Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12881 | 25 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan memperhatikan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, maka dapat ditentukan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah:
- Suhu tubuh kembali normal
- Klien tidak mengalami komplikasi akibat hipertermia
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab hipertermia
- Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengatasi hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain:
- Pemantauan suhu tubuh
- Pemberian cairan dan elektrolit
- Penggunaan kompres dingin
- Edukasi mengenai pencegahan dan penanganan hipertermia
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, diharapkan dapat memberikan penjelasan yang komprehensif dan mudah dipahami oleh pasien mengenai kondisi kesehatannya serta rencana penanganan yang akan dilakukan. -
Article No. 12882 | 25 Feb 2025
Klinis : diagnosa terkait pengambilan spesimen darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional di Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pengambilan spesimen darah.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi Nosokomial
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Keadaan yang mungkin terjadi atau kemungkinan terjadinya infeksi akibat prosedur atau tindakan yang dilakukan di lingkungan pelayanan kesehatan.
- Faktor Risiko: Kurangnya penerapan prosedur aseptik, kebersihan tangan yang tidak memadai, penggunaan alat yang tidak steril.
- Gejala dan Tanda: Demam, nyeri, kemerahan, pembengkakan, drainase pada area tusukan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi nosokomial, luka tempat pengambilan spesimen darah sembuh.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi pada area pengambilan spesimen darah.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Penerapan prosedur aseptik saat pengambilan spesimen darah, kebersihan tangan sesuai standar, penggunaan alat steril, pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Rasional: Mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang dapat berdampak buruk bagi pasien.
Dalam praktik keperawatan, kami sebagai perawat profesional harus selalu menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan, khususnya dalam pengambilan spesimen darah, guna mencegah risiko infeksi nosokomial pada pasien. -
Article No. 12883 | 25 Feb 2025
Klinis : diagnosa terkait pengambilan spesimen darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pengambilan spesimen darah.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Pengambilan Spesimen Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah Kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri, kemerahan, bengkak, dan drainage pada area pengambilan spesimen darah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menerapkan prosedur pengambilan spesimen darah yang aseptik
b. Memantau tanda-tanda infeksi pada area pengambilan spesimen darah
c. Mengajarkan klien tentang perawatan area pengambilan spesimen darah
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi antibiotik jika diperlukan
Secara umum, diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat prosedur pengambilan spesimen darah yang tidak aman. Perawat memiliki peran penting dalam memastikan prosedur dilakukan secara aseptik dan memantau perkembangan kondisi klien untuk mencegah komplikasi. -
Article No. 12884 | 25 Feb 2025
Klinis : diagnosa terkait pengambilan spesimen darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pengambilan spesimen darah, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Komplikasi Prosedur Pengambilan Spesimen Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko adanya komplikasi yang dapat terjadi selama atau setelah prosedur pengambilan spesimen darah, seperti hematoma, infeksi, perdarahan, atau nyeri.
- Penyebab: Teknik pengambilan spesimen yang tidak tepat, kondisi fisiologis pasien, atau riwayat komplikasi pada prosedur sebelumnya.
- Gejala dan Tanda: Nyeri, perdarahan, hematoma, atau tanda-tanda infeksi di lokasi pengambilan spesimen.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi komplikasi selama atau setelah prosedur pengambilan spesimen darah.
- Kriteria Hasil: Tidak ada nyeri, perdarahan, hematoma, atau tanda-tanda infeksi di lokasi pengambilan spesimen.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Verifikasi jenis spesimen yang akan diambil dan kepatuhan terhadap prosedur standar pengambilan spesimen darah.
2. Memastikan teknik aseptik yang tepat selama pengambilan spesimen.
3. Memantau tanda-tanda vital pasien sebelum, selama, dan setelah prosedur.
4. Memberikan kompres hangat atau dingin pada lokasi pengambilan spesimen untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
5. Mengajarkan pasien untuk melakukan kompresi pada lokasi pengambilan spesimen setelah prosedur.
6. Memantau dan mendokumentasikan adanya komplikasi selama dan setelah prosedur.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk meminimalkan risiko komplikasi pada prosedur pengambilan spesimen darah. -
Article No. 12885 | 25 Feb 2025
Klinis : diagnosa terkait pengamblan spesimen darah pada pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI).
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI).
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menjelaskan setiap poin tersebut dengan nada akademis.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien adalah "Nyeri Prosedural". Diagnosa ini menggambarkan adanya rasa tidak nyaman yang dialami oleh pasien akibat prosedur pengambilan spesimen darah.
Karakteristik definisi dari diagnosa "Nyeri Prosedural" adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh pasien sebagai akibat dari prosedur diagnostik atau terapeutik yang dilakukan. Penyebab utamanya adalah tindakan medis atau prosedur keperawatan yang dilakukan pada pasien.
Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah:
a. Pasien melaporkan nyeri atau rasa tidak nyaman saat prosedur pengambilan spesimen darah dilakukan.
b. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang meringis atau mengernyit saat prosedur dilakukan.
c. Pasien menunjukkan perilaku protektif terhadap area yang terkena prosedur.
d. Pasien menunjukkan tanda-tanda fisiologis nyeri, seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri saat prosedur pengambilan spesimen darah dilakukan.
b. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks dan tenang saat prosedur dilakukan.
c. Pasien tidak menunjukkan perilaku protektif terhadap area yang terkena prosedur.
d. Tanda-tanda fisiologis nyeri, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan, kembali ke dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen Nyeri:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pemicu nyeri.
- Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai prosedur pengambilan spesimen darah yang akan dilakukan.
- Mengajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi rasa nyeri.
- Memberikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter, jika diperlukan.
- Melakukan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
b. Manajemen Kecemasan:
- Melakukan pengkajian tingkat kecemasan pasien terkait prosedur pengambilan spesimen darah.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien, serta menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Mengajarkan teknik distraksi, seperti mengajak pasien untuk bercerita atau melakukan aktivitas menyenangkan, untuk mengalihkan perhatian dari prosedur.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien untuk memberikan dukungan selama prosedur dilakukan.
c. Manajemen Perilaku:
- Mengobservasi dan mencatat perilaku protektif yang ditunjukkan oleh pasien saat prosedur pengambilan spesimen darah dilakukan.
- Memberikan pujian dan penguatan positif saat pasien menunjukkan perilaku kooperatif selama prosedur.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya prosedur pengambilan spesimen darah untuk diagnosis dan perawatan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang mencakup manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan manajemen perilaku, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, ekspresi wajah yang lebih rileks, tidak adanya perilaku protektif, serta tanda-tanda fisiologis nyeri yang kembali normal. -
Article No. 12886 | 25 Feb 2025
Klinis : Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien adalah "Risiko Cedera". Pengambilan spesimen darah merupakan tindakan invasif yang dapat menyebabkan risiko cedera pada pasien, seperti perdarahan, hematoma, atau infeksi. Diagnosa ini mencerminkan adanya potensi masalah kesehatan yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan risiko cedera terkait pengambilan spesimen darah, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Integritas Jaringan Tidak Terganggu: Pasien tidak mengalami perdarahan, hematoma, atau infeksi pada area pengambilan spesimen darah.
b. Bebas Nyeri: Pasien tidak merasakan nyeri atau ketidaknyamanan yang signifikan selama dan setelah pengambilan spesimen darah.
c. Pemulihan Cedera Tepat Waktu: Pasien menunjukkan penyembuhan yang normal pada area pengambilan spesimen darah tanpa adanya komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi:
a. Identifikasi Risiko: Melakukan pengkajian menyeluruh terhadap kondisi pasien, riwayat medis, dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera selama pengambilan spesimen darah.
b. Persiapan Prosedur: Memastikan peralatan dan lingkungan steril, memberikan penjelasan prosedur kepada pasien, dan memastikan posisi pasien yang aman dan nyaman.
c. Teknik Pengambilan Darah yang Tepat: Menerapkan teknik pengambilan spesimen darah yang sesuai dengan prosedur, memperhatikan kondisi pembuluh darah, dan meminimalkan trauma pada area pengambilan.
d. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan keadaan pasien selama dan setelah pengambilan spesimen darah, serta melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur pengambilan spesimen darah, tanda-tanda komplikasi, dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga integritas jaringan, kebebasan dari nyeri, dan pemulihan cedera tepat waktu dapat tercapai pada pasien. -
Article No. 12887 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang diminta terkait kasus ini.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan:
a. Untuk menghitung jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menitnya, dengan menggunakan infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Volume cairan dalam satu flabot NaCl 0,9% adalah 500 ml.
- Cairan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam.
- Maka, laju tetesan yang harus diatur perawat adalah:
Laju tetesan = Volume cairan / Waktu = 500 ml / 8 jam = 62,5 ml/jam
- Dengan infus set mikrodrip (faktor tetes 60), maka jumlah tetesan per menit adalah:
Tetesan per menit = Laju tetesan x Faktor tetes = 62,5 ml/jam x 60 tetes/ml = 375 tetes/menit
b. Untuk menghitung kebutuhan cairan per 24 jam berdasarkan berat badan anak (12 kg), dalam kondisi normal (terapi nutrisi), maka perhitungannya adalah:
- Kebutuhan cairan per 24 jam = 100 ml/kg/hari x 12 kg = 1200 ml/hari
Jika anak mengalami peningkatan suhu menjadi 38,9°C, maka kebutuhan cairan meningkat. Perhitungannya adalah:
- Kebutuhan cairan per 24 jam = (100 ml/kg/hari + 10 ml/kg/hari) x 12 kg = 1320 ml/hari
SOP tindakan mengatur tetesan infus:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan, termasuk infus set mikrodrip.
2. Pastikan cairan infus, volume, dan waktu pemberian sudah sesuai dengan perhitungan.
3. Atur kecepatan tetesan infus sesuai perhitungan yang telah dilakukan:
- Cairan 500 ml harus habis dalam 8 jam, maka laju tetesan = 62,5 ml/jam.
