Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21401 | 02 Sep 2025
Klinis : nyeri perut kuadran kanan bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Tingkat kenyamanan yang dirasakan saat nyeri terkendali.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan yang dialami oleh individu.
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu nyeri perut kuadran kanan bawah, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Diagnosa ini menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan di area perut kuadran kanan bawah. -
Article No. 21402 | 02 Sep 2025
Klinis : nyeri perut kuadran kanan bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\par
\b Nyeri Akut\b0\par
\b Kode SDKI: B.1\b0\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0 Pernyataan klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial. Diagnosis "Nyeri Akut" (B.1) didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan. Pada konteks nyeri perut kuadran kanan bawah, diagnosis ini mengarah pada respons nyeri yang diakibatkan oleh iritasi peritoneal, paling sering terkait dengan kondisi seperti apendisitis akut.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 Status individu, keluarga, atau komunitas yang diharapkan dapat dicapai melalui intervensi keperawatan. Luaran yang ditetapkan untuk diagnosis "Nyeri Akut" adalah:\par
\par
\b Kode SLKI: B.0106\b0 - \i Tingkat Nyeri\i0\par
Tujuan luaran adalah penurunan skala nyeri yang diukur menggunakan alat ukur yang valid (misalnya, Numerical Rating Scale/NRS). Kriteria hasil yang diharapkan meliputi:\par
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri menurun sesuai target yang ditetapkan).\par
- Klien menunjukkan perilaku nyeri menurun (misalnya, tidak lagi meringis, gelisah, atau melindungi area nyeri).\par
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (denyut nadi dan tekanan darah stabil).\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 Tindakan-tindakan yang dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang ditetapkan. Intervensi yang direkomendasikan untuk "Nyeri Akut" adalah:\par
\par
\b Kode SIKI: B.100159\b0 - \i Manajemen Nyeri\i0\par
Intervensi ini mencakup serangkaian tindakan untuk meredakan atau meringankan nyeri, yang meliputi:\par
1. \b Pengkajian:\b0 Mengkaji karakteristik nyeri (onset, lokasi, kualitas, intensitas menggunakan skala 0-10, dan faktor yang memperberat atau meringankan). Memantau tanda-tanda vital dan respons nonverbal terhadap nyeri.\par
2. \b Tindakan Nonfarmakologis:\b0 Memberikan posisi nyaman (misalnya, semi-Fowler), melakukan distraksi, dan menerapkan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi (jika tidak ada kontraindikasi seperti suspected appendicitis dengan kompres hangat).\par
3. \b Tindakan Farmakologis:\b0 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai resep dan memantau efektivitas serta efek sampingnya.\par
4. \b Edukasi:\b0 Memberikan penjelasan kepada klien tentang penyebab nyeri dan tujuan intervensi yang dilakukan.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Pada kasus nyeri perut kuadran kanan bawah, diagnosis keperawatan "Nyeri Akut" sering kali merupakan manifestasi dari masalah medis yang mendasarinya (contoh: apendisitis). Oleh karena itu, intervensi keperawatan harus selalu disertai dengan kolaborasi yang erat dengan tim medis untuk penegakan diagnosis etiologis dan penatalaksanaan definitif. Pemantauan ketat terhadap perkembangan gejala (seperti perburukan nyeri, demam, atau tanda-tanda peritonitis) merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan.\par
} -
Article No. 21403 | 02 Sep 2025
Klinis : Aisyah, seorang anak perempuan berusia 10 tahun, telah didiagnosis dengan gagal ginjal sejak usia 8 tahun akibat glomerulonefritis kronis. Aisyah sering mengunjungi rumah sakit untuk mengobati dan mengontrol gagal ginjalnya. Aisyah sering 37 mengalami kelelahan yang ekstrem, kehilangan nafsu makan, sesak napas, dan hipertensi yang semakin sulit dikontrol meskipun telah menerima pengobatan. Orang tuanya juga mengatakan bahwa Aisyah sering mengalami kelelahan, pusing, dan gangguan tidur, yang membuatnya sulit tidur. Pemeriksaan fisik menunjukkan kulit yang pucat, tekanan darah 160/100 mmHg, dan edema di tungkai bawah. Selain itu, Aisyah mengatakan bahwa sulit untuk berkonsentrasi membuatnya gagal di sekolah. Dalam situasi ini, tim medis harus segera merancang rencana perawatan yang komprehensif untuk Aisyah. Ini termasuk pengelolaan hipertensi yang efektif, pemantauan ketat terhadap fungsi ginjal, serta perencanaan diet dan intervensi gizi untuk mengatasi ketidakseimbangan elektrolit. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Ureum: 95 mg/dL (normal: 10-50 mg/dL) Kreatinin: 4.0 mg/dL (normal: 0.5-1.0 mg/dL) Albumin: 2.5 g/dL (normal: 3.5-5.0 g/dL) Hemoglobin: 8 g/dL (normal: 12-16 g/dL) GFR (Glomerular Filtration Rate): 10 mL/min/1.73mē (normal: >90 mL/min/1.73mē) Kalsium: 7.5 mg/dL (normal: 8.5-10.2 mg/dL) Fosfor: 6.5 mg/dL (normal: 3.0-4.5 mg/dL)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi Aisyah:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
c. Gangguan Pola Tidur (00198)
d. Gangguan Perfusi Jaringan Ginjal (00186)
e. Hipertensi (00027)
f. Gangguan Proses Pikir (00130)
2. Penjelasan Singkat:
a. Intoleransi Aktivitas (00092): Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat ketidakseimbangan antara suply dan kebutuhan energi.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Gangguan Pola Tidur (00198): Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
d. Gangguan Perfusi Jaringan Ginjal (00186): Penurunan aliran darah dan oksigen ke ginjal, yang menyebabkan disfungsi ginjal.
