Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12983 | 28 Feb 2025
Klinis : Ny S (29 tahun) dan Tn AS (35 tahun) beserta kedua anak mereka (An.L, 8 tahun dan An.K, 4 tahun) tinggal di kos-kosan dengan ukuran 4x5 m2. Kamar mandi digunakan bersama penghuni kos yang lain. Perabotan rumah tangga yang ada di ruang kos antara lain: 1 kasur susun , kasur lantai 1, TV, lemari baju besar, kulkas, dispenser, ricecooker, dan rak piring. Selain itu, ventilasi ruangan minim sehingga terasa lembab serta penerangan lampu yang sedikit redup. Lorong depan kamar kos gelap, lembap, dan sedikit licin. Sementara itu, Ny. S mengatakan jika nafsu makan An. L berkurang. An. L suka makan dengan telur, dan sayur bayam dengan wortel. Jika tidak ada telur nafsu makan berkurang hanya 1 kali sehari. An. L terlihat kecil dan kurus (BB=12 Kg, TB=90 cm). Tentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai untuk kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan untuk Ny. S (29 tahun) dan Tn. AS (35 tahun) serta anak-anak mereka An. L (8 tahun) dan An. K (4 tahun):
1. Risiko malnutrisi berhubungan dengan konsumsi makanan yang tidak adekuat
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Konsumsi Makanan
- SIKI: Intervensi Nutrisi
Penjelasan singkat:
Kondisi tempat tinggal yang sempit, minimnya ventilasi, dan kurangnya variasi makanan dapat menyebabkan risiko malnutrisi, terutama pada anak-anak. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status gizi, edukasi tentang gizi seimbang, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan meningkatkan asupan nutrisi.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan yang tidak aman
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Keselamatan
- SIKI: Manajemen Lingkungan
Penjelasan singkat:
Lorong depan kamar kos yang gelap, lembap, dan sedikit licin dapat meningkatkan risiko jatuh, terutama bagi anak-anak. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi modifikasi lingkungan, pemasangan penerangan yang cukup, dan edukasi tentang keselamatan untuk mengurangi risiko jatuh.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi sanitasi yang kurang
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Lingkungan
Penjelasan singkat:
Kondisi kamar mandi yang digunakan bersama penghuni kos lain dan lingkungan yang lembap dapat meningkatkan risiko infeksi. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian higiene dan sanitasi, edukasi tentang kebersihan diri dan lingkungan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan mencegah infeksi.
Secara umum, intervensi yang dapat dilakukan meliputi edukasi tentang gizi seimbang, keselamatan, dan kebersihan diri serta lingkungan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Selain itu, modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan juga perlu dipertimbangkan. -
Article No. 12984 | 28 Feb 2025
Klinis : klien berusia 31 tahun seorang perempuan mengeluh sejak 7 bulan muncul kaligata. keluhan biduran diseluruh tubuh sampai ke wajah. hilang apabila minum obat alergi klien punya gigi berlubang. bila terkena suhu dingin keluhan lebih cepat muncul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu adanya keluhan berupa munculnya kaligata (urtikaria) di seluruh tubuh hingga wajah, serta timbulnya keluhan yang lebih cepat muncul ketika terkena suhu dingin, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan respons alergi yang ditandai dengan munculnya biduran di seluruh tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan:
a. Klien mampu melakukan aktivitas rutin tanpa timbulnya keluhan biduran.
b. Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan tanpa timbulnya keluhan yang lebih cepat.
c. Klien mampu mengenali dan menghindari faktor pencetus munculnya biduran.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Alergi, meliputi:
a. Identifikasi faktor pencetus alergi, seperti suhu dingin, makanan, obat-obatan, dsb.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) untuk pemberian terapi obat alergi yang sesuai.
c. Edukasi klien dan keluarga mengenai cara menghindari faktor pencetus alergi.
d. Monitoring tanda-tanda vital dan respons klien terhadap pengobatan.
