Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14594 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien post incisi drain pada mandibula, ROSC dengan RJP 2 siklus dan epinefrin 2 ampule, sepsis, post trakeostomi CITO, hasil hitung balance cairan harian diketahui bahwa balance cairan pasien negatif, teraba benjolan pada leher bagian kiri, Pasien terpasang ventilator mode CPAP dengan FiO2 60%, PEEP 5, Timax 1.5, Psupp 7, VT 483 ml; frekuensi napas 22 x/menit; saturasi oksigen 99%; tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung; terlihat adanya retraksi dinding dada; irama napas teratur; dan tidak tampak adanya sianosis Nadi radialis teraba kuat dan dangkal, irama nadi teratur, frekuensi nadi 106 x/menit, tekanan darah 148/83 mmHg, CRT < 2 detik pada ekstremitas atas dan 2 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dengan cepat, kulit lembap, terlihat adanya kemerahan pada area leher sekitar trakeostomi, dan terdapat perdarahan merembes dari trakeostomi Suhu pasien 36 C, terdapat memar pada area leher sekitar trakeostomi, terdapat luka insisi pada leher dengan ± 2-3 cm, terpasang trakeostomi dengan jahitan pada sisi kanan, kiri, dan bawah Keadaan umum pasien lemah, pasien tersedasi dengan pemberian midazolam melalui syringe pump 1 cc/jam, terpasang ventilator mode CPAP. Saat pengkajian pasien terpasang infus perifer pada kaki kiri; terpasang infuse pump untuk nutrisi (smofkabiven peripheral) dengan kecepatan 83 cc/jam; terpasang syringe pump untuk pemberian nicardipine dengan kecepatan 5 cc/jam dan midazolam dengan kecepatan 1 cc/jam; terpasang NGT; dan terpasang kateter urine. Hasil laboratorium terakhir menunjukkan kadar hemoglobin 12 g/dL, hematokrit 37.6%, eritrosit 3.97 10^6/uL, leukosit 24.5 10^3/uL, pH 7.491, PCO2 33.1, HCO3- 25
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan Aktif Terkait Prosedur Pembedahan
- SDKI: Perdarahan Aktif
- SLKI: Pengendalian Perdarahan
- SIKI: Perawatan Luka Pembedahan
Penjelasan:
Pasien menunjukkan adanya perdarahan merembes dari area trakeostomi, yang merupakan tindakan pembedahan. Risiko perdarahan aktif perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
2. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Terkait Trauma pada Leher
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Perbaikan Pernapasan
- SIKI: Perawatan Jalan Napas
Penjelasan:
Pasien memiliki tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif, seperti retraksi dinding dada dan tidak adanya pernapasan cuping hidung. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma pada leher akibat tindakan pembedahan.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipovolemia Terkait Kehilangan Cairan
- SDKI: Hipovolemia
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Perawatan Keseimbangan Cairan
Penjelasan:
Hasil hitung balance cairan harian menunjukkan adanya defisit cairan, yang dapat menyebabkan hipovolemia. Hal ini perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Diagnosa Keperawatan: Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan
- SDKI: Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka Pembedahan
Penjelasan:
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan dan perdarahan pada area trakeostomi, menunjukkan risiko infeksi akibat tindakan pembedahan. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mencegah dan menangani infeksi.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut Terkait Trauma pada Leher
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Perawatan Nyeri
Penjelasan:
Pasien memiliki trauma pada leher, yang dapat menyebabkan nyeri akut. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengelola nyeri dan memberikan kenyamanan bagi pasien.
Secara keseluruhan, diagnosa-diagnosa keperawatan di atas menggambarkan kondisi pasien pasca tindakan pembedahan pada leher, dengan focus pada penanganan perdarahan, manajemen jalan napas, keseimbangan cairan, pencegahan infeksi, dan pengelolaan nyeri. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk memulihkan kondisi pasien secara komprehensif. -
Article No. 14595 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan harian negatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sepsis
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor Berhubungan: Infeksi, seperti sepsis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman napas adekuat, penggunaan otot bantu napas minimal, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, dan status pernapasan; Pemberian terapi oksigen sesuai indikasi; Manajemen ventilasi mekanik.
2. Hipovolemia berhubungan dengan sepsis
SDKI:
- Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular yang dapat mengancam stabilitas hemodinamik.
