Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12781 | 23 Feb 2025
Klinis : Identitas Pasien Nama: Ny. D Usia: 30 tahun Gravida/Para/Abortus (GPA): G2P1A0 Usia Kehamilan: 28 minggu Riwayat Obstetri: Persalinan pertama normal, bayi lahir dengan berat 4200 gram (makrosomia) Tidak ada riwayat keguguran Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat diabetes sebelum kehamilan Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2 (ibu kandung) Keluhan Utama Pasien datang ke klinik antenatal dengan keluhan sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), dan kelelahan dalam beberapa minggu terakhir. Pemeriksaan Fisik Tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi: 85x/menit Berat badan sebelum hamil: 65 kg Berat badan saat ini: 77 kg (kenaikan >12 kg dalam 28 minggu kehamilan) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan Pemeriksaan obstetri: Leopold: TFU lebih besar dari seharusnya, kemungkinan janin makrosomik Doppler USG: Denyut jantung janin 140x/menit Pemeriksaan Penunjang Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO): Puasa: 95 mg/dL (normal <92 mg/dL) 1 jam setelah 75 g glukosa: 185 mg/dL (normal <180 mg/dL) 2 jam setelah 75 g glukosa: 165 mg/dL (normal <153 mg/dL) HbA1c: 5,8% (sedikit meningkat) USG Janin: Perkiraan berat janin berlebihan untuk usia kehamilan (percentile >90%) Polihidramnion ringan (AFI 25 cm) Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) pada Usia Kehamilan 28 Minggu dengan Makrosomia Janin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- Faktor yang berhubungan: Malnutrisi, perubahan status fisiologis (diabetes gestasional).
- Gejala dan tanda mayor: Dilaporkan mudah lelah, keletihan, kelemahan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Asupan makanan tidak adekuat, disfungsi metabolik (diabetes gestasional).
- Gejala dan tanda mayor: Penurunan/peningkatan berat badan, intoleransi aktivitas.
3. Resiko Komplikasi Diabetes
- Definisi: Berisiko mengalami komplikasi akibat diabetes, seperti hiperglikemia, makrosomia janin, dan polihidramnion.
- Faktor yang berhubungan: Diabetes gestasional, riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
- Gejala dan tanda mayor: Polidipsia, poliuria, kenaikan berat badan berlebih, janin makrosomik, polihidramnion.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan energi meningkat, mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti.
2. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
- Kriteria hasil: Berat badan ibu dalam rentang yang direkomendasikan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. Terhindar dari Komplikasi Diabetes
- Definisi: Tidak mengalami komplikasi akibat diabetes gestasional, seperti hiperglikemia, makrosomia janin, dan polihidramnion.
- Kriteria hasil: Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak ada komplikasi diabetes yang muncul.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
- Tujuan: Membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
- Aktivitas: Identifikasi aktivitas harian pasien, bantu pasien merencanakan aktivitas dan istirahat, ajarkan teknik manajemen energi.
2. Manajemen Nutrisi
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sesuai kondisi diabetes gestasional.
- Aktivitas: Identifikasi asupan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi dalam merencanakan diet, edukasi mengenai diet diabetes gestasional.
3. Manajemen Diabetes Gestasional
- Tujuan: Mencegah komplikasi akibat diabetes gestasional.
- Aktivitas: Monitor kadar glukosa darah, kolaborasi dengan tim medis dalam perawatan, edukasi mengenai diabetes gestasional dan pencegahan komplikasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, memiliki status nutrisi yang optimal, dan terhindar dari komplikasi diabetes gestasional, sehingga dapat memiliki kehamilan yang sehat dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12782 | 23 Feb 2025
Klinis : Identitas Pasien Nama: Ny. D Usia: 30 tahun Gravida/Para/Abortus (GPA): G2P1A0 Usia Kehamilan: 28 minggu Riwayat Obstetri: Persalinan pertama normal, bayi lahir dengan berat 4200 gram (makrosomia) Tidak ada riwayat keguguran Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat diabetes sebelum kehamilan Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2 (ibu kandung) Keluhan Utama Pasien datang ke klinik antenatal dengan keluhan sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), dan kelelahan dalam beberapa minggu terakhir. Pemeriksaan Fisik Tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi: 85x/menit Berat badan sebelum hamil: 65 kg Berat badan saat ini: 77 kg (kenaikan >12 kg dalam 28 minggu kehamilan) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan Pemeriksaan obstetri: Leopold: TFU lebih besar dari seharusnya, kemungkinan janin makrosomik Doppler USG: Denyut jantung janin 140x/menit Pemeriksaan Penunjang Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO): Puasa: 95 mg/dL (normal <92 mg/dL) 1 jam setelah 75 g glukosa: 185 mg/dL (normal <180 mg/dL) 2 jam setelah 75 g glukosa: 165 mg/dL (normal <153 mg/dL) HbA1c: 5,8% (sedikit meningkat) USG Janin: Perkiraan berat janin berlebihan untuk usia kehamilan (percentile >90%) Polihidramnion ringan (AFI 25 cm) Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) pada Usia Kehamilan 28 Minggu dengan Makrosomia Janin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O24.4
- Deskripsi: Diabetes mellitus gestasional
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.34
- Deskripsi: Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Penjelasan:
Kode ICD-10 O24.4 "Diabetes mellitus gestasional" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami diabetes selama kehamilan, dengan riwayat keluarga diabetes tipe 2 dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan adanya gangguan toleransi glukosa.
