Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13082 | 01 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke ugd dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah dikarenakan sakit ketika mengunyah dengan hasil pemeriksaan TD :110/70 mmHg, N=88 x/menit, S=36 C, Rr= 20 x/menit, nafsu makan menurun. buatlah diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Pasien mengeluhkan rasa sakit pada leher sebelah kiri dan sulit mengunyah karena rasa sakit saat mengunyah. Hal ini menunjukkan adanya gejala nyeri akut yang dialami oleh pasien.
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan dapat dikenali penyebabnya.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, dapat beradaptasi terhadap nyeri, dan dapat mengendalikan nyeri.
Sementara itu, menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat atau dingin, distraksi, dan edukasi pasien tentang strategi mengatasi nyeri.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengelola nyeri akut yang dialami pasien dan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 13083 | 01 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke ugd dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah dikarenakan sakit ketika mengunyah dengan hasil pemeriksaan TD :110/70 mmHg, N=88 x/menit, S=36 C, Rr= 20 x/menit, nafsu makan menurun. buatlah diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah karena nyeri, penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada otot/sendi leher, ditandai dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah, dan penurunan nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Melaporkan penurunan skala nyeri dari 5 menjadi 2 atau kurang.
2. Mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Melaporkan peningkatan kemampuan untuk mengunyah makanan.
4. Melaporkan peningkatan nafsu makan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Berikan tindakan farmakologis sesuai dengan resep dokter, seperti pemberian analgesik.
c. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan rencana perawatan yang optimal.
2. Peningkatan Kemampuan Makan
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan makanan.
b. Rekomendasikan makanan yang lembut dan mudah ditelan, serta hindari makanan yang keras atau sulit dikunyah.
c. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
d. Ajarkan teknik makan yang tepat agar dapat meminimalkan rasa nyeri saat mengunyah.
3. Peningkatan Status Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, intake makanan, dan pemeriksaan laboratorium.
b. Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk proses pemulihan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
d. Pantau asupan makanan dan cairan pasien, serta lakukan intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien mengatasi nyeri pada leher, meningkatkan kemampuan mengunyah, dan memperbaiki status nutrisinya. -
Article No. 13084 | 01 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke ugd dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah dikarenakan sakit ketika mengunyah dengan hasil pemeriksaan TD :110/70 mmHg, N=88 x/menit, S=36 C, Rr= 20 x/menit, nafsu makan menurun. buatlah diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Kami akan memberikan diagnosa, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah karena nyeri saat mengunyah, nafsu makan menurun, serta hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan TD 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36°C, dan respirasi 20 x/menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit/cedera pada otot atau sendi di area leher kiri, ditandai dengan skala nyeri 6-8, sulit mengunyah, dan nafsu makan menurun.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien akan melaporkan penurunan nyeri dari skala 6-8 menjadi skala 2-3.
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien akan dapat mengunyah makanan dengan nyeri minimal.
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien akan memiliki nafsu makan yang meningkat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji tipe, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
b. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep dokter.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat pada area leher kiri, relaksasi, dan distraksi.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Peningkatan Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, nafsu makan, dan pola makan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Berikan makanan lunak dan mudah ditelan untuk mengurangi nyeri saat mengunyah.
d. Dorong pasien untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi.
e. Pantau asupan nutrisi pasien dan evaluasi kemajuan.
3. Manajemen Aktivitas:
a. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai.
c. Ajarkan pasien teknik penggunaan alat bantu, jika diperlukan, untuk menghindari nyeri saat beraktivitas.
d. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya.
e. Evaluasi kemajuan pasien dalam melakukan aktivitas.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, peningkatan kemampuan mengunyah, dan peningkatan nafsu makan. Kami berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 13085 | 01 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke ugd dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah dikarenakan sakit ketika mengunyah dengan hasil pemeriksaan TD :120/80 mmHg, N=86 x/menit, S=37 C, Rr= 20 x/menit, nafsu makan menurun. buatlah diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien A adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera muskuloskeletal, ditandai dengan keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah karena sakit, dan penurunan nafsu makan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Nyeri: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari tingkat tinggi menjadi ringan atau sedang.