- Faktor Berhubungan: Infeksi, seperti sepsis.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan status volume cairan yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, balance cairan positif, dan tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan; Pemberian cairan intravena sesuai indikasi; Evaluasi respons terhadap pemberian cairan.
Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat hipertensi dan saat ini mengalami sepsis, yang dapat menyebabkan ketidakefektifan pola napas dan hipovolemia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, status pernapasan, pemberian terapi oksigen, manajemen ventilasi mekanik, pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, dan evaluasi respons terhadap pemberian cairan. -
Article No. 14596 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan harian negatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu berhubungan dengan sepsis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Sepsis
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular
2. Fungsi Kardiovaskuler
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Jaringan
2. Manajemen Cairan
3. Terapi Oksigen
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan saat ini mengalami sepsis, yang merupakan faktor risiko untuk diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Jaringan Terganggu". Sepsis dapat menyebabkan penurunan sirkulasi darah ke jaringan, sehingga memerlukan pemantauan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen perfusi jaringan (pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan ventilator, dll.), manajemen cairan (keseimbangan cairan, pemberian cairan, dll.), dan terapi oksigen (pemantauan oksigenasi, pengaturan ventilator, dll.). Tujuannya adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14597 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan harian negatif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko syok (00205)
- Definisi: Rentan mengalami penurunan mendadak dalam volume darah atau sirkulasi yang mengancam kehidupan.
- Faktor yang berhubungan: Sepsis, riwayat hipertensi, hipoperfusi jaringan.
2. Gangguan pertukaran gas (00030)
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi darah dan/atau eliminasi karbon dioksida.
- Faktor yang berhubungan: Terpasang ventilator mode CPAP.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko syok (00205)
- Tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, MAP, tekanan nadi).
- Perfusi jaringan yang membaik (dibuktikan dengan peningkatan MAP dan tekanan nadi).
- Tidak terjadi penurunan mendadak dalam volume darah atau sirkulasi.
2. Gangguan pertukaran gas (00030)
- Tampak pernafasan yang efektif (frekuensi nafas dalam batas normal, SpO2 dalam batas normal).
- Pertukaran gas yang membaik (ditandai dengan perbaikan hasil analisis gas darah).
- Tidak terjadi kegagalan ventilasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko syok (00205)
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, nadi, MAP, tekanan nadi).
- Kaji tanda-tanda hipoperfusi jaringan (warna kulit, kapillary refill time, suhu ekstremitas).
- Manajemen cairan intravenous sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat-obatan (vasopressor, diuretik, dll).
- Berikan dukungan psikologis dan emosional kepada pasien dan keluarga.
2. Gangguan pertukaran gas (00030)
- Monitor status respirasi (frekuensi nafas, irama, kedalaman nafas, penggunaan otot bantu pernafasan).
- Monitoring oksigenasi (SpO2, analisis gas darah).
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan pengaturan ventilator.
- Bantu ventilasi dengan teknik seperti batuk efektif, suction, dan mobilisasi sekret.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya terapi oksigen dan ventilator.
Penjelasan:
Pasien dengan riwayat hipertensi dan saat ini mengalami sepsis memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami syok. Sepsis dapat menyebabkan penurunan fungsi kardiovaskular dan hipoperfusi jaringan, sehingga diperlukan pemantauan tanda-tanda vital dan parameter perfusi jaringan yang ketat. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan terpasangnya ventilator mode CPAP, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada pengoptimalan fungsi pernapasan dan pertukaran gas. -
Article No. 14598 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Ketidakcukupan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab: Sepsis, hipertensi.
Karakteristik Mayor: Tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, pucat, dingin, akral, oliguria.
2. Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Ketidakcukupan atau kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler.
Penyebab: Sepsis, hipertensi.
Karakteristik Mayor: Balance cairan negatif, edema, asites, penurunan turgor kulit.
3. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang adekuat.
Penyebab: Sepsis, penggunaan ventilator.