e. Hipertensi (00027): Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik di atas normal.
f. Gangguan Proses Pikir (00130): Perubahan dalam fungsi kognitif yang mengganggu kemampuan berpikir.
3. Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas (10020)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (10002)
- Gangguan Pola Tidur (10198)
- Gangguan Perfusi Jaringan (10186)
- Hipertensi (10027)
- Gangguan Proses Pikir (10130)
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas (20020)
- Status Nutrisi (20002)
- Pola Tidur (20198)
- Perfusi Jaringan (20186)
- Kontrol Tekanan Darah (20027)
- Proses Pikir (20130)
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas (30020)
- Manajemen Nutrisi (30002)
- Manajemen Pola Tidur (30198)
- Manajemen Perfusi Jaringan (30186)
- Manajemen Hipertensi (30027)
- Stimulasi Kognitif (30130)
Dengan memahami diagnosa, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI, tim medis dapat merancang rencana perawatan yang komprehensif untuk Aisyah, termasuk pengelolaan hipertensi, pemantauan fungsi ginjal, dan intervensi terkait nutrisi dan kognitif. -
Article No. 21404 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan gejala kelelahan, penurunan daya tahan, dan gangguan tidur akibat dari dermatitis yang dialaminya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1613
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6460
Definisi: Bantuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan eritema, papul, ekskoriasi, dan kulit kering akibat dermatitis.
SDKI:
Kode: 00046
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
SLKI:
Kode: 1101
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal kulit.
SIKI:
Kode: 3520
Definisi: Tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki integuritas kulit.
3. Pruritus (00008)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami keluhan gatal-gatal yang mengganggu aktivitas dan tidur akibat dermatitis.
SDKI:
Kode: 00008
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang memicu keinginan untuk menggaruk.
SLKI:
Kode: 1605
Definisi: Tingkat kenyamanan kulit.
SIKI:
Kode: 3540
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal. -
Article No. 21405 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.41
- Deskripsi: Patch test untuk alergi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. A, usia 35 tahun, laki-laki, bekerja sebagai tukang bangunan, mengeluhkan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian, diperoleh data bahwa:
- Tes alergi kulit (patch test) positif terhadap bahan semen
- Pemeriksaan darah rutin dan IgE serum sedikit meningkat
Berdasarkan gejala klinis, riwayat pajanan, dan hasil pemeriksaan penunjang, diagnosis yang sesuai adalah dermatitis alergi kontak (L23.9) yang disebabkan oleh paparan semen di tempat kerja.
Prosedur yang dilakukan adalah patch test untuk mendiagnosis alergi (kode ICD-9-CM 95.41). -
Article No. 21406 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan pada kasus Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (kemerahan dan lesi pada kulit).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
- Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terbangun karena gatal-gatal atau rasa panas pada kulit.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan kondisi.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya.
- Pasien dapat menerima perubahan yang terjadi pada kulitnya.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas harian.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya dan menghindari aktivitas yang dapat memperparah kondisi kulit.
- Berikan edukasi tentang penyebab dan pencegahan dermatitis untuk mengurangi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya secara bertahap.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur pasien, seperti gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
- Berikan intervensi untuk mengurangi gatal-gatal, seperti pemberian obat topikal, kompres dingin, dan teknik relaksasi.
- Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memperparah gatal-gatal sebelum tidur.
- Dorong pasien untuk mempertahankan pola tidur yang teratur.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien terhadap perubahan pada kulit dan dampaknya terhadap citra tubuh.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu pasien menerima perubahan pada kulit.
- Edukasikan pasien tentang perawatan kulit yang tepat untuk mengurangi kemerahan dan lesi.