Kode ICD-9-CM 75.34 "Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral (TTGO)" merupakan prosedur diagnostik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes gestasional pada pasien. Pemeriksaan ini mengevaluasi kemampuan tubuh untuk mengendalikan kadar glukosa darah setelah pemberian beban glukosa oral.
Selain itu, terdapat juga temuan kondisi makrosomia janin (perkiraan berat janin berlebihan untuk usia kehamilan) dan polihidramnion ringan yang dapat dikaitkan dengan diabetes gestasional. Pemantauan dan penatalaksanaan yang tepat diperlukan untuk memastikan kehamilan dan kelahiran yang sehat bagi ibu dan bayi. -
Article No. 12783 | 23 Feb 2025
Klinis : Identitas Pasien Nama: Ny. D Usia: 30 tahun Gravida/Para/Abortus (GPA): G2P1A0 Usia Kehamilan: 28 minggu Riwayat Obstetri: Persalinan pertama normal, bayi lahir dengan berat 4200 gram (makrosomia) Tidak ada riwayat keguguran Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat diabetes sebelum kehamilan Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2 (ibu kandung) Keluhan Utama Pasien datang ke klinik antenatal dengan keluhan sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), dan kelelahan dalam beberapa minggu terakhir. Pemeriksaan Fisik Tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi: 85x/menit Berat badan sebelum hamil: 65 kg Berat badan saat ini: 77 kg (kenaikan >12 kg dalam 28 minggu kehamilan) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan Pemeriksaan obstetri: Leopold: TFU lebih besar dari seharusnya, kemungkinan janin makrosomik Doppler USG: Denyut jantung janin 140x/menit Pemeriksaan Penunjang Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO): Puasa: 95 mg/dL (normal <92 mg/dL) 1 jam setelah 75 g glukosa: 185 mg/dL (normal <180 mg/dL) 2 jam setelah 75 g glukosa: 165 mg/dL (normal <153 mg/dL) HbA1c: 5,8% (sedikit meningkat) USG Janin: Perkiraan berat janin berlebihan untuk usia kehamilan (percentile >90%) Polihidramnion ringan (AFI 25 cm) Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) pada Usia Kehamilan 28 Minggu dengan Makrosomia Janin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan nutrisi berhubungan dengan diabetes mellitus gestasional dan kondisi makrosomia janin.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Asupan
- Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan nutrisi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Keseimbangan nutrisi
- Luaran: Berat badan, Kadar glukosa darah, Kontrol berat badan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Manajemen nutrisi
- Intervensi: Edukasi diet, Pemantauan kadar glukosa, Kolaborasi pemberian insulin jika diperlukan.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kondisi janin.
SDKI:
- Domain: Psikososial
- Kelas: Koping
- Diagnosa: Kecemasan
SLKI:
- Domain: Psikososial
- Kelas: Koping
- Luaran: Tingkat kecemasan, Strategi koping
SIKI:
- Domain: Psikososial
- Kelas: Terapi psikologis
- Intervensi: Terapi suportif, Manajemen kecemasan, Edukasi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan nutrisi, yang berhubungan dengan kondisi diabetes gestasional dan makrosomia janin. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi edukasi diet, pemantauan kadar glukosa, dan kolaborasi dengan pemberian insulin jika diperlukan. Selain itu, diagnosa tambahan yaitu Kecemasan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kondisi janin, sehingga diperlukan intervensi berupa terapi suportif, manajemen kecemasan, dan edukasi. -
Article No. 12784 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, sebagai akibat dari keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi untuk memfasilitasi dan mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Kondisi pasien dengan diagnosis Coronary Artery Disease (CAD) post PCI 6 jam yang lalu, dengan keluhan lemas, dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen aktivitas, dan monitoring toleransi aktivitas.