2. Peningkatan Kemampuan Makan: Pasien dapat makan dengan nyaman tanpa rasa sakit saat mengunyah.
3. Peningkatan Nafsu Makan: Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan kembali ke tingkat normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji nyeri pasien secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
d. Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri pasien.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk pola makan, preferensi makanan, dan hambatan makan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien, misalnya makanan lunak atau makanan yang mudah ditelan.
c. Bantu pasien dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang direkomendasikan.
d. Pantau asupan nutrisi dan cairan pasien, serta lakukan intervensi jika terjadi penurunan.
3. Edukasi Kesehatan:
a. Jelaskan penyebab dan tanda-tanda nyeri pada leher serta pentingnya pengobatan yang tepat.
b. Instruksikan pasien untuk melakukan latihan atau terapi fisik yang sesuai untuk mempercepat pemulihan.
c. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri dan strategi untuk meningkatkan nafsu makan.
d. Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan bagi pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut berhubungan dengan cedera muskuloskeletal" dipilih karena pasien mengalami keluhan rasa sakit pada leher sebelah kiri, sulit mengunyah karena sakit, dan penurunan nafsu makan. Hal ini menunjukkan adanya gangguan muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri akut.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup penurunan nyeri, peningkatan kemampuan makan, dan peningkatan nafsu makan. Hal ini bertujuan untuk mengatasi masalah utama yang dialami pasien dan memulihkan kondisinya secara optimal.
Intervensi keperawatan yang direkomendasikan meliputi manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dan edukasi kesehatan. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, baik dengan obat-obatan maupun teknik nonfarmakologis. Manajemen nutrisi bertujuan untuk memastikan pasien dapat makan dengan nyaman dan memenuhi kebutuhan gizinya. Edukasi kesehatan bertujuan untuk membantu pasien memahami kondisinya, mengelola nyeri, dan meningkatkan pemulihan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat memperoleh hasil yang optimal, yaitu penurunan nyeri, peningkatan kemampuan makan, dan peningkatan nafsu makan. -
Article No. 13086 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 55 tahun, pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang telah menjalani hemodialisis selama dua tahun, datang ke RSJ dengan tampilan lemah, ekspresi datar, dan menghindari kontak mata. Ketika dilakukan pemeriksaan, didapatkan TTV : TD=162/88 mmHg, N=87, S=36,7°C, RR=17, Tn. B kurang responsif, sering menunduk, dan berbicara pelan dengan jawaban singkat. Sejak didiagnosis, ia mengalami penurunan berat badan akibat dari nafsu makannya yang menurun sejak ia menjalani hemodialisis dan kelemahan, yang mengurangi rasa percaya diri dan membuatnya tidak nyaman dengan penampilannya. Keterbatasan aktivitas memperburuk perasaannya terasing dari teman dan keluarga, sehingga ia menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga serta kegiatan sosial, dan memilih mengurung diri didalam kamar. Tn. B mengalami tekanan emosional berat akibat beban ekonomi dari biaya hemodialisis yang tinggi, ketergantungan pada orang lain, dan ketidakpastian masa depan. Ia merasa putus asa, tidak antusias terhadap aktivitas, dan menunjukkan ekspresi wajah kosong. Meskipun mendapat dukungan keluarga, ia merasa tidak berharga dan kesepian, sering mengungkapkan bahwa hidupnya tidak berarti. Ia merasa kehidupannya bergantung pada mesin hemodialisis dan tidak memiliki harapan untuk sembuh, bahkan sering menyatakan keinginan untuk menghentikan pengobatan karena merasa percuma. Keluarga yang awalnya mencoba memberikan dukungan semakin khawatir karena pasien menolak diajak berbicara dan menunjukkan tanda-tanda keputusasaan yang mendalam, seperti sering diam berjam-jam tanpa melakukan aktivitas apa pun, tidak memiliki harapan terhadap masa depan, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berhenti berusaha.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Proses Berpikir Kronis
Definisi: Gangguan dalam proses berpikir yang berlangsung terus-menerus dan menyebabkan perubahan dalam fungsi kognitif, emosional, dan perilaku.
