gangguan Kenyamanan: Gatal\i0 \par
\b Definisi:\b0 Kondisi di mana individu mengalami sensasi tidak nyaman pada kulit atau membran mukosa yang memicu keinginan untuk menggaruk, menggosok, atau menggaruk area tersebut.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode: L.14016\b0 - \i Kenyamanan Terpenuhi\i0 \par
\b Definisi:\b0 Tingkat kepuasan terhadap keadaan fisik dan psikologis yang ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya keluhan tidak nyaman (seperti gatal, nyeri, atau iritasi).\par
\b Kriteria Luaran:\b0 \par
- Gatal berkurang atau hilang.\par
- Tidak ada lesi kulit akibat garukan.\par
- Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.\par
- Klien mampu mengidentifikasi faktor pemicu dan cara mengatasinya.\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode: I.11031\b0 - \i Manajemen Gatal\i0 \par
\b Definisi:\b0 Pemberian intervensi untuk mencegah atau mengurangi sensasi gatal dan iritasi pada kulit atau membran mukosa.\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0 \par
- Identifikasi faktor penyebab atau pemicu gatal (misalnya alergen, iritan, atau kondisi medis tertentu).\par
- Anjurkan klien untuk menghindari menggaruk area gatal.\par
- Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi untuk mengurangi keinginan menggaruk.\par
- Berikan kompres dingin atau hangat pada area gatal sesuai indikasi.\par
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian farmakoterapi (seperti antihistamin atau kortikosteroid topikal) jika diperlukan.\par
- Edukasi klien mengenai perawatan kulit dan penghindaran faktor risiko.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosis dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan assessment menyeluruh terhadap kondisi klien, termasuk etiologi gatal, faktor lingkungan, dan status kesehatan secara keseluruhan. Dokumentasi yang akurat dan evaluasi luaran secara berkala sangat penting untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan.\par
\par
\i Sumber: Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini - PPNI.\i0 \par
} -
Article No. 21309 | 01 Sep 2025
Klinis : gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gatal-gatal berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (kode: 00318)
Definisi: Sensasi tidak nyaman kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intensitas Gatal (kode: 30009)
Definisi: Derajat sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Gatal (kode: 30301)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengelola sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Pruritus (kode: 6440)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
Penjelasan singkat:
Pruritus atau gatal-gatal merupakan diagnosis keperawatan yang mengacu pada sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Dalam SDKI, Intensitas Gatal mengukur derajat sensasi tidak nyaman tersebut. Dalam SLKI, Kontrol Gatal mengukur kemampuan individu untuk mengelola sensasi gatal. Sedangkan dalam SIKI, Manajemen Pruritus adalah tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi sensasi gatal.
Dengan pemahaman tentang diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang terstruktur dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 21310 | 01 Sep 2025
Klinis : Pasien mengeluh ekstremitas kiri melemah, bicara pasien pelo, TD 160/90, HR 100x/menit, hasil CT scan terdapat infak di serebral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Disfungsi Neuromuskular Sekunder Akibat Stroke". Kondisi pasien yang menunjukkan adanya kelemahan ekstremitas kiri, gangguan bicara, serta hasil CT scan yang menunjukkan infark di serebral, mengarah pada diagnosis ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi ekstremitas kiri.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
3. Pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Mengidentifikasi dan menilai kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, menetapkan rencana aktivitas, membantu pasien melakukan aktivitas dengan aman dan efektif, serta memantau respons pasien terhadap aktivitas.
2. Terapi Latihan: Melakukan latihan rentang gerak sendi, latihan penggunaan alat bantu jika diperlukan, serta latihan peningkatan kekuatan dan koordinasi otot ekstremitas kiri.
3. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi pasien, memberikan konseling nutrisi, serta kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan.
4. Manajemen Integritas Kulit: Melakukan perawatan kulit, mencegah luka tekan, serta memantau tanda-tanda infeksi.
5. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit stroke, manajemen gejala, serta strategi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
6. Manajemen Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala dan melakukan intervensi untuk mempertahankan nilai tanda vital dalam batas normal.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Disfungsi Neuromuskular Sekunder Akibat Stroke" dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala khas stroke, yaitu kelemahan ekstremitas kiri, gangguan bicara, serta hasil pemeriksaan CT scan yang menunjukkan infark di serebral. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan mobilitas fisik pada pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup peningkatan atau pemeliharaan rentang gerak sendi, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, komunikasi yang efektif, serta stabilitas tanda-tanda vital. Tujuan ini dipilih untuk mengatasi masalah mobilitas fisik, komunikasi, dan tanda vital yang terganggu akibat stroke.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, terapi latihan, manajemen nutrisi, manajemen integritas kulit, edukasi pasien, dan manajemen tanda vital. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik, mencegah komplikasi, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menjaga stabilitas tanda-tanda vital.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk membantu pasien stroke dalam pemulihan dan pencapaian kemandirian secara optimal. -
Article No. 21311 | 01 Sep 2025
Klinis : Pasien mengeluh ekstremitas kiri melemah, bicara pasien pelo, TD 160/90, HR 100x/menit, hasil CT scan terdapat infak di serebral, kekuatan otot tangan kiri 3, kaki kiri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, yaitu keluhan ekstremitas kiri melemah, bicara pelo, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 100 kali per menit, serta hasil CT scan menunjukkan infark di serebral dengan kekuatan otot tangan kiri 3 dan kaki kiri 3, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan saraf perifer, ditandai dengan kelemahan ekstremitas kiri.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan saraf pusat, ditandai dengan bicara pelo.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak, ditandai dengan peningkatan tanda-tanda vital (TD 160/90 mmHg, HR 100x/menit).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Terentegrasi: Pasien dapat melakukan pergerakan anggota gerak secara mandiri.
