Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12802 | 24 Feb 2025
Klinis : panas 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu: panas 3 hari, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosis keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, dan gangguan sistem termoregulasi.
- Gejala: Suhu tubuh meningkat, kulit terasa panas, dan pasien dapat merasa tidak nyaman.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh kembali normal.
- Kriteria hasil: Suhu tubuh berada dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan pasien merasa nyaman.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama:
a. Pemantauan suhu tubuh secara berkala.
b. Pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat.
c. Penggunaan obat antipiretik sesuai indikasi.
d. Pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan.
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen hipertermia.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai diagnosis keperawatan hipertermia, termasuk definisi, penyebab, gejala, serta intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 12803 | 24 Feb 2025
Klinis : Kasus: Tn. B, 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan perut membesar, kaki bengkak, serta mudah lelah. Pasien juga mengeluhkan mual, nafsu makan menurun, dan berat badan berkurang dalam 2 bulan terakhir. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa pasien telah mengonsumsi alkohol secara rutin selama lebih dari 10 tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya asites, sklera ikterik, dan trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin total, SGOT/SGPT, serta waktu protrombin yang memanjang.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kasus ini dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K70.3
- Deskripsi: Sirosis hepatik alkoholik
Penjelasan:
- Kode K70.3 pada ICD-10 mewakili kondisi sirosis hepatik alkoholik, yang sesuai dengan gejala-gejala yang dialami pasien seperti perut membesar (asites), sklera ikterik, dan gangguan laboratorium seperti peningkatan bilirubin total, SGOT/SGPT, serta waktu protrombin yang memanjang. Riwayat konsumsi alkohol yang lama juga mendukung diagnosis ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 51.10
- Deskripsi: Parasentesis peritoneal, tidak dinyatakan lebih lanjut
Penjelasan:
- Kode 51.10 pada ICD-9-CM mewakili tindakan parasentesis peritoneal, yang mungkin dilakukan untuk mengeluarkan cairan asites dari rongga perut pasien. Hal ini dapat menjadi bagian dari manajemen dan pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan sirosis hepatik.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan adanya sirosis hepatik alkoholik pada pasien yang perlu ditangani dengan pendekatan klinis yang sesuai, termasuk pemeriksaan dan intervensi medis yang diperlukan. -
Article No. 12804 | 24 Feb 2025
Klinis : Kasus: Tn. B, 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan perut membesar, kaki bengkak, serta mudah lelah. Pasien juga mengeluhkan mual, nafsu makan menurun, dan berat badan berkurang dalam 2 bulan terakhir. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa pasien telah mengonsumsi alkohol secara rutin selama lebih dari 10 tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya asites, sklera ikterik, dan trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin total, SGOT/SGPT, serta waktu protrombin yang memanjang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diderita oleh Tn. B, yaitu perut membesar, kaki bengkak, mudah lelah, mual, nafsu makan menurun, berat badan berkurang, riwayat konsumsi alkohol rutin selama lebih dari 10 tahun, serta hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah kondisi saat asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nutrisi, monitoring asupan dan output nutrisi, serta edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan daya tahan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Salah satu luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen aktivitas, oksigenasi, serta edukasi tentang teknik penghemat energi.
Berdasarkan kondisi Tn. B, diagnosa keperawatan yang utama adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dengan luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai. Selain itu, diagnosa Intoleransi aktivitas juga dapat ditegakkan, mengingat pasien mengalami mudah lelah dan penurunan kekuatan. -
Article No. 12805 | 24 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu berusia 42 tahun datang ke poliklinik kandungan untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan. Klien mengatakan bahwa ada keputihan 3 bulan terakhir, dan terasa gatal. Riwayat Kesehatan menstruasi tidak teratur, keputihan berbau dan terkadang bercampur darah, dan menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun. Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, frekuensi nafas 20 kali/menit, frekuensi nadi 88 kali/menit, suhu 37,80 C, tampak lendir dari vagina berwarna kekuningan, berbau, dan genitalia kemerahan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu.
Berdasarkan kondisi yang telah Ibu deskripsikan, saya sebagai perawat memberikan beberapa rekomendasi terkait dengan asuhan keperawatan yang dapat diberikan, sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Vagina berhubungan dengan perubahan flora vagina yang ditandai dengan keputihan berbau, gatal, dan tampak lendir berwarna kekuningan.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang perawatan kesehatan reproduksi yang ditandai dengan tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear sebelumnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Vagina
a. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi vagina, seperti tidak ada keputihan berbau, tidak ada rasa gatal, dan tidak ada tampilan lendir berwarna kekuningan.
b. Klien dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan infeksi vagina dan upaya pencegahannya.
2. Defisit Pengetahuan
a. Klien dapat menjelaskan pentingnya pemeriksaan IVA dan papsmear untuk deteksi dini kanker serviks.
b. Klien dapat menjelaskan cara melakukan perawatan kesehatan reproduksi yang benar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi Vagina
a. Lakukan pengkajian yang komprehensif terkait kondisi infeksi vagina yang dialami klien.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai, seperti pemberian obat anti-infeksi.
c. Ajarkan klien tentang perawatan higienis area genital, seperti menjaga kebersihan area genital, mengganti pakaian dalam secara teratur, dan menghindari penggunaan celana ketat.
d. Edukasi klien tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi vagina dan upaya pencegahannya.