2. Manajemen Aktivitas, meliputi:
a. Pengkajian kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Perencanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien tanpa memicu munculnya keluhan biduran.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu makanan yang aman bagi klien.
d. Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya aktivitas yang sesuai dengan toleransi tubuh klien.
3. Manajemen Lingkungan, meliputi:
a. Modifikasi lingkungan untuk menciptakan suhu yang nyaman bagi klien.
b. Identifikasi dan minimalisasi faktor pencetus alergi di lingkungan.
c. Edukasi klien dan keluarga mengenai cara menjaga lingkungan yang aman dan nyaman.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena keluhan biduran yang dialami klien dapat menghambat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biduran yang muncul di seluruh tubuh, termasuk wajah, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gatal, dan rasa terbakar yang dapat mengganggu mobilitas klien.
Luaran yang diharapkan adalah "Toleransi Aktivitas Meningkat", yang berarti klien mampu melakukan aktivitas rutin tanpa timbulnya keluhan biduran, beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan, serta mampu mengenali dan menghindari faktor pencetus munculnya biduran. Tujuan ini dipilih untuk mengembalikan kemandirian klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Alergi, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Lingkungan. Melalui intervensi ini, diharapkan klien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus alergi, mendapatkan terapi yang sesuai, serta dapat melakukan aktivitas dengan aman dan nyaman di lingkungan yang sesuai dengan kondisinya.
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk membantu klien mencapai toleransi aktivitas yang optimal, sehingga dapat kembali beraktivitas dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 12985 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tn. J yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA)
2. Isolasi Sosial (NANDA)
3. Gangguan Proses Pikir (NANDA)
4. Insomnia (NANDA)
5. Harga Diri Rendah (NANDA)
Penjelasan singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA)
- SDKI: Perilaku Kekerasan
- SLKI: Kontrol Perilaku
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial (NANDA)
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Terapi Kelompok, Terapi Keluarga
3. Gangguan Proses Pikir (NANDA)
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Pemulihan Fungsi Kognitif
- SIKI: Terapi Realitas, Terapi Kognitif
4. Insomnia (NANDA)
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur
- SIKI: Terapi Relaksasi, Edukasi Manajemen Tidur
5. Harga Diri Rendah (NANDA)
- SDKI: Harga Diri Rendah
- SLKI: Konsep Diri
- SIKI: Terapi Kognitif, Terapi Kelompok
Dalam penanganan kondisi Tn. J, perawat perlu mempertimbangkan aspek-aspek tersebut dalam perencanaan dan implementasi asuhan keperawatan yang komprehensif, dengan tujuan untuk membantu pasien dalam mengelola kondisi psikologis dan sosialnya, serta meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 12986 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih untuk informasi yang diberikan mengenai kondisi Tn. J. Berdasarkan keterangan yang ada, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Proses Pikir
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Perilaku Kekerasan
- SLKI: Pengelolaan Perilaku Kekerasan
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien berisiko mengalami perilaku kekerasan yang ditandai dengan kecenderungan untuk melukai diri sendiri, seperti mencoba bunuh diri dengan membenturkan kepala ke dinding. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang aman, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau tanda-tanda perilaku kekerasan secara berkala.
2. Gangguan Proses Pikir
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Penatalaksanaan Gangguan Proses Pikir
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Gangguan Proses Pikir
Pasien mengalami gangguan proses pikir yang ditandai dengan adanya halusinasi auditori berupa suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul diri sendiri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi pemahaman pasien tentang halusinasi, memantau tanda-tanda psikotik, dan memberikan pendidikan kesehatan terkait manajemen halusinasi.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SDKI: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SLKI: Penatalaksanaan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pasien mengalami gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah, yang ditandai dengan perasaan tidak berguna dan malu karena tidak dapat bekerja seperti dulu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang dimiliki, memberikan umpan balik positif, dan melibatkan keluarga dalam proses peningkatan harga diri.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi Tn. J. Harapan saya, informasi ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 12987 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. J yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Bunuh Diri
- Gangguan Proses Pikir
- Harga Diri Rendah Kronis
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Bunuh Diri
- SDKI: Keadaan di mana individu memiliki niat dan/atau rencana untuk melukai diri sendiri secara serius, yang dapat menyebabkan kematian.