2. Komunikasi: Pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa menunjukkan tanda-tanda intoleransi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
a. Latihan Rentang Gerak Aktif: Membantu pasien untuk melakukan latihan pergerakan anggota gerak secara aktif.
b. Terapi Latihan: Memberikan latihan fisik yang terstruktur untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan.
c. Terapi Okupasi: Membantu pasien untuk berlatih melakukan aktivitas fungsional sehari-hari.
2. Intervensi untuk Gangguan Komunikasi:
a. Terapi Wicara: Melibatkan pasien dalam latihan artikulasi, pengucapan, dan pemahaman bahasa.
b. Komunikasi Alternatif dan Augmentatif: Menggunakan alat bantu komunikasi seperti papan komunikasi, perangkat elektronik, atau bahasa tubuh.
c. Konseling Komunikasi: Memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
3. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
a. Manajemen Aktivitas: Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien, serta memantau tanda-tanda vital.
b. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan suplai oksigen ke otak.
c. Pengelolaan Hemodinamik: Memantau dan mengatur parameter hemodinamik, seperti tekanan darah dan denyut nadi.
Demikian penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 21312 | 01 Sep 2025
Klinis : Tn. P usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan luka bakar seluruh tubuh. Kejadian berawal ketika ada ledakan kompor minyak tanah saat memasak, Tn.P mencoba menyiram dengan air tetapi api dengan cepat membesar dan menyambar Tn.P. klien mengeluh nyeri pada area luka bakar dan merasa agak sesak. Hasil pemeriksaan ditemukan luka bakar grade II-III di regio thorak abdomen 28%, kemerahan dan nyeri tekan. Di region ekstremitas atas terdapat luka bakar grade II dengan luas 14% dan nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah terdapat luka bakar grade II dengan luas 22%, kemerahan dan terasa nyeri. TD: 130/85 mmHg, N: 87x/ menit, RR: 26x/ menit, Suhu: 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 gr/dl, Ht: 21, Leukosit: 10.800 mg/dl, Trombosit: 280.000 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. P:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar pada area tubuh.
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik mayor: Ekspresi wajah mengernyit, keluhan nyeri, mengeluh kesakitan.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat luka bakar.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau mencapai tingkat fungsi yang diinginkan.
- Karakteristik mayor: Kelelahan yang berlebihan setelah aktivitas, sesak napas saat beraktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Kerusakan jaringan, malnutrisi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit akibat luka bakar.
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi oleh patogen.
- Karakteristik mayor: Luka terbuka, kulit yang terpapar, penurunan sistem imun.
- Faktor yang berhubungan: Kerusakan integritas kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut: Klien melaporkan nyeri berkurang dari skala 8 menjadi skala 4 dalam 3 hari.
2. Intoleransi aktivitas: Klien mampu melakukan aktivitas mandiri dalam perawatan diri (makan, mandi, berpakaian) selama 30 menit tanpa kelelahan yang berlebihan dalam 5 hari.
3. Resiko infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka bakar (eritema, edema, eksudat) selama 7 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Nyeri akut:
- Manajemen nyeri: Mengkaji karakteristik, intensitas, dan durasi nyeri secara berkala.
- Pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Terapi dingin (kompres es) pada area luka bakar untuk mengurangi nyeri.
- Mengajarkan teknik relaksasi kepada klien.
2. Intoleransi aktivitas:
- Manajemen energi: Mengatur dan merencanakan aktivitas sesuai toleransi klien.
- Perawatan diri: Membantu klien dalam perawatan diri (makan, mandi, berpakaian) sesuai kemampuan.
- Mobilisasi dini: Memfasilitasi klien untuk melakukan mobilisasi bertahap sesuai kemampuan.
- Edukasi: Mengajarkan klien tentang manajemen energi dan aktivitas yang dapat ditoleransi.
3. Resiko infeksi:
- Perawatan luka: Membersihkan dan merawat luka bakar sesuai standar aseptik.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi: Mengkaji tanda-tanda infeksi (eritema, edema, eksudat) secara berkala.