2. Defisit Pengetahuan
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pemeriksaan IVA dan papsmear.
b. Berikan edukasi tentang pentingnya pemeriksaan IVA dan papsmear untuk deteksi dini kanker serviks.
c. Ajarkan klien tentang cara melakukan perawatan kesehatan reproduksi yang benar, seperti menjaga kebersihan area genital, melakukan pemeriksaan rutin, dan menghindari penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang.
d. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk penjadwalan pemeriksaan IVA dan papsmear.
Demikian rekomendasi asuhan keperawatan yang dapat diberikan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 12806 | 24 Feb 2025
Klinis : Kasus: Tn. B, 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan perut membesar, kaki bengkak, serta mudah lelah. Pasien juga mengeluhkan mual, nafsu makan menurun, dan berat badan berkurang dalam 2 bulan terakhir. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa pasien telah mengonsumsi alkohol secara rutin selama lebih dari 10 tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya asites, sklera ikterik, dan trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin total, SGOT/SGPT, serta waktu protrombin yang memanjang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan cadangan energi sekunder terhadap perburukan fungsi hepar, asites, dan malnutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (ADL) secara mandiri.
- Pasien mampu berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
- Pasien melaporkan kelelahan berkurang.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
- Atur ulang Aktivitas dan istirahat pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi Aktivitas.
- Pantau tanda-tanda vital, tingkat energi, dan respons terhadap Aktivitas.
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen energi.
2. Peningkatan Mobilitas
- Fasilitasi Aktivitas fisik sesuai toleransi pasien.
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya Aktivitas fisik.
Penjelasan:
Kasus Tn. B menunjukkan adanya gangguan fungsi hepar yang ditandai dengan asites, sklera ikterik, dan trombositopenia. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan cadangan energi, sehingga pasien mengalami intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen energi dan peningkatan mobilitas untuk membantu pasien meningkatkan toleransi Aktivitas dan melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari secara mandiri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti fisioterapis, juga diperlukan untuk optimalisasi program rehabilitasi. -
Article No. 12807 | 24 Feb 2025
Klinis : Kasus: Tn. B, 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan perut membesar, kaki bengkak, serta mudah lelah. Pasien juga mengeluhkan mual, nafsu makan menurun, dan berat badan berkurang dalam 2 bulan terakhir. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa pasien telah mengonsumsi alkohol secara rutin selama lebih dari 10 tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya asites, sklera ikterik, dan trombositopenia. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin total, SGOT/SGPT, serta waktu protrombin yang memanjang. Kasi 3 diagnosa dan alasanny
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat dengan latar belakang akademis, saya akan memberikan tiga diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Tn. B.
1. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan Efektif, yaitu menunjukkan adanya distribusi oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Hemodinamik, Manajemen Cairan, dan Terapi Penggantian Darah, untuk mempertahankan perfusi jaringan yang optimal.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, yaitu kemampuan individu untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas, dan Edukasi Aktivitas, untuk membantu pasien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Cairan adalah kerentanan yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular, yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan Terjaga, yaitu keadaan di mana volume dan komposisi cairan tubuh berada dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, dan Terapi Penggantian Cairan, untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia. Diagnosa keperawatan tersebut dirumuskan berdasarkan data pasien dan bertujuan untuk meningkatkan luaran keperawatan yang diharapkan, serta mengarahkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai kondisi pasien yang optimal. -
Article No. 12808 | 24 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu berusia 42 tahun datang ke poliklinik kandungan untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan. Klien mengatakan bahwa ada keputihan 3 bulan terakhir, dan terasa gatal. Riwayat Kesehatan menstruasi tidak teratur, keputihan berbau dan terkadang bercampur darah, dan menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun. Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, frekuensi nafas 20 kali/menit, frekuensi nadi 88 kali/menit, suhu 37,80 C, tampak lendir dari vagina berwarna kekuningan, berbau, dan genitalia kemerahan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Infeksi Saluran Reproduksi Wanita
Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi oleh organisme patogen pada saluran reproduksi wanita.
Tanda dan Gejala: Keputihan abnormal (berbau, berwarna, berbusa, gatal), nyeri/rasa tidak nyaman di area genital, perdarahan abnormal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
Definisi: Mempertahankan kondisi bebas dari infeksi.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada keluhan mengenai gejala infeksi
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Vulva/Vagina
Definisi: Memelihara kebersihan dan kenyamanan area vulva dan vagina.
Aktivitas:
- Ajarkan klien melakukan kebersihan vulva/vagina yang benar
- Anjurkan klien untuk mengganti pembalut/celana dalam secara teratur
- Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan produk yang dapat mengiritasi area vulva/vagina
2. Pendidikan Kesehatan: Infeksi Saluran Reproduksi
Definisi: Memberikan informasi mengenai infeksi saluran reproduksi wanita.