Penekanan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi tingkat aktivitas pasien, serta memfasilitasi aktivitas yang aman sesuai dengan kemampuan pasien untuk mencegah kelelahan atau cedera lebih lanjut. -
Article No. 12785 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l buatkan 3 diagnosa keperawatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan tiga diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan 1:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional akibat coronary artery disease post PCI, sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan lemas.
Penjelasan:
SDKI: Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, dengan kriteria hasil seperti pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri dan tidak merasa kelelahan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, dan Peningkatan Mobilitas.
Diagnosa Keperawatan 2:
Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah koroner akibat coronary artery disease, sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat PCI 6 jam yang lalu.
Penjelasan:
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah ke jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan Kardiak Membaik, dengan kriteria hasil seperti pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan jantung yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Kardiovaskular, Terapi Oksigen, dan Pemantauan Hemodinamik.
Diagnosa Keperawatan 3:
Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan penurunan ventilasi akibat penyakit jantung koroner, sebagaimana ditunjukkan oleh pemberian terapi oksigen melalui nasal kanul 2 L/menit.
Penjelasan:
SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, dengan kriteria hasil seperti pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Pemantauan Respirasi.
Sebagai perawat profesional, saya akan terus memantau dan mengevaluasi kondisi pasien, serta melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12786 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l buatkan 3 diagnosa keperawatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan tiga diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan diagnosis coronary artery disease post PCI 6 jam yang lalu, dengan keluhan lemas dan terpasang nasal kanul 2L.
Diagnosa Keperawatan 1:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan penggunaan energi, ditandai dengan keluhan lemas.
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya keterbatasan energi.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian makan dan cairan, serta perencanaan aktivitas.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Diagnosa Keperawatan 2:
Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular berhubungan dengan penyakit arteri koroner, ditandai dengan terpasang nasal kanul 2L.
Penjelasan:
- SDKI: Perubahan Perfusi Jaringan Kardiovaskular adalah ketidakefektifan sirkulasi darah ke jantung dan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jaringan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan edukasi mengenai penyakit arteri koroner.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan kardiovaskular yang adekuat.
Diagnosa Keperawatan 3:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan prosedur PCI.
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah kondisi yang mengarah pada perubahan perfusi jaringan dan fungsi organ vital, yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan manajemen komplikasi pasca-prosedur.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah pasien dapat mempertahankan stabilitas hemodinamik yang adekuat.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI untuk pasien dengan kondisi tersebut. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 12787 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Pasien baru menjalani prosedur Percutaneous Coronary Intervention (PCI) 6 jam yang lalu, sehingga masih mengalami kelemahan dan intoleransi terhadap aktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan fisik akibat prosedur medis yang baru dilakukan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang dirasakan menimbulkan kelelahan.
- Faktor Risiko: Prosedur invasif, penyakit kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Meningkatnya Toleransi Aktivitas
- Meningkatnya Kemampuan Melakukan Aktivitas Sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Penjelasan: Pasien terpasang nasal kanul dengan aliran oksigen 2 liter per menit, menunjukkan adanya gangguan pola napas yang tidak efektif akibat kondisi medis yang sedang dialami.
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Faktor Risiko: Prosedur invasif, penyakit kardiovaskular.
SLKI:
- Mempertahankan Pola Napas Efektif
- Mempertahankan Status Pertukaran Gas
SIKI:
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Oksigenasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien, mencatat tanda-tanda vital, memonitor oksigenasi, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 12788 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l, perfusi miokard
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan curah jantung.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mencegah, dan mengatasi penurunan curah jantung.
Penjelasan Singkat:
Pasien yang baru menjalani Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dapat mengalami penurunan curah jantung akibat proses revaskularisasi yang dilakukan. Gejala yang dialami pasien, seperti lemas, mengindikasikan adanya penurunan perfusi miokard. Perawatan keperawatan akan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan oksigenasi, dan intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan Tambahan:
2. Risiko Penurunan Perfusi Miokard
- SDKI: Berisiko mengalami penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke miokard.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi miokard.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mencegah, dan mengatasi penurunan perfusi miokard.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan penyakit arteri koroner yang baru menjalani PCI memiliki risiko penurunan perfusi miokard. Perawatan keperawatan akan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan oksigenasi, dan intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan perfusi miokard.