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi: Mengajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk menangani kondisi Tn. P yang mengalami luka bakar. Saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 21313 | 01 Sep 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 55 datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala bagian belakang sejak 1 Minggu kadang mual mudah lelah dan berdebar riwayat hipertensi keluarga ada diet tinggi garam pemak aktifitas fisik kurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi (00015)
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
3. Perubahan Tanda-Tanda Vital (00039)
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi (00015)
- Kode SDKI: H-001
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik di atas nilai normal.
- Kode SLKI: KES-12
- Definisi: Intervensi untuk mengontrol tekanan darah pasien.
- Kode SIKI: KES-12.01
- Definisi: Tindakan untuk memantau dan mengontrol tekanan darah pasien.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kode SDKI: I-006
- Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kode SLKI: NUT-08
- Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien.
- Kode SIKI: NUT-08.01
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien.
3. Perubahan Tanda-Tanda Vital (00039)
- Kode SDKI: P-006
- Definisi: Perubahan dalam satu atau lebih tanda-tanda vital di luar rentang normal.
- Kode SLKI: KES-03
- Definisi: Intervensi untuk memantau dan mengendalikan perubahan tanda-tanda vital.
- Kode SIKI: KES-03.01
- Definisi: Tindakan untuk memantau dan mengendalikan perubahan tanda-tanda vital.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan, kode, dan definisi ini berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21314 | 01 Sep 2025
Klinis : Diare akibat Jajanan Tidak Sehat Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirujuk ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut (NAND-00013)
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dalam jumlah yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari) dengan atau tanpa darah/lendir.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
NAND-00013 Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dalam jumlah yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari) dengan atau tanpa darah/lendir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
NOUL-00025 Kontrol Diare
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan frekuensi dan konsistensi pengeluaran feses.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
NICI-00069 Manajemen Diare
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi frekuensi dan volume diare, mengatasi dehidrasi, dan mencegah komplikasi.
Dalam konteks kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Diare Akut (NAND-00013). Hal ini berdasarkan gejala yang dialami oleh siswa, yaitu pengeluaran feses cair atau lembek dalam jumlah yang meningkat (lebih dari 5 kali per hari) tanpa disertai darah atau lendir. Diare ini diduga disebabkan oleh konsumsi makanan tidak sehat di kantin sekolah. -
Article No. 21315 | 01 Sep 2025
Klinis : Diare akibat Jajanan Tidak Sehat Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirujuk ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi diare akibat jajanan tidak sehat yang dialami oleh 5 siswa kelas 2 SD.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Akut (00299)
Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Kode: 00299
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode: LS 01101
- Judul: Pemulihan Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengembalikan keseimbangan cairan yang optimal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode: SI 01101
- Judul: Manajemen Diare
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengatasi diare, yaitu pengeluaran feses cair atau encer secara tiba-tiba dan terus-menerus.
Berdasarkan kasus yang disampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Diare Akut (00299) karena terdapat lima siswa kelas 2 SD yang mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Diare (SI 01101) untuk memulihkan keseimbangan cairan dan mengatasi diare. -
Article No. 21316 | 01 Sep 2025
Klinis : Diare akibat Jajanan Tidak Sehat Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirujuk ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait dengan kondisi diare akibat jajanan tidak sehat:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diasumsikan bawaan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Observasi gastrointestinal
Penjelasan:
Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diasumsikan bawaan) sesuai dengan kondisi diare yang dialami oleh lima siswa kelas 2 SD setelah mengonsumsi makanan dari kantin sekolah yang kurang higienis. Berdasarkan informasi, ada beberapa faktor yang mendukung diagnosis ini, yaitu:
1. Riwayat konsumsi makanan dari kantin sekolah yang kurang higienis, seperti tidak adanya fasilitas cuci tangan yang memadai dan makanan disajikan terbuka tanpa penutup.
2. Gejala diare yang dialami oleh beberapa siswa, dengan seorang anak perempuan usia 8 tahun mengalami diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam.
3. Laporan guru bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan, yang meningkatkan risiko kontaminasi dan infeksi.
Terkait dengan kode ICD-9-CM, kode 45.23 (Observasi gastrointestinal) dapat digunakan untuk mencatat prosedur observasi yang dilakukan di puskesmas terhadap anak perempuan usia 8 tahun yang dirujuk karena diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Observasi ini dilakukan untuk memantau kondisi pasien dan memastikan diagnosis serta perawatan yang tepat. -
Article No. 21317 | 01 Sep 2025
Klinis : Diare akibat Jajanan Tidak Sehat Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirujuk ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
D.0104 Diare Akut
Penjelasan Singkat:
Diare akut yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, atau parasit. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan frekuensi dan volume defekasi dengan konsistensi lembek atau cair.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0104 Diare Akut
Definisi: Pengeluaran tinja cair atau lembek yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam, yang disebabkan oleh infeksi atau iritasi usus.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0901 Pemulihan Diare
Definisi: Pemulihan dari diare dengan indikator: 1) Frekuensi defekasi menurun menjadi normal, 2) Konsistensi tinja kembali normal, 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0902 Manajemen Diare
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebab diare serta mencegah komplikasi.