Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14963 | 03 Apr 2025
Klinis : Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Harga Diri Rendah Kronis" (D.0086):
1. Kode ICD-10:
- Kode: F34.1
- Deskripsi: Distimia (Persistent Depressive Disorder)
Penjelasan:
Distimia, atau Persistent Depressive Disorder, adalah kondisi depresi kronis yang ditandai dengan perasaan putus asa, rendah diri, dan kurangnya minat atau motivasi yang berlangsung setidaknya selama 2 tahun. Hal ini sering dikaitkan dengan harga diri rendah sebagai salah satu gejala utamanya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.44
- Deskripsi: Psikoterapi, individual
Penjelasan:
Dalam penanganan kondisi harga diri rendah kronis, psikoterapi individual dapat menjadi salah satu intervensi yang direkomendasikan. Psikoterapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan pemahaman yang lebih positif tentang dirinya, meningkatkan rasa harga diri, dan mengatasi gejala depresi yang menyertai.
Kode ICD-9-CM 94.44 mencakup berbagai jenis psikoterapi individual, termasuk terapi kognitif-perilaku, terapi interpersonal, dan pendekatan psikodinamik, yang dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan preferensi pasien. -
Article No. 14965 | 03 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien diusir oleh saudaranya Keponakannya berjanji mengunjunginya di panti werdha namun tidak pernah datang Pasien mengalami gejala seperti, perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, kelelahan. DO: Skor kecemasan: 28 Skor depresi: 21
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien ini dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.2
- Deskripsi: Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan akan berfokus pada terapi psikologis dan farmakologis untuk mengatasi episode depresi.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala depresi berat, termasuk perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, dan kelelahan. Skor kecemasan pasien adalah 28 dan skor depresi adalah 21, yang menunjukkan adanya gangguan depresi berat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh stres psikososial, seperti pengabaian oleh keluarga dan hilangnya dukungan sosial. Penanganan yang tepat diperlukan untuk membantu pasien pulih dari episode depresi berat ini. -
Article No. 14966 | 03 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien diusir oleh saudaranya Keponakannya berjanji mengunjunginya di panti werdha namun tidak pernah datang Pasien mengalami gejala seperti, perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, kelelahan. DO: Skor kecemasan: 28 Skor depresi: 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Depresi
Penjelasan:
- Risiko Depresi merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan adanya kemungkinan seseorang mengalami depresi.
- Pasien menunjukkan gejala-gejala depresi seperti perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, dan kelelahan.
- Skor depresi yang tinggi, yaitu 21, juga mendukung diagnosis ini.
2. Kesepian
Penjelasan:
- Kesepian merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan pengalaman subjektif individu merasa terisolasi dan kekurangan hubungan sosial yang memuaskan.
- Pasien diusir oleh saudaranya dan keponakannya tidak pernah mengunjunginya di panti werdha, sehingga menimbulkan perasaan kesepian.
- Kesepian dapat berkontribusi pada munculnya gejala depresi pada pasien.
3. Kecemasan
Penjelasan:
- Kecemasan merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan tentang sesuatu yang akan terjadi dengan hasil yang tidak pasti.
- Skor kecemasan pasien yang tinggi, yaitu 28, menggambarkan adanya kecemasan yang dialami oleh pasien.
- Kecemasan dapat menjadi faktor pencetus atau pemicu munculnya gejala depresi pada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14967 | 03 Apr 2025
Klinis : Nyeri punggung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri punggung.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan:
- Cedera muskuloskeletal
- Proses penyakit
- Stres emosional
Gejala dan Tanda:
- Melaporkan pengalaman nyeri
- Perubahan tanda-tanda vital
- Perubahan ekspresi wajah
- Perubahan pola tidur
- Perubahan aktivitas
Rencana Asuhan Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang efektif
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi Nyeri Akut
- Faktor yang Berhubungan
- Gejala dan Tanda Mayor dan Minor
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengontrolan Nyeri
- Kenyamanan Fisik
- Fungsi Fisik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Terapi Modalitas Nyeri
- Edukasi Manajemen Nyeri
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk membantu pasien dengan nyeri punggung mengatasi masalah kesehatannya. -
Article No. 14968 | 03 Apr 2025
Klinis : Poliklinik rehabilitasi medik: pasien mengeluh nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronis Berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai dengan adanya keluhan nyeri yang menetap di daerah pinggang, yang mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, meningkatkan aktivitas fungsional, dan mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen nyeri, terapi modalitas, edukasi, dan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi.
Sebagai perawat, kami akan melakukan assessment komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal, mengelola nyeri kronis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14969 | 03 Apr 2025
Klinis : Poliklinik rehabilitasi medik: pasien mengeluh nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri pinggang di poliklinik rehabilitasi medik.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri kronik berhubungan dengan penyakit muskuloskeletal, seperti osteoarthritis, herniated disc, atau muscle strain.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, dengan onset yang lambat dan berlangsung lama.
- Faktor-faktor yang berhubungan: Penyakit muskuloskeletal, cedera, stress psikologis, faktor-faktor fisik (postur, aktivitas, dan lain-lain).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit yang dirasakan.
- Toleransi aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengurangi atau menghilangkan sumber nyeri serta meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
- Terapi latihan: Intervensi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan koordinasi otot.