- Dengan infus set mikrodrip (faktor tetes 60), maka tetesan per menit = 375 tetes/menit.
4. Lakukan pemantauan tetesan infus secara kontinu dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
5. Catat semua tindakan dan hasil pemantauan dalam rekam medis pasien.
Praktikkan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam waktu 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab. -
Article No. 12888 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kekurangan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu rentan mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Keseimbangan Cairan Terpelihara, yang ditandai dengan parameter-parameter seperti denyut nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran, berat badan, dan lain-lain dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, respirasi)
2. Hitung kebutuhan cairan per hari berdasarkan berat badan
3. Atur pemberian cairan infus sesuai kebutuhan
4. Observasi tanda-tanda dehidrasi
5. Kolaborasi pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai kondisi
a. Hitungan Tetesan Infus:
Diketahui:
- Volume cairan dalam flabot NaCl 0,9% adalah 500 ml
- Waktu infus harus habis dalam 8 jam
- Faktor tetes infus set mikrodrip adalah 60 tetes/mL
Rumus:
Jumlah tetesan/menit = (Volume cairan / Waktu infus) x Faktor tetes
= (500 ml / 8 jam) x 60 tetes/mL
= 37,5 tetes/menit
b. Kebutuhan Cairan Normal:
Kebutuhan cairan per 24 jam = 100 ml/kgBB/hari
= 100 ml/kg x 12 kg
= 1200 ml/hari
Kebutuhan Cairan saat Peningkatan Suhu:
Kebutuhan cairan tambahan = 10-15% dari kebutuhan normal per setiap kenaikan suhu 1°C di atas 37°C
Kenaikan suhu = 38,9°C - 37°C = 1,9°C
Kebutuhan cairan tambahan = 15% x 1200 ml/hari x 1,9
= 342 ml/hari
Jadi, total kebutuhan cairan anak = 1200 ml/hari + 342 ml/hari = 1542 ml/hari
SOP Mengatur Tetesan Infus:
1. Persiapkan alat (infus set mikrodrip, cairan infus, stand infus, handscoen, masker)
2. Cuci tangan sesuai 6 langkah
3. Pasang tiang infus dan gantung cairan infus
4. Buka kemasan infus set dan pasang ke botol cairan infus
5. Atur kecepatan tetesan infus sesuai perhitungan (37,5 tetes/menit)
6. Amati tetesan infus selama 1 menit 30 detik, pastikan tetesan sesuai
7. Lakukan pencatatan dan dokumentasi
8. Evaluasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
9. Cuci tangan kembali setelah selesai. -
Article No. 12889 | 25 Feb 2025
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Nausea:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Penyebab mual dapat berupa faktor fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Mual: Kemampuan individu untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Kenyamanan: Perasaan sejahtera, bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Manajemen Kenyamanan: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menciptakan perasaan sejahtera, bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemahaman komprehensif terhadap SDKI, SLKI, dan SIKI dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Dengan menggunakan standar ini, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan tujuan perawatan, dan mengimplementasikan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas perawatan, tetapi juga memastikan konsistensi dan keamanan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 12890 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 607? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi asupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi Cairan Tubuh Membaik: Tercapainya keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan: Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
2. Pemantauan Cairan: Pengumpulan dan analisis data terkait asupan dan pengeluaran cairan untuk mengevaluasi status hidrasi.
a. Perhitungan Tetesan Infus:
Rumus: Kecepatan Tetesan (tetes/menit) = Volume Cairan (mL) / Waktu Infus (menit) x Faktor Tetes Infus Set (tetes/mL)
Kecepatan Tetesan = 500 mL / 480 menit x 60 tetes/mL = 62,5 tetes/menit
b. Kebutuhan Cairan per 24 jam:
Kebutuhan Cairan = 100 mL/kgBB/hari
Kebutuhan Cairan = 100 mL/kg x 12 kg = 1200 mL/hari
Jika Suhu Meningkat:
Kebutuhan Cairan Tambahan = 10-15% dari Kebutuhan Cairan Dasar
Kebutuhan Cairan Tambahan = 1200 mL x 15% = 180 mL/hari
Total Kebutuhan Cairan = 1200 mL + 180 mL = 1380 mL/hari
SOP Mengatur Tetesan Infus:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Periksa kembali identitas pasien dan jenis cairan yang akan diberikan.
3. Periksa kemasan cairan dan persiapkan alat infus.
4. Pasang infus set pada kemasan cairan.
5. Atur tetesan infus sesuai perhitungan, yaitu 62,5 tetes/menit.
6. Amati tetesan infus dan lakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien.
7. Catat jumlah cairan yang telah diberikan dan dokumentasikan.
8. Cuci tangan kembali setelah selesai.
Praktikum Pengaturan Tetesan Infus:
Mahasiswa mempraktikkan pengaturan tetesan infus sesuai dengan kasus, yaitu 62,5 tetes/menit, dalam waktu 1 menit 30 detik/15 detik di bawah bimbingan dosen.