Diagnosa Keperawatan Tambahan:
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan toleransi aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mencegah, dan mengatasi intoleransi aktivitas.
Penjelasan Singkat:
Pasien yang baru menjalani PCI dapat mengalami intoleransi aktivitas akibat penurunan curah jantung dan perfusi miokard. Perawatan keperawatan akan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan aktivitas, dan intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas. -
Article No. 12789 | 23 Feb 2025
Klinis : pasien dx coronary artery disease post pci 6 jam yang lalu, keluhan lemas, terpasang nasal kanul 2l, perfusi miokard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Perfusi Miokard Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakadekuatan aliran darah ke miokard yang dapat menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
- Faktor Terkait: Penyakit koroner, spasme arteri koroner, trombus, embolus, dan penurunan curah jantung.
- Gejala dan Tanda: Nyeri dada, sesak napas, mual, diaphoresis, perubahan EKG, dan perubahan fungsi jantung.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Tujuan: Pasien menunjukkan perfusi miokard yang efektif selama perawatan.
2. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pemantauan Perfusi Jaringan
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Cairan
- Promosi Aktivitas Fisik
Penjelasan Singkat:
Pasien yang baru menjalani Percutaneous Coronary Intervention (PCI) 6 jam yang lalu memiliki risiko mengalami perfusi miokard yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit koroner, spasme arteri koroner, trombus, atau embolus yang dapat menghambat aliran darah ke miokard. Gejala yang mungkin muncul adalah nyeri dada, sesak napas, mual, diaphoresis, perubahan EKG, dan perubahan fungsi jantung.
Tujuan keperawatan adalah agar pasien menunjukkan perfusi miokard yang efektif selama perawatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perfusi jaringan, manajemen nyeri, manajemen cairan, dan promosi aktivitas fisik sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12790 | 23 Feb 2025
Klinis : Kasus Seorang laki-laki, usia 43 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Anda sebagai perawat melakukan pengkajian dan mendapatkan data sebagai berikut: a. Pasien mengatakan sesak nafas b. Dari hasil pengkajian didapatkan data batuk berdahak berwarna kekuningan, ronchi positif pada kedua lapang paru. c. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu TD 130/80 mmHg, Suhu 38 C, sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Ph 7,35, PCO2 46 mmHg, PO2 80 mmHg, HCO3 20 mEq/Dl. Instruksi Penugasan 1.Lengkapi data dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratoriun lainnya yang diperlukan untuk menyusun asuhan keperawatan pada pasien tersebut 2.Tegakkan apa saja diagnose yang mungkin muncul pada pasien 3.Demonstrasikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Pola Napas Tidak Efektif
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Paru
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi dari saluran napas dan mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi pemeliharaan pola napas yang efektif.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Paru
- SDKI: Penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan paru, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan perfusi jaringan paru yang efektif.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi peningkatan perfusi jaringan paru.
Untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium tambahan, Anda dapat melakukan pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan dada, pemeriksaan bunyi napas, pemeriksaan kadar oksigen darah (SpO2), dan pemeriksaan laboratorium lainnya sesuai kebutuhan.
Demonstrasi Terapi Oksigen:
Tone : Akademis
Persona : Pakar, Perawat
"Sebagai perawat, saya akan memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien. Berdasarkan kondisi pasien, yang mengalami sesak nafas dan didapatkan data hasil laboratorium menunjukkan penurunan oksigen, maka terapi oksigen diperlukan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Langkah-langkah pemberian terapi oksigen:
1. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti nasal kanul, tabung oksigen, dan flow meter.
2. Atur flow meter sesuai dengan kebutuhan oksigen pasien, biasanya 2-4 liter per menit.
3. Pasang nasal kanul dengan hati-hati ke hidung pasien, pastikan posisinya nyaman.
4. Periksa aliran oksigen dan pastikan tidak ada kebocoran.
5. Pantau saturasi oksigen (SpO2) pasien, dan sesuaikan aliran oksigen jika perlu.
6. Dokumentasikan pemberian terapi oksigen dan evaluasi respon pasien.
Tujuan pemberian terapi oksigen adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien dan mencegah komplikasi akibat hipoksemia. Pastikan terapi oksigen diberikan sesuai kebutuhan pasien dan dilakukan monitoring yang ketat."