Karakteristik Utama: Perubahan persepsi realitas, defisit dalam kemampuan berpikir abstrak, tidak mampu membuat keputusan, dan kurang kemampuan untuk memecahkan masalah.
2. Isolasi Sosial
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perasaan terisolasi dari orang lain, kurang memiliki hubungan sosial yang memuaskan, dan merasa sendiri.
Karakteristik Utama: Menarik diri dari interaksi sosial, kurang partisipasi dalam aktivitas sosial, dan perasaan tidak dimengerti oleh orang lain.
3. Depresi
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, dan tidak berdaya yang berlangsung terus-menerus dan mengganggu fungsi sehari-hari.
Karakteristik Utama: Perubahan dalam mood, kehilangan minat, penurunan harga diri, rasa tidak berharga, dan keinginan untuk mati.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Berpikir Membaik
- Pasien dapat mengidentifikasi persepsi realitas yang akurat.
- Pasien dapat membuat keputusan yang tepat.
- Pasien dapat memecahkan masalah secara efektif.
2. Interaksi Sosial Membaik
- Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
- Pasien dapat membangun hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
- Pasien merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain.
3. Depresi Berkurang
- Pasien menunjukkan perubahan mood yang lebih positif.
- Pasien menunjukkan minat dan motivasi dalam aktivitas sehari-hari.
- Pasien memiliki harga diri yang lebih baik.
- Pasien tidak lagi mengungkapkan keinginan untuk mati.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Proses Berpikir Kronis:
- Asesmen kognitif untuk mengidentifikasi defisit dalam fungsi berpikir
- Terapi kognitif untuk membantu pasien memodifikasi pola berpikir yang maladaptif
- Psikoedukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang kondisinya
- Latihan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
2. Intervensi untuk Isolasi Sosial:
- Fasilitasi interaksi sosial dengan melibatkan pasien dalam kegiatan kelompok
- Dukungan emosional dan motivasi untuk membangun hubungan interpersonal
- Psikoedukasi kepada keluarga untuk memahami dan mendukung interaksi sosial pasien
- Pelatihan keterampilan komunikasi dan sosialisasi
3. Intervensi untuk Depresi:
- Asesmen terhadap gejala depresi secara komprehensif
- Terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi pola pikir negatif dan meningkatkan mood
- Terapi reminiscence untuk meningkatkan harga diri dan membangun harapan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental untuk pemberian terapi antidepresan jika diperlukan
- Psikoedukasi dan dukungan emosional bagi pasien dan keluarga
Setiap intervensi keperawatan perlu dilakukan secara sistematis, holistik, dan kolaboratif dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 13087 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 55 tahun, pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang telah menjalani hemodialisis selama dua tahun, datang ke RSJ dengan tampilan lemah, ekspresi datar, dan menghindari kontak mata. Ketika dilakukan pemeriksaan, didapatkan TTV : TD=162/88 mmHg, N=87, S=36,7°C, RR=17, Tn. B kurang responsif, sering menunduk, dan berbicara pelan dengan jawaban singkat. Sejak didiagnosis, ia mengalami penurunan berat badan akibat dari nafsu makannya yang menurun sejak ia menjalani hemodialisis dan kelemahan, yang mengurangi rasa percaya diri dan membuatnya tidak nyaman dengan penampilannya. Keterbatasan aktivitas memperburuk perasaannya terasing dari teman dan keluarga, sehingga ia menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga serta kegiatan sosial, dan memilih mengurung diri didalam kamar. Tn. B mengalami tekanan emosional berat akibat beban ekonomi dari biaya hemodialisis yang tinggi, ketergantungan pada orang lain, dan ketidakpastian masa depan. Ia merasa putus asa, tidak antusias terhadap aktivitas, dan menunjukkan ekspresi wajah kosong. Meskipun mendapat dukungan keluarga, ia merasa tidak berharga dan kesepian, sering mengungkapkan bahwa hidupnya tidak berarti. Ia merasa kehidupannya bergantung pada mesin hemodialisis dan tidak memiliki harapan untuk sembuh, bahkan sering menyatakan keinginan untuk menghentikan pengobatan karena merasa percuma. Keluarga yang awalnya mencoba memberikan dukungan semakin khawatir karena pasien menolak diajak berbicara dan menunjukkan tanda-tanda keputusasaan yang mendalam, seperti sering diam berjam-jam tanpa melakukan aktivitas apa pun, tidak memiliki harapan terhadap masa depan, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berhenti berusaha.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan tentang Tn. B, seorang pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang menjalani hemodialisis selama dua tahun dan mengalami gejala depresi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan Proses Pikir Berhubungan dengan Depresi
2. Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan dengan Perubahan Citra Tubuh
3. Kesepian Berhubungan dengan Isolasi Sosial
Penjelasan:
1. Perubahan Proses Pikir Berhubungan dengan Depresi
- SDKI: Kemampuan individu untuk berpikir, memproses, dan menginterpretasikan informasi yang diterima terganggu.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi perubahan proses pikir yang terkait dengan kondisi depresi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan proses pikir yang sehat dan produktif pada individu dengan depresi.
2. Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan dengan Perubahan Citra Tubuh
- SDKI: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri terkait dengan perubahan citra tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan diri yang terkait dengan perubahan citra tubuh.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengembangkan penerimaan diri yang positif dan kepercayaan diri yang sehat meskipun mengalami perubahan citra tubuh.
3. Kesepian Berhubungan dengan Isolasi Sosial
- SDKI: Perasaan tidak nyaman dan ketidakpuasan individu terhadap hubungan sosial dan jumlah interaksi sosial yang dialami.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi perasaan kesepian yang disebabkan oleh isolasi sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi individu dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang memuaskan.
Dalam menangani kondisi Tn. B, perawat perlu mempertimbangkan aspek biopsikososial dan spiritual untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, serta melibatkan keluarga sebagai support system yang penting dalam proses pemulihan. -
Article No. 13088 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 55 tahun, pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang telah menjalani hemodialisis selama dua tahun, datang ke RSJ dengan tampilan lemah, ekspresi datar, dan menghindari kontak mata. Ketika dilakukan pemeriksaan, didapatkan TTV : TD=162/88 mmHg, N=87, S=36,7°C, RR=17, Tn. B kurang responsif, sering menunduk, dan berbicara pelan dengan jawaban singkat. Sejak didiagnosis, ia mengalami penurunan berat badan akibat dari nafsu makannya yang menurun sejak ia menjalani hemodialisis dan kelemahan, yang mengurangi rasa percaya diri dan membuatnya tidak nyaman dengan penampilannya. Keterbatasan aktivitas memperburuk perasaannya terasing dari teman dan keluarga, sehingga ia menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga serta kegiatan sosial, dan memilih mengurung diri didalam kamar. Tn. B mengalami tekanan emosional berat akibat beban ekonomi dari biaya hemodialisis yang tinggi, ketergantungan pada orang lain, dan ketidakpastian masa depan. Ia merasa putus asa, tidak antusias terhadap aktivitas, dan menunjukkan ekspresi wajah kosong. Meskipun mendapat dukungan keluarga, ia merasa tidak berharga dan kesepian, sering mengungkapkan bahwa hidupnya tidak berarti. Ia merasa kehidupannya bergantung pada mesin hemodialisis dan tidak memiliki harapan untuk sembuh, bahkan sering menyatakan keinginan untuk menghentikan pengobatan karena merasa percuma. Keluarga yang awalnya mencoba memberikan dukungan semakin khawatir karena pasien menolak diajak berbicara dan menunjukkan tanda-tanda keputusasaan yang mendalam, seperti sering diam berjam-jam tanpa melakukan aktivitas apa pun, tidak memiliki harapan terhadap masa depan, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berhenti berusaha.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri (NANDA-I)
Definisi: Keinginan atau tindakan untuk menghancurkan diri sendiri.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, ketidakberdayaan, kesepian, putus asa, kehilangan harapan.