Aktivitas:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan gejala infeksi saluran reproduksi wanita
- Ajarkan cara pencegahan dan perawatan infeksi saluran reproduksi wanita
- Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan rutin IVA dan Pap Smear
3. Kolaborasi: Pemeriksaan Diagnostik
Definisi: Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan diagnostik.
Aktivitas:
- Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (kultur vagina) dan pemeriksaan fisik (IVA, Pap Smear)
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan diagnostik dan berikan edukasi kepada klien
Penjelasan Rinci:
Kondisi yang dijelaskan menunjukkan adanya risiko infeksi saluran reproduksi wanita, dengan gejala keputihan abnormal, gatal, dan perdarahan abnormal. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi Saluran Reproduksi Wanita".
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Kontrol Infeksi", di mana klien tidak memiliki tanda-tanda infeksi, tidak ada keluhan mengenai gejala infeksi, dan tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah:
1. Perawatan Vulva/Vagina, untuk memelihara kebersihan dan kenyamanan area vulva dan vagina.
2. Pendidikan Kesehatan: Infeksi Saluran Reproduksi, untuk memberikan informasi mengenai infeksi saluran reproduksi wanita dan cara pencegahan serta perawatannya.
3. Kolaborasi: Pemeriksaan Diagnostik, untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (kultur vagina) dan pemeriksaan fisik (IVA, Pap Smear) dalam rangka diagnosa dan perawatan infeksi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai kontrol infeksi yang optimal dan memiliki pemahaman yang baik mengenai infeksi saluran reproduksi wanita. -
Article No. 12809 | 24 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu berusia 42 tahun datang ke poliklinik kandungan untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan. Klien mengatakan bahwa ada keputihan 3 bulan terakhir, dan terasa gatal. Riwayat Kesehatan menstruasi tidak teratur, keputihan berbau dan terkadang bercampur darah, dan menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun. Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, frekuensi nafas 20 kali/menit, frekuensi nadi 88 kali/menit, suhu 37,80 C, tampak lendir dari vagina berwarna kekuningan, berbau, dan genitalia kemerahan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Keputihan Abnormal dan Pemakaian Kontrasepsi Oral.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien mengalami keputihan abnormal yang berbau, berwarna kekuningan, dan disertai rasa gatal. Selain itu, klien juga memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi oral selama 10 tahun. Kondisi ini meningkatkan risiko klien untuk mengalami infeksi, terutama infeksi saluran reproduksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Risiko: Proses Infeksi
- Klien dapat mengenali tanda dan gejala infeksi
- Klien dapat melakukan pencegahan infeksi dengan benar
- Klien dapat menggunakan strategi untuk mengurangi risiko infeksi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Edukasi tentang tanda dan gejala infeksi serta upaya pencegahannya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan
- Monitoring tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara berkala
2. Edukasi Kesehatan
- Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi
- Edukasi tentang penggunaan kontrasepsi yang aman dan tepat
- Edukasi tentang pentingnya pemeriksaan IVA dan Pap smear secara rutin
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat mengenali tanda dan gejala infeksi, melakukan upaya pencegahan infeksi, serta menyadari pentingnya pemeriksaan rutin untuk menjaga kesehatan reproduksi. -
Article No. 12810 | 24 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional tubuh akibat tuberkulosis paru.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan akibat tuberkulosis paru.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat tuberkulosis paru.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
3. Resiko Infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
3. Resiko Infeksi: Pasien dapat terhindar dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen energi, peningkatan aktivitas, dan perawatan nutrisi.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen sekresi.
3. Resiko Infeksi: Identifikasi risiko, pencegahan infeksi, dan manajemen infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu Anda. Terima kasih. -
Article No. 12811 | 24 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Karakteristik Definisi: Adanya batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan lesi di paru.
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Adanya kehilangan nafsu makan dan kemungkinan penurunan kekuatan/energi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif (0410)
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas dan mempertahankan bersihan jalan napas.
- Indikator:
- Batuk efektif
- Sputum dapat dikeluarkan
- Tidak ada suara napas bronkial
- Tidak ada kesulitan bernapas
b. Toleransi Aktivitas (0005)
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan gejala yang tidak diinginkan.
- Indikator:
- Tidak ada kelelahan saat aktivitas
- Tidak ada sesak napas saat aktivitas
- Nafsu makan meningkat
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif (4210)
- Monitoring pernapasan
- Auskultasi suara napas
- Lakukan tindakan batuk efektif
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi inhalasi atau bronkodilator
b. Peningkatan Aktivitas (0200)
- Evaluasi status nutrisi dan kebutuhan kalori
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang tepat
- Buat program aktivitas fisik yang sesuai dengan toleransi pasien
- Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya aktivitas dan nutrisi yang seimbang
Dalam kondisi pasien dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, asuhan keperawatan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi masalah pernapasan dan intoleransi aktivitas. Intervensi yang diberikan harus berfokus pada pemulihan bersihan jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan dan pemulihan yang optimal.