- Dorong pasien untuk tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang terdekat.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan berfokus pada pengelolaan gejala, peningkatan kemampuan aktivitas, optimalisasi pola tidur, serta dukungan psikologis untuk membantu pasien Tn. A beradaptasi dengan kondisi dermatitisnya dan mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 21407 | 02 Sep 2025
Klinis : Palpitasi Berhubungan Dengan Perubahan Irama Jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Palpitasi Berhubungan Dengan Perubahan Irama Jantung
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
Palpitasi berhubungan dengan perubahan irama jantung
Penjelasan:
Palpitasi merupakan gejala di mana pasien merasakan detak jantung yang tidak normal, seperti berdebar, berdetak cepat, atau tidak beraturan. Hal ini berhubungan dengan perubahan irama jantung, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, penyakit jantung, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa keperawatan ini mencerminkan masalah kesehatan yang dialami pasien dan menjadi fokus utama dalam perencanaan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Kontrol Irama Jantung
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda palpitasi
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi irama jantung
- Pasien dapat menerapkan teknik manajemen stres untuk membantu mengontrol irama jantung
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pasien dapat memantau dan mencatat denyut nadi secara teratur
- Pasien dapat mengenali parameter normal denyut nadi dan dapat melaporkan adanya perubahan yang signifikan
3. Pengelolaan Gejala
- Pasien dapat mengelola gejala palpitasi dengan baik
- Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi gejala palpitasi
- Pasien dapat mengambil tindakan yang tepat saat mengalami episode palpitasi
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada membantu pasien untuk dapat mengontrol irama jantung, memantau tanda-tanda vital secara rutin, dan mengelola gejala palpitasi dengan baik. Tujuan ini akan membantu pasien untuk memahami kondisinya, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Irama Jantung
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi irama jantung
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengontrol irama jantung
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan intervensi terapeutik yang sesuai
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Ajarkan pasien untuk memantau denyut nadi secara teratur
- Catat denyut nadi dan identifikasi adanya perubahan signifikan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengevaluasi temuan pemantauan
3. Pengelolaan Gejala
- Ajarkan pasien tentang gejala palpitasi dan cara mengelolanya
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi gejala
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan intervensi terapeutik yang sesuai
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berfokus pada manajemen irama jantung, pemantauan tanda-tanda vital, dan pengelolaan gejala palpitasi. Intervensi ini melibatkan edukasi, pelatihan, kolaborasi dengan tim kesehatan, dan pemantauan yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien memahami kondisinya, mengontrol irama jantung, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 21408 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. A dengan keluhan dermatitis, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Kulit
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan
- SDKI: Gangguan Kenyamanan
- Definisi: Pengalaman subjektif ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan Kenyamanan
- SIKI: Manajemen Gejala
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memperoleh jumlah dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Kualitas Tidur
Penjelasan singkat:
- Kerusakan Integritas Kulit: Terjadi perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal akibat dermatitis, ditandai dengan eritema, papul, ekskoriasi, dan kulit kering.
- Gangguan Kenyamanan: Pasien mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti gatal, rasa panas, dan stres akibat kerusakan kulit.
- Risiko Infeksi: Luka lecet akibat garukan dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Gangguan Pola Tidur: Pasien sering terbangun karena gatal dan rasa panas di kulit, sehingga mengganggu kualitas tidur. -
Article No. 21409 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I: 00092)
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Toleransi aktivitas
- SIKI: 10104 Manajemen intoleransi aktivitas
2. Kerusakan integritas kulit (NANDA-I: 00046)
- SDKI: Kerusakan integritas kulit
- SLKI: Integritas kulit
- SIKI: 10012 Manajemen kerusakan integritas kulit
3. Nyeri kronis (NANDA-I: 00133)
- SDKI: Nyeri kronis
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: 10029 Manajemen nyeri kronis
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I: 00092)
- SDKI: Keterbatasan fisik dalam melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi.
- SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SIKI: Intervensi untuk mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap intoleransi aktivitas dan membantu pasien mencapai tingkat aktivitas yang diinginkan.
2. Kerusakan integritas kulit (NANDA-I: 00046)
- SDKI: Perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal.
- SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi dan struktur kulit yang normal.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada kerusakan integritas kulit.
3. Nyeri kronis (NANDA-I: 00133)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola pengalaman nyeri.
- SIKI: Intervensi untuk membantu pasien mengatasi dan mengelola nyeri kronis yang dialami.
Kode dan definisi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21410 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. A dengan diagnosa dermatitis, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, serta definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (SDKI kode: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI kode: 00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Gangguan Pola Tidur (SDKI kode: 00198)
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
4. Kecemasan (SDKI kode: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang diekspresikan.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit (SLKI kode: 1720)
Definisi: Mempertahankan atau memulihkan kesatuan, struktur, dan fungsi kulit.
2. Manajemen Nyeri (SLKI kode: 1410)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri sehingga klien dapat beraktivitas.
3. Manajemen Stres (SLKI kode: 1450)
Definisi: Membantu klien untuk mengenali dan mengatasi stres.
4. Peningkatan Tidur (SLKI kode: 1850)
Definisi: Memfasilitasi tidur yang berkualitas dan mencukupi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka (SIKI kode: I13067)
Definisi: Tindakan untuk memelihara dan memulihkan integritas kulit.
2. Terapi Relaksasi (SIKI kode: I13158)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental.
3. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (SIKI kode: I13097)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kenyamanan klien.
4. Edukasi Kesehatan (SIKI kode: I13050)
Definisi: Tindakan untuk memberikan informasi yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klien.