Gejala & Tanda: Menghindari kontak mata, ekspresi wajah kosong, menyatakan keinginan untuk berhenti berobat, tidak antusias terhadap aktivitas.
2. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I)
Definisi: Gangguan dalam fungsi intelektual, persepsi, dan proses berpikir.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, stres, depresi.
Gejala & Tanda: Kurang responsif, sering menunduk, berbicara pelan dengan jawaban singkat.
3. Isolasi Sosial (NANDA-I)
Definisi: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara nyata maupun emosional.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, keterbatasan aktivitas, perasaan tidak berharga.
Gejala & Tanda: Menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga dan kegiatan sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi diagnosis keperawatan beserta definisi, faktor terkait, dan gejala & tanda.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani masalah kesehatan Tn. B. -
Article No. 13046 | 01 Mar 2025
Klinis : 1. D.0074 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan adaptasi kehamilan ditandai dengan sulit tidur, mengeluh mual, mengeluh tidak nyaman, tampak merintih (utamanya ketika bayi bergerak), gelisah. Gangguan rasa nyaman pada ibu dengan kehamilan kembar terjadi akibat perubahan fisiologis yang lebih besar dibandingkan kehamilan tunggal. Peningkatan ukuran rahim yang lebih cepat menyebabkan tekanan berlebih pada organ dalam, diafragma, serta tulang belakang, yang mengakibatkan kesulitan tidur, nyeri punggung, dan rasa tidak nyaman. Gerakan janin yang lebih aktif dalam rahim juga bisa menimbulkan sensasi nyeri atau merintih, terutama saat rahim semakin membesar. Kondisi ini sering kali membuat ibu merasa gelisah, terutama karena sulit menemukan posisi tidur yang nyaman dan adanya ketidakpastian terhadap persalinan. tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: D.0074 Gangguan Rasa Nyaman
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Rasa Nyaman: Ibu menunjukkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai dengan:
a. Ekspresi wajah yang lebih tenang.
b. Mampu beristirahat/tidur tanpa keluhan.
c. Menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan.
d. Menyatakan rasa nyaman yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri yang dirasakan ibu, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik atau terapi lain sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
d. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Kecemasan
a. Kaji tingkat kecemasan ibu terkait kondisi kehamilannya.
b. Berikan informasi dan edukasi yang akurat mengenai kehamilan kembar dan perubahan fisiologis yang terjadi.
c. Fasilitasi ibu untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya.
d. Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
e. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional pada ibu.
3. Peningkatan Istirahat
a. Kaji pola tidur dan istirahat ibu, termasuk faktor-faktor yang mengganggu.
b. Berikan edukasi mengenai pentingnya istirahat dan tidur yang cukup selama kehamilan.
c. Modifikasi lingkungan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tenang.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur yang lebih baik.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi obat tidur jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan D.0074 Gangguan Rasa Nyaman merupakan kondisi yang sering dialami oleh ibu dengan kehamilan kembar. Perubahan fisiologis yang lebih besar, seperti peningkatan ukuran rahim, tekanan pada organ dalam, dan gerakan janin yang lebih aktif, dapat menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, dan gangguan tidur pada ibu. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan rasa nyaman ibu, yang meliputi manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan peningkatan istirahat. Intervensi ini diharapkan dapat membantu ibu beradaptasi dengan kondisi kehamilannya dan meningkatkan kualitas hidup selama masa kehamilan. -
Article No. 13047 | 01 Mar 2025
Klinis : 2. D.0015 Risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan terjadinya hipertensi kehamilan. Pada kehamilan kembar, klien mengalami peningkatan volume darah sehingga membuat beban kerja jantung meningkat, yang akan mengakibatkan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah.tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
D.0015 Risiko perfusi perifer tidak efektif
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu terjadinya hipertensi kehamilan pada kehamilan kembar. Dalam kehamilan kembar, peningkatan volume darah dapat meningkatkan beban kerja jantung, yang kemudian dapat menyebabkan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi kehamilan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.10005 Perfusi Perifer: Tekanan Darah
Luaran ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan, yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif. Standar luaran ini berfokus pada pemantauan dan pengaturan tekanan darah, yang merupakan indikator penting untuk menilai perfusi perifer yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.10032 Manajemen Hipertensi
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengelola hipertensi pada klien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam intervensi ini antara lain:
1. Mengkaji tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, secara berkala.
2. Memantau masukan dan pengeluaran cairan serta berat badan.
3. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, dan manajemen yang tepat.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai.
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu menurunkan tekanan darah.
6. Memantau efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
L.10005 Perfusi Perifer: Tekanan Darah
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan klien memiliki tekanan darah yang terkontrol dalam rentang normal, sesuai dengan kondisi kehamilan. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari:
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik berada dalam rentang normal untuk kehamilan.
2. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang signifikan.
3. Klien tidak mengalami gejala hipertensi, seperti sakit kepala, nyeri dada, atau oedema.
4. Klien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pentingnya pemantauan tekanan darah dan manajemen hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
I.10032 Manajemen Hipertensi
Intervensi ini diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengkaji tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, secara berkala (misalnya setiap 4 jam).
2. Memantau masukan dan pengeluaran cairan serta berat badan untuk mendeteksi adanya perubahan.
3. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang hipertensi kehamilan, faktor risiko, dan pentingnya pemantauan serta manajemen yang tepat.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, seperti penggunaan antihipertensi.
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres, seperti latihan pernapasan, untuk membantu menurunkan tekanan darah.
6. Memantau efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan, seperti modifikasi dosis obat atau penambahan intervensi lain.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada klien dengan kehamilan kembar. -
Article No. 13048 | 01 Mar 2025
Klinis : 3. D.0012 Risiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan (plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar). Mengalami kehamilan kembar berisiko mengalami perdarahan, baik internal maupun eksternal, yang dapat disebabkan oleh komplikasi seperti plasenta previa atau abrupsio plasenta. tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "D.0012 Risiko perdarahan". Hal ini didasarkan pada adanya komplikasi kehamilan, yaitu kehamilan kembar, yang dapat menyebabkan risiko perdarahan, baik internal maupun eksternal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (L.0022): Pasien dapat mempertahankan volume darah yang adekuat selama dan setelah perdarahan.
2. Status Hemodinamik (L.0167): Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Integritas Jaringan (L.0146): Jaringan pasien tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan lebih lanjut selama proses perdarahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (I.0179)
a. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
b. Mengidentifikasi adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan perdarahan.
c. Melaporkan temuan yang abnormal kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
2. Manajemen Perdarahan (I.0157)
a. Mengidentifikasi sumber dan penyebab perdarahan.
b. Melakukan tindakan untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan, seperti kompresi, penjahitan, atau penerapan agen hemostatik.
c. Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien.
d. Mengganti cairan dan darah yang hilang jika diperlukan.
e. Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk perawatan lanjutan.
3. Promosi Integritas Kulit (I.0145)
a. Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit pasien.
b. Melindungi kulit dari kerusakan lebih lanjut akibat perdarahan.
c. Memantau tanda-tanda infeksi atau komplikasi pada kulit.
d. Memberikan perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan.
Penjelasan rinci:
Kehamilan kembar meningkatkan risiko perdarahan, baik internal maupun eksternal, yang dapat disebabkan oleh komplikasi seperti plasenta previa atau abrupsio plasenta. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko perdarahan". Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume darah yang adekuat, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan mempertahankan integritas jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, dan promosi integritas kulit. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan stabilitas kondisi pasien selama dan setelah episode perdarahan.