- SLKI: Individu tidak melakukan upaya bunuh diri, dapat mengenali pikiran/rencana untuk bunuh diri, dan dapat menerima bantuan untuk mengatasi pikiran/rencana bunuh diri.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk mendeteksi dan mengelola risiko bunuh diri pada individu.
b. Gangguan Proses Pikir
- SDKI: Gangguan fungsi kognitif yang ditandai dengan perubahan persepsi, pemikiran, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
- SLKI: Individu dapat memperbaiki proses berpikir, mengenali dan mengatasi gangguan proses pikir.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan proses pikir.
c. Harga Diri Rendah Kronis
- SDKI: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
- SLKI: Individu dapat meningkatkan penerimaan diri, memiliki keyakinan diri yang positif, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk membantu individu dalam meningkatkan harga diri yang rendah.
Berdasarkan kondisi Tn. J, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Bunuh Diri, Gangguan Proses Pikir, dan Harga Diri Rendah Kronis. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah deteksi dan manajemen risiko bunuh diri, manajemen gangguan proses pikir, serta peningkatan harga diri. -
Article No. 12988 | 28 Feb 2025
Klinis : Tn. M berumur 29 tahun, beragama Islam, masuk RSJ dengan keluhan sering berbicara sendiri, dan marah tanpa alasan bahkan sering lepas kendali sehingga hampir mencederai orang lain karena sulit mengontrol perilaku kekerasan yang dilaporkan oleh keluarga. Tn. M merupakan anak kedua dari 4 bersaudara yang tinggal bersama ayah kandung dan ibu pasien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Tn.M tidak bekerja sehingga ia merasa frustasi karena harus hidup bergantung pada ayahnya. Rasa frustasinya tersebut menyebabkan ia memilih untuk menggunakan NAPZA. Tn.M mengatakan bahwa sering mendengarkan suara bisikan yang menyuruhnya untuk menyerang orang lain. Keluarga menyatakan bahwa tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pada saat pengkajian, pasien tampak menghindari kontak mata dan didapati pasien bicara sendiri dan sering melamun dengan TD : 120/70 mm/Hg N : 82 ×/ menit S : 36.7 ℃ P : 16 ×/ menit, TB : 165 cm BB : 51 Kg. Tn.M juga tidak memiliki keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Tn. M:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi Pendengaran
3. Isolasi Sosial
Penjelasan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Kontrol Perilaku, Manajemen Agresi
- SIKI: Terapi Perilaku, Manajemen Lingkungan, Edukasi Pencegahan Risiko
Tn. M menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan seperti sering marah tanpa alasan dan hampir mencederai orang lain karena sulit mengontrol perilakunya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan terapi perilaku, manajemen lingkungan, dan edukasi pencegahan risiko untuk membantu Tn. M dalam mengontrol perilaku kekerasan.
2. Halusinasi Pendengaran
- SDKI: Halusinasi Pendengaran
- SLKI: Kontrol Halusinasi, Manajemen Sensori
- SIKI: Terapi Realitas, Terapi Okupasi, Relaksasi
Tn. M melaporkan sering mendengarkan suara bisikan yang menyuruhnya untuk menyerang orang lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan terapi realitas, terapi okupasi, dan relaksasi untuk membantu Tn. M mengendalikan halusinasi pendengaran yang dialaminya.