Karakteristik Mayor: Hipoventilasi, dispnea, sianosis, takipnea.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Curah Jantung
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah normal
- Nadi kuat dan teratur
- Perfusi jaringan adekuat
- Urine output adekuat
2. Keseimbangan Cairan
Kriteria Hasil:
- Balance cairan seimbang
- Edema berkurang
- Turgor kulit baik
3. Pertukaran Gas Efektif
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
- Nilai SpO2 dan MAP dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemulihan Curah Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Pemberian cairan intravena yang adekuat
- Pengaturan balance cairan
- Pemberian obat-obatan vasoaktif jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen sepsis
2. Keseimbangan Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena yang adekuat
- Manajemen edema dan asites
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan cairan
3. Pertukaran Gas Efektif
- Monitor status pernapasan
- Pengaturan ventilator sesuai kondisi pasien
- Pemberian oksigen suplemental jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen pernapasan
Penjelasan rinci:
Pasien dengan riwayat hipertensi dan sepsis memiliki risiko tinggi mengalami penurunan curah jantung, ketidakseimbangan cairan, dan gangguan pertukaran gas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah penurunan curah jantung, ketidakseimbangan cairan, dan gangguan pertukaran gas. Luaran yang diharapkan adalah pemulihan curah jantung, keseimbangan cairan, dan pertukaran gas yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup monitor tanda-tanda vital, manajemen cairan, pemberian obat-obatan, pengaturan ventilator, dan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan sepsis dan komplikasinya. Tujuan akhir adalah memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14599 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- Faktor Berhubungan: Riwayat hipertensi, sepsis.
- Karakteristik Definisi: Adanya riwayat hipertensi dan kondisi sepsis pada pasien.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor Berhubungan: Sepsis, ROSC.
- Karakteristik Definisi: Adanya kondisi sepsis dan ROSC pada pasien.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor Berhubungan: Sepsis, ROSC.
- Karakteristik Definisi: Kondisi sepsis dan ROSC pada pasien dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Pasien menunjukkan peningkatan perfusi serebral yang adekuat.
- Pasien menunjukkan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) yang stabil.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pasien menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- Pasien menunjukkan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) yang stabil.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Lakukan pemantauan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (antihipertensi, vasopressor, dll) sesuai indikasi.
- Lakukan manajemen cairan dan elektrolit untuk mempertahankan volume dan keseimbangan cairan yang adekuat.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Lakukan pemantauan TTV (TD, Nadi, MAP, Tekanan Nadi, Respirasi, SpO2) secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (vasopressor, inotropik, dll) sesuai indikasi.
- Lakukan manajemen cairan dan elektrolit untuk mempertahankan volume dan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Lakukan perawatan kulit dan ekstremitas untuk mencegah kerusakan jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan penilaian toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan terapis (fisioterapis, okupasi terapis) untuk program rehabilitasi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya aktivitas dan progresivitas latihan.
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas (seperti perubahan TTV, kelelahan, dll) dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pada kasus ini, pasien mengalami ROSC (Return of Spontaneous Circulation) sebelum masuk ke ICU, memiliki riwayat hipertensi, dan mengalami sepsis. Kondisi ini berpotensi menyebabkan risiko perfusi serebral terganggu, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian terapi farmakologis, perawatan kulit dan ekstremitas, serta program rehabilitasi. Luaran yang diharapkan adalah adanya peningkatan perfusi serebral dan jaringan perifer yang adekuat, serta peningkatan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 14600 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu berhubungan dengan sepsis.
Pasien dengan riwayat ROSC sebelum masuk ICU, hipertensi, dan sepsis memiliki risiko untuk mengalami gangguan perfusi jaringan. Sepsis dapat menyebabkan vasokonstriksi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan disfungsi endotel yang dapat mengganggu aliran darah ke jaringan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan sepsis.
Sepsis dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, seperti penurunan compliance paru, peningkatan kerja napas, dan hiperventilasi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan pola napas pada pasien.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan manajemen cairan yang tidak adekuat.
Pasien menunjukkan balance cairan negatif 24 jam, yang dapat mengindikasikan kelebihan volume cairan. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular
Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, dengan tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, frekuensi nadi, MAP, tekanan nadi, CRT) dan tidak ada tanda-tanda hipoperfusi.
2. Pola Napas
Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas, irama, dan kedalaman yang normal, serta tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
3. Keseimbangan Cairan
Pasien akan mencapai keseimbangan cairan yang adekuat, dengan intake dan output cairan yang seimbang dan tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Perfusi Jaringan Terganggu:
a. Pantau tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, frekuensi nadi, MAP, tekanan nadi, CRT).