Dalam penanganan pasien dengan nyeri pinggang di poliklinik rehabilitasi medik, perawat dapat melakukan assessment yang komprehensif, memberikan intervensi manajemen nyeri (seperti terapi latihan, terapi modalitas, dan edukasi), serta memantau luaran yang diharapkan seperti kontrol nyeri dan toleransi aktivitas pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti fisioterapis, juga diperlukan untuk optimalisasi penanganan pasien. -
Article No. 14970 | 03 Apr 2025
Klinis : pengkajian pada pasien kerusakan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, malnutrisi, gangguan peredaran darah, dan faktor lainnya.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), penjelasan singkat untuk kondisi ini adalah sebagai berikut:
SDKI:
- Faktor Risiko: Imobilitas, malnutrisi, gangguan peredaran darah, perubahan sensasi, kelembapan, usia lanjut, dan kondisi lain yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit.
- Karakteristik Definisi: Adanya kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya, yang dapat ditandai dengan perubahan warna, integritas, tekstur, dan sensasi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, tidak ada tanda infeksi, tidak ada komplikasi, dan tidak ada peningkatan luas kerusakan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, manajemen nutrisi, manajemen posisi, manajemen berat badan, manajemen sensasi, dan intervensi lain yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko, karakteristik kerusakan, dan riwayat kesehatan pasien. Kemudian, saya akan menyusun rencana perawatan yang berfokus pada pencegahan komplikasi, penyembuhan luka, dan peningkatan integritas kulit pasien. -
Article No. 14971 | 03 Apr 2025
Klinis : Pasien sulit Mengeluarkan feces karena anus mengecil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien sulit mengeluarkan feses karena anus mengecil adalah "Konstipasi". Konstipasi didefinisikan sebagai penurunan frekuensi, konsistensi, atau pengeluaran feses yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan mampu mempertahankan pola defekasi yang normal dalam rentang waktu yang ditentukan.
2. Pasien akan mengalami penurunan gejala konstipasi, seperti rasa penuh pada abdomen, nyeri, dan ketidaknyamanan saat BAB.
3. Pasien akan menunjukkan kemampuan dalam melakukan manajemen konstipasi secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian komprehensif terkait riwayat dan pola defekasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan kesulitan saat BAB.
2. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap konstipasi, seperti diet, aktivitas, dan penggunaan obat-obatan.
3. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai konstipasi, penyebab, dan pentingnya manajemen yang tepat.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis yang tepat, seperti laksatif atau supositoria.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan dan serat dalam diet untuk memperlancar proses defekasi.
6. Bimbing pasien dalam melakukan latihan fisik atau aktivitas yang dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal.
7. Ajarkan teknik relaksasi dan posisi yang tepat saat BAB untuk memfasilitasi pengeluaran feses.
8. Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan, serta modifikasi intervensi jika diperlukan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan "Konstipasi" dipilih karena pasien mengalami kesulitan dalam mengeluarkan feses, yang dapat disebabkan oleh penyempitan anus. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan pada fungsi eliminasi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup tiga aspek utama: (1) pemulihan pola defekasi yang normal, (2) penurunan gejala konstipasi, dan (3) peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola konstipasi secara mandiri. Tujuan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi eliminasi pasien dan meningkatkan kualitas hidup.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian menyeluruh, identifikasi faktor penyebab, edukasi, pemberian terapi yang tepat, modifikasi gaya hidup, teknik relaksasi, serta pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan. Pendekatan holistik ini bertujuan untuk mengatasi konstipasi secara komprehensif dan memfasilitasi pemulihan pasien.
Saya berharap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien sulit mengeluarkan feses karena anus mengecil. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 14940 | 02 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang Berhubungan: Akumulasi sekresi, letargi, aspirasi, kelemahan otot pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Faktor yang Berhubungan: Kelemahan, kelelahan, dispnea.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko: Imunosupresi, malnutrisi, pemaparan lingkungan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas dengan mudah.
- Pasien mempertahankan patensi jalan napas.
- Pasien menunjukkan suara napas yang jernih.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
- Pasien memiliki tingkat energi yang memadai untuk melakukan aktivitas.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
3. Bebas Infeksi
- Pasien tidak mengalami tanda dan gejala infeksi.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan peningkatan status imunitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Posisikan pasien untuk memudahkan drainase sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif dan pernapasan dalam
- Berikan humidifikasi dan nebulisasi sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan oksigenasi pasien
2. Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas pasien
- Berikan aktivitas sesuai tingkat toleransi pasien
- Latih pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
3. Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan imunitas
- Ajarkan teknik pencegahan infeksi (cuci tangan, masker)
- Pantau tanda-tanda infeksi dan hasil pemeriksaan laboratorium
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan memaksimalkan pemulihan pasien. -
Article No. 14941 | 02 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk pasien pria usia 45 tahun dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, infeksi saluran pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit fisik, keterbatasan fisik.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan, penyakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien akan mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan.
2. Toleransi Aktivitas: Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Status Nutrisi: Pasien akan mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitoring respirasi dan oksigenasi
- Suction jika diperlukan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi toleransi pasien terhadap aktivitas
- Modifikasi aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Berikan dukungan dan edukasi untuk meningkatkan aktivitas
3. Manajemen Nutrisi
- Identifikasi faktor yang memengaruhi asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosis awal tuberkulosis paru, dan standar keperawatan SDKI-SLKI-SIKI, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah fokus pada pembersihan jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, dan manajemen nutrisi untuk memfasilitasi pemulihan dan perawatan yang optimal.