3. Isolasi Sosial
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial, Sosialisasi
- SIKI: Terapi Kelompok, Bimbingan Keluarga, Sosialisasi
Tn. M tampak menghindari kontak mata dan sering melamun, yang dapat menggambarkan adanya isolasi sosial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan terapi kelompok, bimbingan keluarga, dan sosialisasi untuk membantu Tn. M meningkatkan interaksi dan sosialisasi dengan orang lain.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan jiwa di Indonesia. -
Article No. 12991 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan pernah menderita penyakit herpes dan infeksi pada hidung, tenggorokan dan telinga Pasien terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan pasien.
2. Risiko infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya infeksi pada pasien.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas, yang mengindikasikan adanya nyeri akut.
- Perawat perlu melakukan intervensi untuk menilai, memantau, dan mengelola nyeri yang dialami pasien, serta memberikan terapi yang sesuai untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Risiko Infeksi:
- Pasien memiliki riwayat infeksi pada hidung, tenggorokan, dan telinga, serta riwayat penyakit herpes, yang meningkatkan risiko infeksi.
- Perawat perlu melakukan intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya infeksi, seperti pemantauan tanda-tanda infeksi, higiene personal, dan pemberian edukasi kepada pasien mengenai pencegahan infeksi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus merujuk pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 12992 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan pernah menderita penyakit herpes dan infeksi pada hidung, tenggorokan dan telinga Pasien terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas etiologi : virus herpes simpleks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Riwayat Infeksi Herpes Simpleks
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien memiliki riwayat penyakit herpes simpleks dan infeksi pada hidung, tenggorokan, serta telinga. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi baru atau reaktivasi infeksi herpes simpleks. Pasien juga terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas, yang dapat menjadi tanda-tanda awal terjadinya infeksi.
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan ini dapat ditegakkan dengan karakteristik utama berupa:
- Riwayat infeksi herpes simpleks
- Tanda-tanda infeksi (seperti gelisah dan nyeri pada ekstremitas)
- Potensi terjadinya infeksi baru atau reaktivasi infeksi herpes simpleks
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
- Pemberian terapi antiviral sesuai dengan indikasi
- Edukasi mengenai pencegahan dan pengelolaan infeksi herpes simpleks
- Manajemen nyeri dan kecemasan yang menyertai kondisi tersebut. -
Article No. 12993 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan pernah menderita penyakit herpes dan infeksi pada hidung, tenggorokan dan telinga Pasien terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis infeksi pada hidung, tenggorokan, dan telinga.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya rasa nyeri, pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, serta pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian analgesik, terapi kompres hangat/dingin, teknik relaksasi, distraksi, dan edukasi manajemen nyeri kepada pasien.
Selain itu, pasien juga perlu dievaluasi terkait tanda-tanda infeksi pada hidung, tenggorokan, dan telinga, serta diberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi infeksi tersebut.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda paparkan. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 12994 | 28 Feb 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan tenggorokan terasa nyeri serta kepala terasa sakit seperti ditusuk DO: -Pasien mengalami penigkatan suhu hingga 40 °C yang disertai kejang-kejang DS: Pasien mengatakan pernah menderita penyakit herpes dan infeksi pada hidung, tenggorokan dan telinga DO: Pasien terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri pada ekstremitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi akut, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh hingga 40°C dan kejang-kejang.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal sebagai respons terhadap stimulus panas atau infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia antara lain suhu tubuh kembali normal, tidak ada tanda-tanda komplikasi, dan tidak ada keluhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengukur dan memantau suhu tubuh, memberikan kompres dingin, mengatur asupan cairan, dan mengobati penyebab infeksi.
Selain itu, berdasarkan keluhan dan temuan fisik yang Anda sampaikan, pasien juga dapat mengalami:
2. Nyeri tenggorokan berhubungan dengan infeksi akut pada tenggorokan, ditandai dengan keluhan nyeri pada tenggorokan.
3. Kecemasan berhubungan dengan nyeri akut, ditandai dengan pasien terlihat gelisah dan menahan rasa nyeri.
Perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, serta memantau respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.