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapeutik cairan, vasoaktif, dan terapi oksigen.
c. Pertahankan posisi tubuh yang optimal untuk meningkatkan perfusi.
d. Pantau dan dokumentasikan intake dan output cairan.
e. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
2. Intervensi untuk Ketidakefektifan Pola Napas:
a. Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator dan terapi oksigen.
c. Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi.
d. Latih dan bantu pasien dalam melakukan teknik pernapasan yang efektif.
e. Pantau dan dokumentasikan status pernapasan pasien.
3. Intervensi untuk Kelebihan Volume Cairan:
a. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapeutik cairan.
c. Pertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen cairan.
e. Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien. Jangan ragu untuk menanyakan jika ada hal yang belum jelas. -
Article No. 14601 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2. hasil foto toraks menunjukkan adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian yang lengkap dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis, ditandai dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, serta adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni pada foto toraks.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan sepsis, ditandai dengan penurunan tekanan darah, oliguria, dan peningkatan laktat.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan bronchopneumoni, ditandai dengan adanya ronki pada auskultasi paru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal selama aktivitas.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk beraktivitas.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, pernapasan) berada dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan perfusi perifer yang adekuat (CRT < 2 detik).
- Nilai laktat darah menurun ke batas normal.
- Pasien menunjukkan status mental yang membaik.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Frekuensi pernapasan pasien berada dalam batas normal.
- Suara napas pasien bersih, tidak ada ronki.
- Saturasi oksigen pasien dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Berikan istirahat yang cukup sebelum dan setelah aktivitas.
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam melakukan aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Monitor tanda-tanda vital, intake output, dan kadar laktat.
- Berikan cairan intravena sesuai perhitungan kebutuhan.
- Berikan terapi vasopressor sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan dukungan respirasi.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor pola napas dan bunyi napas.
- Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Berikan nebulizer untuk membantu melembabkan jalan napas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi pernapasan.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14602 | 22 Mar 2025
Klinis : pasien ROSC sebelum masuk ke ICU, pasien memiliki riwayat hipertensi, pada saat pengkajian diketahui bahwa pasien mengalami sepsis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 148/83 mmHg, frekuensi nadi 107 x/menit, MAP 102, tekanan nadi 65, CRT ekstremitas atas < 2 detik, CRT ekstremitas bawah 2 detik, frekuensi napas 22 x/menit, SpO2 99%, terpasang ventilator mode CPAP, balance cairan 24 jam = -665.2. hasil foto toraks menunjukkan adanya cardiomegaly dan gambaran bronchopneumoni
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium.
Faktor yang berhubungan: Hipertensi, sepsis.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Faktor yang berhubungan: Sepsis, cardiomegaly, bronchopneumoni.
3. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Faktor yang berhubungan: Balance cairan -665.2 ml.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Tanda-tanda vital stabil (TD 120-130/70-80 mmHg, Nadi 80-100 x/menit, MAP 85-95 mmHg, tekanan nadi 40-60 mmHg)
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (CRT ekstremitas < 2 detik)
- Tidak ada keluhan nyeri dada
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada keluhan sesak napas atau kelelahan saat aktivitas
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Balance cairan harian mendekati 0 ml
- Edema minimal
- Tanda-tanda sirkulasi perifer baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah
- Latih teknik relaksasi
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan catat respon
- Berikan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Ajarkan penggunaan alat bantu aktivitas jika diperlukan
3. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan secara akurat
- Hindari kelebihan pemberian cairan
- Berikan diuretik sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan cairan
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 14603 | 22 Mar 2025
Klinis : Dm tipe 1 endokrin 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Diabetes Melitus Tipe 1 endokrin 5.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, badan kurus, lemah, mual, dan anoreksia.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas, dan nyeri saat beraktivitas.
3. Risiko Hiperglikemia
- Definisi: Keadaan di mana terdapat risiko peningkatan kadar glukosa darah di atas normal.
- Tanda dan Gejala: Poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Intoleransi Aktivitas
- Risiko Hiperglikemia
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Nutrisi
- Toleransi Aktivitas
- Kadar Glukosa Darah Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Diabetes Melitus
Penjelasan Singkat:
Diabetes Melitus Tipe 1 adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara cukup, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Diagnosa keperawatan yang sesuai meliputi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Hiperglikemia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nutrisi, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Diabetes Melitus untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu Keseimbangan Nutrisi, Toleransi Aktivitas, dan Kadar Glukosa Darah Terkendali.